Prodi Doktor Kajian Budaya Luncurkan dan Bedah Buku "Budaya-Budaya di Indonesia dalam Tegangan dan Negosiasi Global-Lokal"


Narasumber bedah buku Dr. I Nyoman Wijaya (kiri) dan Prof. Dr. Ardika (kanan) dipandu oleh Dr. Ginting Suka dua dari kanan (foto-foto Ida Ayu Laksmita Sari).

Program Studi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana menyelenggarakan bedah buku yang berjudul Dari Desain Kebaya hingga Masyarakat Adat Raja Ampat; Budaya-Budaya di Indonesia dalam Tegangan dan Negosiasi Global-Lokal, Jumat 1 Februari 2019 bertempat di ruang Ir. Soekarno kampus setempat.


Buku kumpulan artikel ini disunting oleh dua editor yaitu Dr. Budiawan dan Prof.  Dr. I Ketut Ardhana, M.A. Mereka berperan besar dalam proses kehadiran buku ini. 

 

Acara ini dihadiri sekitar 75 orang yang terdiri dari penulis buku, guru besar, dosen, peneliti, serta mahasiswa program studi Kajian Budaya. Sebagai narasumber dalam bedah buku kali ini adalah Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. dan Dr. I Nyoman Wijaya, M.Hum dengan moderator Dr. Industri Ginting Suka, M.S.

 

Koordinator Prodi Doktor Kajian Budaya Prof. AA Anom Kumbara menerima buku dari wakil editor/penulis, di tengah adalah Wakil Dekan I FIB Unud Prof. Dr. I Nyoman Suparwa. 



Dari Busana Tradisional hingga Busana Bumi

Korprodi Doktor Kajian Budaya, Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara dalam sambutannya mengatakan bahwa buku ini ingin menyampaikan isu-isu penting, dengan membaca buku ini pembaca diajak berpetualang ke belantara Indonesia. “Berangkat dari busana tradisional hingga busana bumi raja ampat, ternyata di balik keindahan tersebut banyak sayatan-sayatan ideologi,” ujar Prof. Anom Kumbara.


 

Semua tulisan yang ada dalam buku ini merupakan hasil kajian atas fenomena yang ada dalam dinamika kebudayaan. “Budaya modern mulai merebut ruang dan waktu. Benturan tidak terelakkan dalam praktik budaya. Budaya merupakan hasil negosiasi, konstruksi, rekonstruksi, dan dekonstruksi budaya berlangsung secara terus-menerus,” ujarnya.

 

Menurut Prof. Anom Kumbara keunggulan dari buku setebal 398 ini dari segi kuantitas, variasi, kritis dan menantang. Membaca buku ini mengantarkan pembaca untuk membaca secara kritis kebudayaan dengan membongkar praktik ideologi.

 

 Peserta diskusi buku.



“Selamat kepada penulis dan editor atas kerja keras dalam mewujudkan buku ini. Terima kasih kepada panitia,” ujar Prof. Anom Kumbara.

 

Kegiatan yang Strategis

Acara ini dibuka oleh Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. Suparwa. Menurut WD I, kegiatan peluncuran ini merupakan acara yang sangat strategis dalam kaitan dengan keanekaragaman tema, rasa apresiasi dan bangga disampaikan karena program ini dirancang dengan konsern untuk memperhatikan budaya nusantara yang sangat kaya.

 

Wakil Dekan I FIB Unud Prof. I Nyoman Suparwa.


Menurut Prof. Suparwa manfaat dari kegiatan bermuara pada mahasiswa S2 dan S3 Kajian Budaya yang sedang menuntut ilmu. Lalu, buku ini akan dapat menjadi referensi untuk mencari kajian mana yang bisa dikembangkan dan difokuskan pada penelitian berikutnya.

 

Fokus Pembedah

Dalam kajiannya, kedua narasumber sebagai pembedah memberikan tinjauan dengan fokus yang berbeda. Pembedah pertama, Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. memberikan perhatian pada isi dan kemungkinan agenda penelitian ke depan, sedangkan Dr. I Nyoman Wijaya,M.Hum. menyoroti struktur tulisan lebih banyak daripada isi.

 

Menurut Prof Ardika, buku ini memuat banyak artikel dengan berbagai topik dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang penulis beragam juga, namun diikat dalam kajian budaya.


 â€œBanyak fenomena di masyarakat bisa dipahami dengan cara lebih baru dengan sudut pandang postmodernisme,” ujar Prof. Ardika. Dia memberikan contoh upacara di sebuah desa di Karangasem yang menyajikan babi guling bahwa sajian babi guling yang disajikan selain untuk kepentingan ritual juga untuk membangun citra diri, seperti tampak dari usaha menyajikan babi guling dengan ukuran cukup besar.

 

Peserta diskusi buku.


Dr. I Nyoman Wijaya dalam kajiannya banyak menyoroti struktur tulisan dan cara penulis buku memaparkan unsur-unsur tulisan seperti kajian pustaka dan metode penelitian. Menurut Wijaya ada penulis yang terlalu jauh menuangkan rumusan masalah dan tujuan tulisan, padahal hal itu sudah mesti disampaikan lebih awal.

 

“Dalam menuangkan isi dan pendekatan, tulisan yang dikumpulkan dalam buku yang dimaksudkan sebagai kajian budaya malah menonjolkan pendekatan antropologi,” ujar Dr. Wijaya.

 

Argumen yang penting dalam pendahuluan, menyatakan kesenjangan dalam literatur, bukan menyampaikan maksud dan tujuan. “Ini untuk memberikan sinyal pernyataan yang lanjut diuraikan sebagai fokus tulisan,” ujar Dr. Wijaya.

 

Peserta diskusi buku.


Diskusi berlangsung hangat dengan tanggapan dari peserta termasuk Prof. Anom Kumbara, Prof. Darma Putra, dan Dr. Ngurah Suryawan. Prof. Anom menyampaikan bahwa semua karya dan pemikiran perlu diapresiasi dan kajian budaya sebagai ilmu dinamis yang kadang juga melawan esensinya sendiri (Ida Ayu Laksmita Sari).