Terobosan Penyelamatan Naskah, 1000 Lembar Digitalisasi Lontar Diserahkan kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unud
Oleh Putu Eka Guna Yasa (Tim UPT Lontar FIB Unud)
[caption id="attachment_1191" align="aligncenter" width="1280"] Dekan FIB Unud Prof. Dr. Ni Liuh Sutjiati Beratha,M.A. menerima hasil digitalisasi lontar oleh Ketua UPT Dr. Ida Bagus Rai Putra M. Hum. didampingi Tim Ahli Drs. I Gde Nala Antara M. Hum, beserta staf (Foto-foto Widhi Kurniawan)[/caption]Tim UPT Lontar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud menyerahkan digitalisasi 1000 lembar lontar kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha,M.A., Senin, tanggal 29 Agustus 2016. Dekan Prof. Sutjiati menyampaikan segara melaksanakan launching karya digitalisasi ini.
Dekan Prof. Sutjiati mengharapkan agar upaya-upaya terobosan dalam konservasi lontar dapat terus ditingkatkan. Selain itu, Dekan FIB perempuan pertama di Fakultas Ilmu Budaya ini juga berharap agar pengkajian terhadap pustaka-pustaka lontar yang menyimpan kearifan lokal budaya Bali dapat direalisasikan.
Lontar sebagai Media Perekam Sistem Pengetahuan
Tubuh adalah stana jiwa, sementara naskah adalah stana teks. Para leluhur masyarakat Bali dengan tradisi keberaksaraan yang dimilikinya, tampak menyadari betul bahwa tubuh manusia memiliki umur yang relatif terbatas. Oleh sebab itu, mereka berusaha menstanakan sistem pengetahuannya dalam wujud teks pada ‘tubuh naskah’.
Dengan strategi tersebut, walaupun para leluhur sudah menyatu dengan keabadian, sistem pengetahuan yang menjadi temuan-temuan monumental pada masanya masih dapat diakses melalui naskah-naskah yang ditinggalkannya. Wujud ragawi sistem pengetahuan tersebut secara khusus di Bali tersimpan dalam naskah lontar.
Lontar merupakan salah satu media penting dalam proses transimisi sistem pengetahuan masyarakat Bali dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bidang kehidupan. Sistem pengetahuan dalam bidang filsafat misalnya terdokumentasi dalam naskah-naskah seperti tutur/tatwa. Sistem pengetahuan tentang astronomi dan ilmu perbintangan dapat dilihat dalam naskah-naskah wariga. Demikian pula sistem pengetahuan mengenai ilmu kesehatan, dapat dilihat dalam pustaka lontar yang disebut dengan usada.
Tidak hanya itu, melalui lontar sistem pengetahuan tentang arsitektur dapat juga ditemui pada lontar asta kosala-kosali, asta bumi, wiswakarma tatwa, dan yang lainnya. Yang tidak kalah pentingnya, lontar merupakan media pengawetan karya-karya klasik, sehingga pengetahuan tersebut dapat dipelajari di zaman modern.
Meskipun lontar telah terbukti menjadi media penyelamatan kekayaan pengetahuan lintas generasi, naskah lontar sendiri memilliki berbagai kelemahan. Lontar yang dibuat dari daun rontal cukup rentan terhadap cuaca dan gangguan binatang pengerat. Cuaca yang terlalu dingin maupun panas, dapat menyebabkan lontar menjadi rusak jika tidak disimpan dalam tempat tertentu. Cuaca yang lembab berpotensi menyebabkan naskah menjadi lembab dan rusak.
Demikian pula, apabila cuacanya terlalu panas, dapat berdampak pada keringnya keadaan naskah yang diikuti dengan keretakan dan kerusakan. Di sisi lain, gangguan binatang-binatang pengerat seperti kecoak, nget-nget, dan lainnya menjadi salah satu faktor yang paling banyak menyebabkan kerusakan naskah. Oleh sebab itulah diperlukan suatu strategi yang dapat menyelamatkan naskah dari berbagai ancaman.
