Lukia Zuraida Meraih Gelar Doktor Lingusitik dengan Kajian Kedwibahasaan Anak Kawin Campur
Program Studi Doktor (S3) Ilmu
Linguistik Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana menyelenggarakan kembali ujian promosi doktor dengan
promovenda Lukia Zuraida, S.Pd. M.Hum., pada Jumat 18 Desember 2020. Ujian terbuka
dilakukan secara daring dan disiarkan langsung pada kanal Youtube FIB
Unud.
Ujian promosi doktor dipimpin
langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.
Pada ujian terbuka kali ini, Lukia Zuraida mempertahankan disertasi dengan
judul “Kedwibahasaan pada Anak Perkawinan Campur Bali dan Jepang Ditinjau dari
Aspek Pewarisan Bahasaâ€.
Setelah mengikuti ujian
terbuka, promovenda dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskanâ€. Dr. Lukia
Zuraida, S.Pd., M.Hum. merupakan doktor ke-173 pada Program S3 Ilmu Linguistik,
dan merupakan doktor ke-107 di Fakultas
Ilmu Budaya.
Kedwibahasaan Anak Kawin
Campur
Kontak budaya dan bahasa tak terhindarkan pada komunikasi perkawinan campur. Pemerolehan bahasa pertama dalam situasi yang bilingual tentunya akan menimbulkan fenomena kebahasaan yang berbeda. Proses pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak terpapar oleh bahasa. Dalam keadaan lingkungan yang bilingual atau bahkan multilingual, hasil dari proses pemerolehan bahasa menjadi fenomena yang menarik.
Perbedaan persepsi dalam
komunikasi lintas budaya terkadang terkendala dan kurang berhasil. Dilihat dari
sisi pemahaman bahasa, mereka terkadang menemui kendala dalam mencari padanan
yang tepat pada salah satu bahasa. Displacement atau salah pemakaian kata juga
kerab terjadi dalam komunikasi keluarga kawin campur Bali dan Jepang.
Pola pewarisan bahasa dalam
keluarga kawin campur Bali dan Jepang terdapat tiga tipe, diantaranya adalah tipe
1 : satu orang satu bahasa dengan strategi: orang tua menggunakan bahasa
masing-masing pada anak; a) tipe 1a : satu orang satu bahasa dengan strategi:
orang tua menggunakan bahasa campuran atau campur kode pada anak; b) tipe 1b :
satu orang satu bahasa dengan strategi: orang tua menggunakan B1 salah satu
dari orang tua yang dominan di masyarakat (BI).
Pilihan bahasa anak pada ranah
keluarga dipengaruhi oleh lima faktor. Faktor tersebut adalah faktor bahasa
yang dominan di lingkungan, faktor pelibat, faktor latar belakang budaya, sikap
terhadap bahasa ibu, dan faktor gender.
Temuan Penelitian
Secara empiris kajian ini
memperkuat penemuan dari penelitian terdahulu bahwa seorang anak yang diasuh
dalam pola pewarisan satu orang tua-satu bahasa tidak bisa secara konsisten
menggunakan salah satu bahasa dari orang tua. Mereka akan menjadi penutur dua
bahasa orang tua pada saat yang bersamaan. Lingkungan akan lebih berpengaruh
pada perkembangan bahasa anak.
Temuan baru pada kajian ini
adalah bahwa pola pewarisan bahasa pada masa awal pemerolehan bahasa anak akan
menjadikan mereka seorang bilingual dan menjadi penutur kedua bahasa orang tua.
Walaupun terdapat perbedaan strategi pewarisan bahasa yang mempunyai tujuan
tertentu, anak akan memilih bahasa yang paling nyaman mereka pergunakan baik di
lingkungan keluarga maupun di luar rumah.
Makna Disertasi
Makna disertasi disampaikan oleh
Promotor Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., dalam kesempatannya menyampaikan makna
disertasi menyampaikan selamat kepada Dr. Lukia Zuraida, S.Pd., M.Hum., karena
telah berhasil menyelesaikan studi dengan sangat baik.
Disertasi Dr. Lukia Zuraida
yang melihat fenomena kedwibahasaan pada anak kawin campur Bali dan Jepang
merupakan penelitian yang memberikan kontribusi bagi bidang keilmuan
linguistik.
“Akulturasi bahasa dan budaya
memberikan dampak yang sangat besar pada kemampuan anak dalam mewarisi bahasa
dari orang tuanya maupun lingkungannya, “ ungkap Prof. Budiarsa.
Hasil penelitian Dr. Zuraida diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pola pengajaran bahasa pada anak kawin campur. Tentu saja kasus-kasus serupa banyak di masyarakat Bali yang sangat heterogen. (gp)
UDAYANA UNIVERSITY