Universitas Udayana Tetapkan Enam Guru Besar melalui Pengukuhan Guru Besar Universitas Udayana

Universitas Udayana telah menggelar Pengukuhan Guru Besar Tetap pada Sabtu, 16 Agustus 2025 bertempat di Auditorium Widya Sabha, Kampus Jimbaran, Universitas Udayana. Kegiatan pengukuhan dibuka oleh sambutan Rektor Universitas Udayana, Prof. Ir. I Ketut Sudarsana, S.T., Ph.D. Dalam sambutannya, beliau memperkenalkan keenam Guru Besar yang akan dikukuhkan, yakni Prof. Dr. dr. Desak Made Wihandani, M.Kes. dari Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. Ir. Nyoman Tirta Ariana, MS., IPU. ASEAN. Eng. dari Fakultas Peternakan, Prof. I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D. dari Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. dr. I Gede Eka Wiratnaya, Sp.OT (K) dari Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. Ir. Ida Bagus Gede Manuaba, ST., MT., IPU dari Fakultas Teknik, dan Prof. Dr. I Gusti Ayu Kartika, S.H., M.H dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. 


Prof. Ir. I Ketut Sudarsana, S.T., Ph.D., menyatakan bahwa bertambahnya jumlah Guru Besar di lingkungan Universitas Udayana diyakini dapat menunjang kualitas proses pendidikan tinggi yang berlangsung di Unud. Beliau mengungkapkan bahwa pengukuhan ini dapat menjadi inspirasi para akademisi lainnya untuk segera memperjuangkan jabatan fungsional guru besarnya. Kepada keenam Guru Besar yang dikukuhkan, beliau berpesan agar para Guru Besar yang telah dikukuhkan mampu mengemban tugas dengan sebaik-baiknya. Beliau turut pula mengucapkan selamat atas pencapaian ini, yang merupakan jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di satuan pendidikan tinggi. Keenam Guru Besar yang dikukuhkan kini merupakan bagian dari 246 Guru Besar di Universitas Udayana, dengan jumlah sebesar 31 Guru Besar pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.


Acara dilanjutkan dengan orasi yang dibawakan oleh keenam guru besar yang dikukuhkan.Prof. I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya, merupakan salah satu Guru Besar Tetap yang turut dikukuhkan pada acara ini. Beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan kepakaran atau ranting ilmu Psikolinguistik. Dalam orasinya, beliau membawakan orasi dengan judul “Bahasa: Universal atau Relatif?”. Orasi tersebut membahas mengenai apakah bahasa bersifat universal atau relatif. Lebih spesifik, mengenai apakah Bahasa Bali memiliki konstruksi kausatif yang sama dengan bahasa-bahasa di dunia. Penelitian ini menggunakan distributional-learning computational model untuk memprediksi konstruksi kausatif dalam Bahasa Bali. Model ini sebelumnya telah digunakan untuk meneliti lima bahasa lainnya yaitu Inggris, Ibrani, Hindi, Jepang, dan K’iche’. Hasil menunjukkan bahwa konstruksi kalimat kausatif dalam Bahasa Bali sama dengan kelima bahasa tadi. Penemuan ini kemudian menimbulkan pertanyaan: apakah kesamaan ini mempengaruhi fungsi kognitif penuturnya. 


Penelitian dilanjutkan dengan mendalami bidang spasial dalam Bahasa Rongga, Bali, dan Indonesia. Dalam penelitian ini, terlibat tiga penutur monolingual masing-masing bahasa tersebut. Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dengan memberikan tugas linguistik kepada subjek, yaitu rotasi objek, mengikuti apa yang dilakukan oleh Levinson (2003). Penutur Bahasa Bali dan Bahasa Rongga memberikan respon dimana sistem absolut digunakan. Sementara itu, dalam Bahasa Indonesia digunakan sistem relatif. Hasil yang sama didapatkan melalui tugas linguistik kedua serta tugas non-linguistik. Simpulan dari penelitian ini adalah sistem spasial berbeda dalam banyak bahasa, seperti penggunaan sistem spasial absolut pada Bahasa Bali dan Rongga, dan penggunaan sistem spasial relatif pada Bahasa Indonesia dan Inggris. Hasil yang didapat dari eksperimen tugas nonlinguistik menunjukkan bahwa penggunaan sistem spasial memengaruhi fungsi kognitif penuturnya, yang dapat ditarik simpulan bahwa bahasa itu relatif.


Menutup orasinya, Prof. I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D. turut mengungkapkan terima kasih kepada keluarga, berbagai pihak yang telah berjasa, serta memberikan dukungan. Acara pengukuhan ini ditutup dengan sambutan Sekretaris Forum Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS. Beliau mengucapkan selamat kepada para Guru Besar yang baru dikukuhkan. “Gelar kehormatan tertinggi dalam dunia akademik ini adalah buah dari dedikasi, komitmen, kerja keras yang panjang, yang tentu tidak terlepas dari dukungan keluarga tercinta,” tuturnya dalam sambutan. Tak luput, Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS mengajak para Guru Besar untuk terus berkarya, berinovasi, dan memberi kontribusi yang nyata melalui tri dharma perguruan tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Para Guru Besar juga turut diundang untuk terus aktif dalam memberikan masukan bagi kemajuan perguruan tinggi Universitas Udayana, pengembangan masyarakat, dan kebaikan bangsa.