FIB Unud Berkolaborasi dengan Center for Young Scientist Selenggarakan Webinar Eksplorasi Data Riset Sosiologi

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud) melalui Program Studi Antropologi Budaya sukses menyelenggarakan kegiatan Webinar inspiratif bertajuk “Eksplorasi Data: Menelusuri Jejak Potensi Riset Bidang Sosiologi” pada Kamis, 5 Juni 2025. Webinar dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom yang terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Acara Webinar tersebut merupakan rangkaian dari persiapan Lomba Peneliti Belia (LPB) Bali 2025. LPB Bali 2025 merupakan perlombaan yang terbuka bagi kalangan pelajar SMP, SMA, SMK, MA, dan MTs se-Bali. Kegiatan ini merupakan realisasi kerja sama antara FIB Unud dengan Center for Young Scientists (CYS), dan mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Provinsi Bali.


Webinar ini menghadirkan dua narasumber dari kalangan akademisi FIB Unud, yaitu Taufik Agus Purnomo, S.Pd., M.A. dan Gede Budarsa, S.Sos., M.Si. Kedua narasumber yang merupakan dosen Prodi Antropologi Budaya, FIB Unud. Acara dipandu oleh moderator Putu Karina Pravitasari, S.Sos., M.Si., yang juga merupakan dosen dari Prodi Antropologi Budaya, FIB Unud. Narasumber pertama, Taufik Agus Purnomo, memaparkan empat komponen penting dalam metode penelitian sosial, yakni: jenis pendekatan, jenis penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data. Sementara itu, Gede Budarsa, menyampaikan pentingnya kepekaan terhadap isu-isu regional, nasional, dan global dalam menentukan topik riset sosial budaya, serta relevansi topik menjadi kunci agar penelitian memiliki kontribusi nyata kepada masyarakat, industri, dan stakeholder.


Setelah sesi pemaparan, webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi. Dalam tersebut, Andika Ari Pratama mengajukan isu diskusi mengenai pengerucutan tema dalam penelitian situs budaya dan potensi pariwisata. Menanggapi hal ini, Budarsa menyarankan untuk melakukan observasi awal langsung ke lapangan dan menggunakan analisis 4A (atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan ancillary services). Ia juga menekankan bahwa pendekatan sosiologi dan antropologi mencakup dimensi naratif dan budaya, bukan hanya aspek fisik situs. Cara agar tema bisa mengerucut adalah dengan melakukan observasi awal dan asesmen langsung di lapangan. Tidak harus selalu berdasarkan dokumen atau arsip sebelumnya. 


Lebih lanjut oleh Budarsa, “Misalnya, jika kita meneliti situs budaya kita bisa menggali mitos, cerita lokal, atau pengetahuan tradisional masyarakat sekitar sebagai titik tolak riset. Dari sana, kita bisa menilai apakah situs tersebut punya potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata, misalnya melalui analisis 4A”. Sementara itu, Taufik menambahkan bahwa pendekatan sosiologi dan antropologi tidak hanya sebatas melihat fisik situs, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya masyarakat. Sosiologi dan antropologi tidak hanya berbicara soal situs fisik, tetapi juga narasi dan makna yang melekat. Cerita lokal, mitos, hingga nilai-nilai budaya bisa menjadi modal penting dalam pengembangan potensi pariwisata berbasis kearifan lokal.


Dalam sesi kedua, diskusi semakin menarik dengan pertanyaan dari peserta Gyselline yang menyinggung pentingnya pemilihan jenis data dalam penelitian komparatif budaya. Para narasumber menjelaskan bahwa perbandingan budaya dapat dilakukan menggunakan data primer maupun sekunder, namun secara umum data sekunder lebih sering digunakan karena lebih efisien. Selain itu, dibahas pula peluang menggabungkan pendekatan sosiologi dan sejarah dalam riset interdisipliner yang menelaah manusia dari perspektif lintas waktu dan sosial. Menutup sesi, narasumber membagikan tips meningkatkan minat terhadap literasi ilmiah dengan memanfaatkan konten media sosial sebagai pemicu rasa penasaran untuk menggali sumber-sumber literatur akademik yang lebih mendalam dan komprehensif.


Acara ditutup secara hikmat melalui closing statement oleh Aliffiati, S.S., M.Si., selaku Koordinator Program Studi Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana dengan menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kolaborasi kegiatan yang diharapkan dapat “Berdampak” bagi kelangsungan siklus riset berkelanjutan. Kemudian dilanjutkan oleh Monika Raharti, Ph.D., selaku Direktur Center for Young Scientist (CYS) yang juga menyampaikan informasi lebih lanjut mengenai perkembangan rencana pelaksanaan Lomba Peneliti Belia Bali 2025 yang diagendakan berlangsung pada bulan depan secara luring.