[caption id="attachment_1192" align="aligncenter" width="1280"] Gunayasa (penulis, kanan) dan Dex Reland (kiri) menunjukkan hasil digitalisasi lontar.[/caption]Digitalisasi Lontar
Upaya konservasi lontar dapat dilakukan dengan berbagai usaha dan tahapan sesuai dengan kondisi naskah. Pada tahap preventif atau pencegahan, umumnya naskah lontar disimpan dengan menggunakan keropak yang baik. Keropak yang dimaksud adalah keropak yang berbahan kayu terutama jenis kayu yang mengandung getah dan tidak disukai rayap, seperti jenis kayu jati. Apabila disimpan dalam keropak yang terbuat dari seng, keropak tersebut dapat berpotensi mengalami korosi, sehingga dapat menyebabkan kerusakan lontar.
Pada tahap kuratif, biasanya lontar dirawat dengan membersihkannya menggunakan campuran minyak sereh dan aseton atau alkohol. Aseton atau alkohol berfungsi membersihkan kotoran-kotoran yang telah mengental dan menghitam dalam naskah lontar.
Sementara itu, berkaitan dengan upaya memperjelas aksara/huruf, perawatan lontar dapat dilakukan dengan cara menghitamkannya dengan menggunakan ekstrak kemiri.
Di samping sejumlah langkah dan tahapan yang telah disebutkan di atas, salah satu terobosan yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan naskah yang urgent adalah digitalisasi lontar. Melalui digitalisasi lontar, sesungguhnya terjadi alih wahana yang semula berbentuk fisikal menjadi digital. Proses digitalisasi ini tidak dilakukan serta merta, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu sehingga menghasilkan gambar dengan kualitas baik.
Pertama-tama, naskah lontar tersebut dibersihkan menggunakan campuran alkohol dengan minyak sereh. Seperti yang disebutkan di atas, campuran itu berfungsi membersihkan kotoran-kotoran yang telah menghitam pada lontar sekaligus memberikan naskah minyak sereh yang tidak disukai rayap. Selanjutnya, naskah yang telah dibersihkan dihitamkan menggunakan ekstrak kemiri. Dengan tahapan-tahapan konservasi tersebut, kualitas gambar yang difoto dapat terlihat lebih jelas.
Sesungguhnya terdapat sejumlah keunggulan apabila naskah-naskah lontar didigitalisasi. Pertama, naskah lontar yang rentan rusak terhadap cuaca dan rayap dapat dicegah karena telah berbentuk soft copy.
Kedua, naskah tersebut dapat dicetak dan diperbanyak melalui proses yang efisien. Apabila proses memperbanyak naskah pada zaman dahulu dilakukan dengan penyalinan, maka melalui kecanggihan komputer, naskah-naskah tersebut dapat diperbanyak dengan cepat.
Ketiga, naskah lontar yang telah diperbanyak dapat disimpan dalam beberapa perangkat komputer. Hal tersebut memungkinkan proses pencegahan hilangnya informasi dalam lontar karena disimpan dalam sejumlah perangkat.
Keempat, pada saat melakukan proses alih aksara dan alih bahasa pada naskah-naskah lontar sebagai tahap lanjutan dari pengkajian lontar, maka hasil digitalisasi dapat dibesar sesuai dengan kebutuhan.
Memetakan sejumlah keunggulan tersebut, sejatinya proses digitalisasi lontar merupakan terobosan penting dalam strategi konservasi naskah lontar. Langkah digitalisasi yang dilakukan UPT Lontar dapat dijadikan pilot project dalam melakukan konservasi naskah lontar yang masih disimpan dalam rumah-rumah warga masyarakat baik di Bali, Lombok, maupun daerah-daerah lainnya.
[caption id="attachment_1193" align="aligncenter" width="1280"] Hasil digitalisasi lontar.[/caption]Tim UPT Lontar Serahkan 1000 Lembar Digitalisasi Lontar kepada Dekan FIB Unud
Digitalisasi lontar yang dilakukan oleh UPT Lontar Unversitas Udayana tahun 2016 ini berjumlah 8 naskah yang melalui tahap-tahapan konservasi. Naskah yang ditetapkan untuk dikonservasi meliputi naskah-naskah yang merepresentasikan kekayaan peradaban batin Bali/nusantara.
