Dosen Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng Raih Gelar Doktor di FIB Universitas Udayana

Doktor baru (empat dari kiri) berfoto bersama penguji usai ujian terbuka.


Program Studi Doktor Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana menyelenggarakan Promosi Doktor atas nama Sebastianus Menggo,S.Pd.,M.Pd., Jumat, 25 Oktober 2019 bertempat di ruang Ir. Soekarno kampus setempat.

 

Sebastianus Menggo berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris Berorientasi Pendidikan Abad XXI di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara.” Ia menjadi doktor ke-74 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan Doktor ke-155 di Lingkungan Prodi Doktor (S3) Ilmu Linguistik.


Suasana ujian.

 

Tim Penguji

Sebagai ketua penguji dalam sidang promosi doktor kali ini Dekan FIB, Dr. Made Sri Satyawati, M.Hum. Anggota penguji terdiri dari Prof. I Made Suastra, Ph.D. (Promotor); Prof. Dr. Made Budiarsa (Kopromotor I); Prof. Dr. Ni Nyoman Padmadewi, MA. (Kopromotor II); Prof. Dr. I Nengah Sudipa, M.A.; Prof. Dr. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A.; Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M.Hum.; Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum.

 

Pengembangan Model Bahan Ajar

Pariwisata Bali dan Nusa Tenggara memiliki prospek yang sangat baik, dengan Bali sebagai pusat pengembangannya. Potensi ini tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia yang andal dan kompeten melalui pengembangan suatu model bahan ajar, terutama pengembangan yang terkait dengan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sehingga dapat berkontribusi nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.


Dr. Sebastianus Menggo

 

Penelitian sebastianus Menggo berfokus pada pengembangan komponen-komponen bahan ajar keterampilan berbicara yang berorientasi pada pendidikan abad ke-21.

 

“Model bahan ajar yang relevan diterapkan pada mata kuliah berbicara adalah keterampilan-keterampilan seperti komunikasi dan kolaborasi, berpikir kritis dan mengatasi masalah, kreativitas dan inovasi, literasi informasi, literasi media, literasi ICT, fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri, interaksi sosial dan antarbudaya, produktivitas dan akuntabilitas dan kepemimpinan dan tanggung jawab,” jelas dosen Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng ini.

 

“Implementasi model bahan ajar keterampilan berbicara berorientasi pada pendidikan abad ke-21 terbukti dapat meningkatkan kemampuan komunikasi lisan para mahasiswa,” tambahnya.

 

Hal ini diindikasikan oleh perbedaan rerata post-test dan nilai individu (N-Gain) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


Berfoto sama kolega.

 

Menurut Sebastianus Menggo ada enam faktor yang memengaruhi ketercapaian kompetensi keterampilan berbicara para mahasiswa, yaitu kurikulum, dosen, mahasiswa (internal dan eksternal), suasana pembelajaran, materi ajar, dan konteks.

 

Temuan

Penelitian Sebastianus Menggo mengungkapkan suatu temuan baru, yaitu model bahan ajar mata kuliah Speaking for Academic Purposes berorientasi pada pendidikan abad ke-21 pada program studi pendidikan bahasa Inggris.

         

Bahan ajar tersebut didesain secara khusus untuk mata kuliah Speaking for Academic Purposes pada program studi pendidikan bahasa Inggris. Sejumlah isi materi tentang tema dan topik-topik pendidikan abad ke-21, jenis latihan, pengetahuan bahasa, glosarium, dan sistem asesmen yang telah dikembangkan memungkinkan model bahan ajar ini dapat diterapkan pada mata kuliah keterampilan berbicara yang lain, seperti Informal Speaking dan Formal Speaking.

           

“Aneka unit dan sub-unit yang ada dalam model bahan ajar ini dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan, yaitu capaian pembelajaran, fungsi-fungsi bahasa yang digunakan, media pembelajaran, strategi pembelajaran, tema dan topik-topik dalam kegiatan pembelajaran, prosedur aktivitas, latihan, dan sistem asesmen untuk keterampilan berbicara,” jelasnya.

 

“Bahan ajar telah divalidasi dan dievaluasi oleh tim ahli, tim dosen, tanggapan mahasiswa dari lima universitas di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, uji efektivitas, dan suntingan dari penerbit sehingga dapat digunakan secara efektif dan bertanggung jawab; dan bahan ajar bersifat memotivasi, yaitu mampu memacu mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan materi lain yang sejalan dengan tuntutan pendidikan abad ke-21,” tambahnya (DM).