Dosen ISI Denpasar Raih Gelar Doktor Kajian Budaya
Program Doktor (S3) Kajiian
Budaya kembali menggelar ujian terbuka pada hari Jumat, 18 Desember 2020 dengan
promovendus I Wayan Suharta, S.Sn. Kar. M.Si. Ujian dilakukan secara daring dan
disiarkan secara langsung pada akun Youtube FIB Unud.
Ujian terbuka dipimpin
langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. I
Wayan Suharta berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Komodifikasi
Gamelan Selonding Di Desa Tenganan Pegringsingan Karangasemâ€, dan dinyatakan
lulus dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’. Dr. I Wayan Suharta, S.Sn. Kar.,
M.Si. menjadi doktor ke-108 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya serta merupakan
Doktor ke-236 di Prodi Doktor (S3) Kajian Budaya.
Komodifikasi Gamelan Selonding
Gamelan Selonding adalah salah
satu jenis gamelan Bali yang termasuk dalam kelompok gamelan tua dan
diperkirakan telah berkembang sebelum abad XIV, yaitu pada zaman berkuasanya raja-raja
Bali Kuna. Oleh karenanya, gamelan Selonding memiliki kaitan erat dengan
masyarakat masa prasejarah sebagai warisan masyarakat Bali Aga, memiliki
barungan yang sangat sederhana, dengan bentuk dan teknik permainannya cukup
sederhana pula.
Salah satu desa di Bali yang
mewarisi keberadaan gamelan Selonding adalah Desa Tenganan Pegringsingan. Kesakralan
gamelan Selonding di Desa Tenganan dapat diamati bagaimana sikap masyarakatnya
dalam menghargai dan memperlakukannya sebagai media utama yang selalu dikaitkan
dengan ritual keagamaan.
Fenomena yang cukup menarik,
bahwa aktivitas berkesenian dengan gamelan Selonding telah menunjukkan
sifat-sifat yang lebih fleksibel. Mengindikasikan terjadinya sebuah dina-mika
dalam beradaptasi dengan perkembangan. Dinamika gamelan Selonding adalah
fenomena yang perlu ditelaah secara kritis dengan ilmu Kajian Budaya.
Komodifikasi gamelan Selonding
merupakan salah satu bentuk representasi kesenian yang terstimulasi oleh
dinamika kebudayaan dan modernisasi di tengah globalisasi. Dinamika kebudayaan
yang mendorong komodifikasi gamelan Selonding di Desa Tenganan, meliputi: (1)
gamelan Selonding disakralkan; (2) keunikan tradisi dan kreativitas budaya, dan
(3) pergeseran sikap dan perilaku masyarakat.
Modernisasi di tengah
globalisasi yang mendorong komodifikasi gamelan Selonding di Desa Tenganan,
meliputi: (1) sentuhan budaya luar dengan modernisasinya; (2) PKB menciptakan
vibrasi cultural; dan (3) gelombang globalisasi.
Gamelan Selonding dalam
kapasitasnya sebagai benda warisan budaya, dikonstruksi menjadi komodifikasi
meliputi tiga aspek, yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Sebagai bagian
dari komodifikasi, ketiga aspek tersebut memiliki hubungan timbal-balik dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Komodifikasi pada gamelan
Selonding tentu saja mengasilkan berbagai implikasi pada berbagai bidang. Komodifikasi gamelan Selonding di Desa
Tenganan telah menimbulkan implikasi yang cukup kompleks. Implikasi penting
yang ditimbulkan, adalah: (1) pelestarian budaya; (2) memperkuat identitas
budaya Bali; (3) meningkatkan kreativitas seniman; dan (4) pengembangan fungsi
Selonding.
Temuan Penelitian
Temuan dalam disertasi I Wayan
Suharta diantaranya adalah Selonding sebagai benda kesenian yang
mengalami komodifikasi adalah bentuk pemajuan secara empirik dari segi
pelestarian, pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatannya.
Temuan kedua adalah dalam
konteks Selonding, masyarakat tetap menjaga kesakralan dan keaslian gamelan
Selonding, sekaligus menjadi masyarakat produktif, yaitu memproduksi gamelan
Selonding karena dalam proses produksi mempergunakan duplikasi.
Temuan ketiga adalah dengan
media gamelan Selonding, setiap generasi terus berupaya untuk melakukan inovasi
yang kreatif dan selektif guna memberi ide-ide yang baru, bersumber pada
kearifan lokal yang disebut desa, kala, dan patra untuk mendekatkan kesenian
dengan konteks kehidupan masyarakatnya.
Makna Disertasi
Maknda disertasi disampaikan
oleh Promotor Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. Melalui sambutannya Prof.
Suarka menyampaikan ucapan selamat atas seluruh capaian Dr. I Wayan Suharta,
S.S. Kar. M.Si.
Komodifikasi gamelan Selonding
di Desa Tenganan memberikan gambaran bagaimana proses komodifikasi terjadi pada
bentuk-bentuk gamelan tradisional. Bentuk komodifikasi melalui agen-agen yang
tentu saja mengalami berbagai gesekan dan tegangan.
Komodifikasi gamelan Selonding
di Desa Tenganan juga merupakan legitimasi intelektual sekaligus legitimasi
pasar. “Sumbangan disertasi ini tentu saja sangat besar baik secara keilmuan
maupun secara sosial budaya tentang bagaimana komodifikasi terjadi secara masif
pada produk-produk budaya, “ ungkap Prof. Suarka. (gp)
UDAYANA UNIVERSITY