Naskah-naskah tersebut meliputi naskah lontar Usana Bali miwah Jawa, Babad Brahmana Kemenuh, Pariagem Taman Bali, Kidung Tantri Pisacarana, Kakawin Ramayana, Sarasamuscaya, dan Pawacakan. Dasar pemilihan naskah-naskah tersebut sebagai prioritas, lebih disebabkan karena kandungan nilai yang ada dalam candi pustaka-candi pustaka tersebut.
Adikawya kakawin Ramayana misalnya, merupakan lontar yang dinobatkan sebagai kakawin tertua, terpanjang dan juga terindah dalam jenisnya (JJ.Ras, 2014: 61). Sebagai bagian dari karya sastra dunia, kakawin yang dalam tradisi Bali diyakini digubah oleh seseorang yang berkualitas Yogiswara ini berisi eksiklopedi pengetahuan tentang persoalan hidup dan kehidupan secara menyeluruh.
Kakawin Ramayana, yang prototipenya diasumsikan bersumber dari karya Bhatti Kawya (Rawanavadha diciptakan abad ke-6 atau ke-7) mengisahkan salampah laku kepemimpinan Rama sebagai reinkarnasi Dewa Wisnu dalam menyelamatkan dunia.
Penulis Kakawin Ramayana meyakini bahwa seorang pujangga besar dan orang bijaksana akan disucikan batinnya setelah membaca karya sastra ini (Sang Yogiswara sista, sang sujana suddha manahira wus mace sira). Dengan demikian, candi pustaka ini idealnya menjadi bacaan pokok bagi masyarakat Bali untuk mendapatkan suluh hidup dari kekayaan peradaban batin masyarakat nusantara pada zamannya.
Tidak hanya kakawin Ramayana, salah satu karya sastra yang dikarang kawi-wiku Ida Pedanda Made Sidemen (Pengarang Besar Bali Abad ke-XIX) yang dikoleksi di Perpustakaan Lontar Universitas Udayana yaitu Kidung Tantri Pisacaharana juga telah didigitalisasi. Karya sastra ini melengkapi dua kidung tantri yang telah diciptakan sebelumnya yaitu Kidung Tantri Nandaka Harana dan Kidung Tantri Manduka Praharana.
Candi pustaka ini menceritakan mengenai kisah raja Aji Dharma yang berasal dari kerajaan Malawa. Prabhu Aji Dharma dianugrahkan kemampuan oleh Ananta Boga agar bisa memahami suara semua binatang. Walaupun pada akhirnya kemampuan ajaran rahasia itu menyebabkan pertengkaran dengan permaisurinya, sehingga sang istri mengakhiri dirinya dengan menceburkan diri di api.
Salah satu naskah yang berkaitan dengan etika, telah didigitalisasi adalah Sarasamuscaya. Sarasamuscaya merupakan teks yang digubah oleh Bhagawan Wararuci. Karya sastra ini berisi inti sari delapan belas bagian (asta dasa parwa) dari epos besar Mahabharata yang dikarang oleh Bhagawan Byasa. Bhagawan Wararuci menyatakan bahwa karya sastra tersebut bagaikan laut dan gunung Himawan yang dipenuhi oleh emas manik serta permata mulia, yang dapat mematangkan rasa, terutama rahasia pengetahuan membebaskan (rahasia jnyana). Karya sastra ini mendeskripsikan ajaran-ajaran darma, etika, dan tata susila yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan.
Demikianlah sekilas deskripsi mengenai naskah-naskah yang telah didigitalisasi oleh UPT Lontar Universitas Udayana.
Tim UPT Lontar FIB adalah Putu Adhi Kirtiningrat, Putu Widhi Kurniawan, Putu Eka Guna Yasa, Made Reland Udayana Tangkas,****
UDAYANA UNIVERSITY