Mengupas Peran Media Digital di Era Global, FIB Unud laksanakan FIB DigiTalk Ke-8 dengan Mengundang Ahli Media dari ANU sebagai Pembicara

Jumat, 26 September 2025, telah terlaksana FIB DigiTalk Ke-8 secara online melalui platform Zoom Meeting. Topik yang dibahas adalah “Media Power in the Digital Era: The Challenges of Mitigating Influence Operations” dengan spesialisasi bidang pembicara pada bidang media, budaya, dan masyarakat Asia Tenggara. Pembicara tersebut adalah Assoc. Prof. Ross Tapsell yang berafiliasi di Australian National University’s College of Asia and the Pacific. Seminar dipandu oleh Dr. Ni Ketut Sri Rahayuni, SS, M.Hum., Dosen Program Studi Sastra Inggris selaku moderator. Kegiatan ini menjadi salah satu upaya FIB Unud dalam memperkuat peran akademisi dalam memahami tantangan era digital. Melalui FIB DigiTalk ini, mahasiswa dan dosen diharapkan mampu memperluas wawasan terkait media digital dan pengaruhnya terhadap masyarakat.


Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D., membuka sambutannya dengan mengucapkan terima kasih pada pembicara, moderator, serta pihak-pihak lainnya yang terlibat. Beliau menyampaikan bahwa DigiTalk kerap mengundang pembicara dengan latar belakang media atau teknologi untuk mendukung pengembangan Digital Humanities di FIB. Di akhir tahun, beliau berencana untuk berdiskusi mengenai bagaimana mewujudkan Humaniora Digital setelah rangkaian DigiTalk yang telah terlaksana sehingga beliau sangat terbuka terhadap masukan atau saran untuk proses pengembangan kegiatannya. Hal ini menunjukkan komitmen FIB Unud dalam menghadirkan forum akademik yang relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu, DigiTalk juga menjadi sarana kolaborasi internasional yang memperkuat jejaring akademik FIB Unud secara global.


Pada sesi pemaparan, Assoc. Prof. Ross Tapsell mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Elections in the Age of Influence Operations in Southeast Asia” berfokus pada tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Malaysia mengalami masalah toxic positivity ketika Partai Islam Se-Malaysia (PAS) mengunggah konten video pendek di TikTok, Facebook, serta media lainnya tanpa benar-benar mengakui dan berusaha menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Kemudian, Filipina kini dipimpin oleh putra dari mantan diktator yang berhasil memutihkan sejarah melalui media sosial dengan menggambarkan era kediktatoran ayahnya sebagai ‘zaman keemasan’. Indonesia turut dibanjiri oleh slogan ‘Gemoy’ pada kampanye, yang berusaha merubah citra kandidat dengan mengaburkan kontroversi atau rekam jejak kandidat tersebut. Sehingga, fokus dari kampanye dan politik menjadi berubah arah.


Penyebab dari pergeseran kampanye tradisional menuju kampanye digital dimulai dengan dominasi dari konten video image yang tersebar di media sosial dengan durasi pendek sehingga lebih mudah terpapar terutama bagi generasi muda. Konten-konten yang disajikan berkaitan dengan budaya-budaya populer yang menarik untuk anak muda seperti: Kpop, anime, manga, dan Hunger Games. Perubahan kampanye ini menjadi masalah karena kurangnya transparansi proses kampanye. Asal biaya, jumlah biaya, hingga penggunaan biaya kampanye tidak diketahui oleh rakyat yang membayar pajak. Masalah lain yaitu penghindaran jurnalis profesional dan berkurangnya wawancara tanpa naskah. Fenomena ini membuktikan bahwa media digital memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi perilaku politik generasi muda. Strategi komunikasi politik melalui platform digital kini menjadi faktor penting dalam membentuk opini publik.


Sesi tanya jawab berlangsung aktif dan interaktif. Di akhir acara, dilakukan penyerahan sertifikat kepada moderator dan pembicara oleh Gede Primahadi Wijaya Rajeg, Ph.D., selaku ketua Tim Pengembangan Humaniora Digital di FIB Unud. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto bersama. Melalui FIB DigiTalk ini, dapat dilihat minat dari sivitas akademika FIB Unud terhadap isu media digital di era global. Mahasiswa dan dosen dapat memperoleh ruang untuk berdiskusi, bertukar gagasan, serta memperluas wawasan akademik. FIB Unud pada dasarnya, berkomitmen menjadikan DigiTalk sebagai forum berkelanjutan untuk mendukung pengembangan Humaniora Digital. Acara ini juga menjadi sarana penting untuk mempererat jejaring akademik dengan universitas mitra internasional. Dengan konsistensi penyelenggaraan forum ini, diharapkan FIB Unud dapat memperkuat analisis media digital dan budaya dengan pemikiran kritis, penelitian inovatif, serta kolaborasi ilmiah yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu humaniora di tingkat nasional maupun internasional.