Mengkaji Transformasi Praktik Yoga di Era Kapitalisme Global, Ningrum Ambarsari Berhasil Raih Gelar Doktor

Pada hari Rabu, 4 Juni 2025, Program Studi Doktor Kajian Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana melangsungkan ujian terbuka di Ruang Ir. Soekarno, Gedung Poerbatjaraka, FIB Unud. Promovenda yang bernama Ningrum Ambarsari, S.Sos., M.B.A., merupakan doktor ke-292 di Program Studi Doktor Kajian Budaya FIB Unud, dan ke-248 di Fakultas Ilmu Budaya Unud. Disertasi yang dibawakan oleh promovenda berjudul, “Spirituality and Commodification: Transformation of Yoga in the Global Capitalism in Bali” yang ditulis sepenuhnya dalam bahasa Inggris. Disertasi promovenda menggambarkan tentang bentuk-bentuk transformasi dalam praktik yoga di Bali, ideologi-ideologi yang mendasari transformasi tersebut serta konsekuensi dari pergeseran ini terhadap masyarakat Bali. Promovenda berhasil mempertahankan disertasinya dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude atau dengan pujian.


Penelitian ini sangat menekankan pada pengalaman nyata para pemangku kepentingan yang beragam, seperti guru yoga, pemilik studio, wisatawan, dan seorang pemimpin spiritual Bali. Studi ini menyoroti bagaimana praktik yoga di Bali mencerminkan tren global yang lebih luas sekaligus bersinggungan dengan sistem kepercayaan lokal, yang menghasilkan bentuk hibrida dari yoga yang terkomodifikasi dengan mengadaptasi spiritualitas lokal. Penelitian dilakukan di Ubud, Denpasar, dan Seminyak selama kurang lebih tiga tahun. Wawasan strategis dari penelitian ini mengungkap bahwa fungsi yoga telah mengalami perluasan yang signifikan dalam berbagai aspek, termasuk makna, tujuan, identitas, dan diplomasi. Penelitian ini menyoroti bagaimana spiritualitas dalam praktik yoga bergerak melampaui kerangka agama tradisional. 


Temuan penelitian ini mengungkap adanya interaksi kompleks antara spiritualitas dan komodifikasi, di mana ritual dan simbol masih terus digunakan. Namun, fungsi dari simbol dan ritual tersebut semakin adaptif, mencerminkan keberlangsungan tradisi di tengah transformasi yang digerakkan oleh pasar. Adanya transformasi praktik yoga di Bali dapat ditinjau dalam empat bentuk: ideologis, proses, manajerial, dan simbolik. Yoga berawal dan berakar dari praktik spiritual dan ritualistik dalam tradisi Hindu. Dalam perkembangannya, para praktisi kini memandang yoga sebagai solusi untuk keseimbangan mental, pereda stres, dan kebugaran fisik, sejalan dengan tren kesehatan kontemporer. Praktiknya telah bergeser dari ritual meditatif menjadi sesi yang lebih dinamis dan berorientasi pada kebugaran. Secara komersial, yoga telah dibentuk oleh pengaruh kapitalisme, dengan studio yang memprioritaskan efisiensi, layanan berbayar, dan pencitraan merek global, meskipun beberapa pusat lokal tetap mempertahankan model berbasis komunitas dan donasi.


Pada akhirnya, masih terdapat celah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Karena penelitian ini terbatas pada lokasi, studio, dan informan tertentu, yang sebagian besar berfokus pada pusat yoga terkenal seperti Ubud, Seminyak, dan Denpasar. Oleh karenanya, penelitian ini membuka peluang bagi penelitian lebih lanjut di bidang budaya populer, terutama pada perluasan lokasi penelitian, serta analisa data empiris implikasi ekonomi terhadap masyarakat Bali, sehingga didapat gambaran praktik Yoga yang lebih beragam. Menutup ujian terbuka, dalam sambutannya, Promotor Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.A. menyampaikan bahwa disertasi ini menganalisis praktik yoga di Bali dalam kerangka teoritik post-strukturalis, jauh lebih dari sekadar analisis struktur yang mengutamakan oposisi biner.