Dosen STIBA Saraswati Denpasar, IGA Sri Rwa Jayantini, Raih Gelar Doktor di FIB Universitas Udayana

IGA Sri Rwa Jayantini menerima sertifikat kelulusan dari promotor Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya,M.A. usai ujian Senin, 20 November 2017 (Foto-foto Ida Ayu Laksmita Sari)

Program Studi Doktor Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana menyelenggarakan Promosi Doktor atas nama I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini, S.S., M.Hum, Senin, 20 November 2017 di Aula Widya Sabha Mandala kampus setempat.

Jayantini lulus dengan meraih predikat "Isimewa" setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul "Naturalisasi dan Adaptasi dalam Penerjemahan Istilah Kedokteran pada Buku Teks Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology". Ia menjadi doktor ke-21 di lingkungan FIB Unud dan Doktor ke-123 di lingkungan Prodi Doktor (S3) Ilmu Linguistik FIB Unud.Tim Penguji

Ketua penguji adalah Dekan FIB Unud, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A. Anggota penguji terdiri dari Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. (Promotor), Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum (Kopromotor I), Dr. Ida Ayu Made Puspani, M.Hum. (Kopromotor II), Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A., Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum., Dr. Frans I Made Berata, M.Hum., Dr. Ni Luh Nyoman Seri Malini, M.Hum., dan Dr. Nengah Arnawa, M.Hum.

Doktor baru IGA Sri Rwa Jayantini berfoto dengan tim penguji.

Istilah Ilmiah Sesuai Konteks

Dalam pemaparan disertasinya, Jayantini menjelaskan bahwa salah satu jenis teks ilmiah yang menarik ditelusuri dari segi penyerapan dan penciptaan istilah baru adalah teks bidang kedokteran.

Perkembangan penerjemahan buku teks kedokteran dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari dua fenomena menarik yaitu penyesuaian bentuk berupa penyesuaian lafal dan ejaan dan penciptaan padanan dalam bahasa Indonesia.

"Penelitian ini memberikan kontribusi untuk peninjauan kategori penyerapan istilah asing ke dalam Bahasa Indonesia yang terkait dengan pemetaan istilah-istilah ilmiah dan makna khusus yang dimiliki suatu istilah sehingga masyarakat dapat memahami penggunaan suatu istilah dengan tepat sesuai konteksnya," jelas dosen STIBA Saraswati Denpasar ini.

Pengenaan toga kepada doktor baru oleh promotor Prof. Ida Bagus Putra Yadnya.

Temuan Penelitian

Salah satu temuan yang menarik adalah pengembangan taksonomi prosedur penerjemahan istilah kedokteran. Taksonomi yang dimaksud diberi nama taksonomi "Mediteranean" yang merupakan akronim dari Medical Terms Translation from English into Indonesian atau dapat juga disebut Taksonomi Jayantini yang merupakan suatu hirarki penerapan prosedur penerjemahan.

"Taksonomi ini merupakan pengembangan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang digunakan juga sebagai pemetaan terhadap komponen-komponen dalam taksonomi yang terdiri dari prosedur penerjemahan dalam teks kedokteran," ungkap dosen berprestasi Kopertis Wilayah VIII ini.

"Ada 7 prosedur utama yang digunakan untuk menerjemahkan istilah kedokteran dalam buku sumber antara lain (1) peminjaman, (2) calque, (3) adaptasi, (4) penambahan, (5) padanan baku/resmi, (6) reduksi, dan (7) transposisi." tambah penulis buku The Art of Translating ini.

Penemuan lain dari disertasi Jayantini adalah pengembangan penerapan prosedur penerjemahan calque, pemetaan naturalisasi untuk peninjauan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI), dan pengenalan model analisis komponen makna.

Buku ringkasan disertasi.

Makna Disertasi

Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. selaku promotor menyampaikan dalam makna disertasi bahwa Sri Jayantini sebagai akademisi memiliki sikap lugas, konsisten, dan presisten. Hal ini terlihat saat Jayantini menyampaikan jawaban-jawaban tanpa berbelit-belit, telah memiliki konsistensi dimana setiap tulisan Jayantini berkaitan dengan terjemahan, dan memliki kejujuran akademis yang mau terus belajar dan jauh dari academic arrogance.

Prof. Putra Yadnya menyampaikan bahwa terjemahan bisa dipandang sebagai suatu media pengembangan intelektual.

"Melalui terjemahan kita bisa melihat dunia luar, melalui terjemahan kita bisa melihat sumber-sumber yang disajikan dalam bahasa asing, dan penerjemahan merupakan katalisator nasional," ujar Prof. Putra Yadnya.

"Betapa pentingnya penerjemahan dalam perkembangan sebuah negara. Besar harapan kami melaui penerjemahan kita dapat memperkenalkan local wisdom Indonesia kepada negara lain, capaian-capaian penelitan dari Ilmuwan Indonesia yang mumpuni bisa diseminasikan dalam forum-forum internasional dan lain sebagainya."

Prof. Putra Yadnya menyatakan bahwa melalui disertasi Jayantini kita dapat melihat suatu profil terjemahan deskriptif yang kalau dilihat dalam perspektif aplikasi bahwa penelitian ini berkontribusi terhadap kemajuan atau perkembangan teori terjemahan.

"Saudara Sri jayantini telah berani memperkenalkan "Taksonomi Mediteranean" atau secara bangga disebutkan "Taksonomi Jayantini".

"Hal inilah yang perlu dipertahankan di dalam kancah akademisi," tambah Kaprodi S-2 Ilmu Linguistik FIB Unud ini.

Menurtu Prof. Putra Yadnya, bagi pengembangan atau pembinaan Bahasa Indonesia penelitian ini sangat penting. Selama ini kita dihadapkan pada permasalahan penggunaan Bahasa Indonesia yang sedang berkembang sebagai wahana yang seharusnya memiliki daya ungkap yang bisa menjembatani semua konsep-konsep asing ke dalam bahasa Indonesia.

Prof Putra Yadnya juga menyatakan selama ini walaupun panduan-panduan memberikan keleluasaan untuk mengadopsi atau meminjaman istilah-istilah asing tetapi ternyata ekses yang terlalu bebas menghasilkan eksepsi borrowing, kita dengan gampang mengambil istilah-istilah asing padahal sebenarnya kosa kata kosa kata itu telah kita miliki.

Penerjemahan sebagai suatu strategi pengembangan Bahasa Indonesia untuk menjadikan Bahasa Indonesia memiliki wahana agar mampu mengungkap semua konsep-konsep asing sehingga dapat berterima dalam Bahasa Indonesia (Ida Ayu Laksmita Sari).