Dari Bedah Buku Prabhajnyana: Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana
[caption id="attachment_1566" align="aligncenter" width="1280"] Dekan FIB Unud Prof. Sutjiati Beratha dan WR IV Unud Prof. Made Suastra menerima buku dari Dr. Ida Bagus Rai Putra (Foto-foto Widhi Kurniawan)[/caption]
Geguritan Loda yang diduga karya I Gusti Ngurah Made Agung menyebutkan bahwa sastra adalah ibu dan ayah yang senantiasa dapat diajak berdialog, bertanya, sembari terus mencari panduan hidup tentang benar dan salah.
Spirit untuk memuliakan sastra sebagai ibu yang dapat dijadikan penuntuk kehidupan menjadi pertimbangan tersendiri bagi UPT Lontar Universitas Udayana untuk melaksanakan acara peluncuran dan diskusi buku yang bertajuk Prabhajnyana: Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana, tepat sehari sebelum peringatan hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2016.
Buku Prabhajnyana : Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana menghimpun 12 tulisan tentang aneka sistem pengetahuan yang terdokumentasi di dalam naskah lontar. Naskah lontar memang dapat disejajarkan dengan buku di zaman sekarang.
Akan tetapi, ‘buku’ tersebut ditulis dengan aksara Bali dengan medium bahasa yang tidak hanya bahasa Bali, melainkan juga bahasa Jawa Kuna, Sanskerta, maupun bahasa Kawi-Bali.
Aksara Bali dan bahasa-bahasa tersebut seringkali menjadi hambatan bagi masyarakat luas untuk mengakses pengetahuan yang telah diwariskan para leluhurnya. Oleh sebab itu, tulisan-tulisan yang ada di dalam buku Prabhajnyana dipersembahkan bagi masyarakat luas yang memiliki kerinduan untuk menggali aneka pengetahuan yang tertuang dalam naskah lontar.
[caption id="attachment_1569" align="aligncenter" width="1280"] Melagukan teks.[/caption]Buku tersebut menghimpun 12 tulisan berkaitan dengan berbagai batang keilmuan yang bersumber dari pustaka lontar. Batang-batang keilmuan yang dimaksud mulai dari khazanah karya sastra kakawin yang sarat dengan ajaran moral dan religius seperti Kakawin Ramayana dan Kakawin Siwaratri Kalpa. Karya sastra kidung yang mengandung filsafat keindahan ‘estetika’ seperti Kidung Dampati Lalangon.
Karya sastra gaguritan yang mengandung refleksi sikap kritis masyarakat seperti Geguritan Bungkling dan I Ketut Bagus. Satua Bali yang memuat pendidikan karakter seperti satua Balu Kawanan dan Balu Kanginan. Karya sastra babad sebagai karya sastra sejarah seperti Babad Buleleng. Lontar wariga yang memuat ilmu astronomi atau perbintangan seperti Wariga Gemet dan yang lainnya.
Secara keseluruhan penulis buku Prabhajnyana merupakan staf UPT Lontar Universitas Udayana dan dosen pada dua program studi yaitu Sastra Bali dan Sastra Jawa Kuna Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
[caption id="attachment_1567" align="aligncenter" width="1280"] Prof. Sukayasa, Prof. Suarka, dan Prof. Duija saat bedah buku.[/caption]Sementara itu, narasumber yang didaulat sebagai pembedah adalah dua orang guru besar yang berasal dari Institut Hindu Darma Negeri Denpasar yaitu Prof. Dr. I Nengah Duija, M.Si., dan guru besar dari Universitas Hindu Indonesia yaitu Prof. Dr. I Wayan Suka Yasa, M.Si. Kedua narasumber dalam membedah buku tersebut dipandu oleh Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.
Diskusi yang dihadiri peserta dari lintas perguruan tinggi, budayawan, penekun lontar, komunitas sastra, mahasiswa, guru, penyuluh bahasa Bali dan lainnya tersebut berjumlah sekitar 200 orang, memenuhi Auditorium Widya Saba Mandala Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Menurut pengamatan dua orang narasumber yang menjadi pembedah buku itu, kehadiran buku Prabhajnyana : Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana menjadi langkah awal yang baik untuk mengetahui lebih dalam kekayaan pengetahuan warisan para leluhur masyarakat Bali yang ditulis di atas daun lontar.
Prof. Duija menyatakan bahwa penerbitan buku tersebut mendapatkan momentum yang tepat, di tengah-tengah semakin krisisnya penekun naskah-naskah klasik di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Prof. Duija juga memberikan catatan bahwa sejatinya apabila dimanfaatkan, isi naskah lontar dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan pengetahuan modern.
Dengan merujuk naskah lontar Darma Pemaculan, Prof. Duija yang juga Rektor IHDN Denpasar menyatakan kemungkinan untuk mengembangkannya di Fakultas Pertanian sangat potensial.
Di sisi lain, Prof. Sukayasa menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang terkandung di dalam naskah lontar sebagai pengejewantahan Weda yaitu satyam (kebenaran), siwam (kebaikan), dan sundaram (keindahan/seni) yang dapat mencerahkan batin manusia. Sesuatu yang didapatkan seseorang setelah mendapatkan pencerahan batin adalah kesidian pada ‘kebahagiaan duniawi’ dan mukti nirmala ‘kebahagiaan rohani’.
Hal tersebut diperoleh dari aktivitas yoga sastra : sebuah aktivitas yang menjadikan karya sastra sebagai sadana untuk mencapai pemanunggalan dengan Tuhan. Catatan yang diberikan oleh Prof. Sukayasa berkaitan erat dengan pengembangan atau penelitian-penelitian lebih lanjut dari tulisan-tulisan yang tersaji dalam buku Prabhajnyana, misalnya penelitian lebih lanjut mengenai tokoh kritis dalam khazanah karya sastra Bali, penelitian lebih lanjut mengenai kamus sinonim yang termuat dalam Dasa Nama, dan yang lainnya.
Menanggapi ulasan para narasumber, I Kadek Satria seorang dosen di Universitas Hindu Indonesia menyatakan pengalamannya dalam menyampaikan darma wacana yang semakin meyakinkan masyarakat Bali apabila merujuk pada naskah-naskah lontar. Ia berharap agar ada terbitan lebih lanjut di masa-masa mendatang, seperti Prabhajnyana II, III, dan seterusnya.
Di sisi lain, seorang jurnalis dan penulis buku I Wayan Westa mempertanyakan kunci wasiat yang dititipkan Poerbatjaraka berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai jawaban atas permasalahan zaman. Sementara itu, I Made Sudiana dari Balai Bahasa Denpasar menyatakan peluang adanya kerjasama antara UPT Lontar Unud dengan Balai Bahasa Denpasar yang juga mengkoleksi naskah-naskah lontar.
I Made Surada menyampaikan apresiasi dan masukan berkaitan dengan terbitan selanjutnya agar bersifat tematik dan apabila memungkinkan disajikan suatu rekonstruksi naskah-naskah yang versinya berbeda di masyarakat. Dengan merujuk perbedaan versi naskah Aji Swamandala, guru besar bahasa Sanskerta IHDN tersebut menyatakan pentingnya pengkajian naskah-naskah lontar Bali.
[caption id="attachment_1574" align="aligncenter" width="1280"] Dari kiri: Wakil Dekan II Nala Antra, Wakil Dekan I Prof. Suparwa, Prof. Sukayasa, Prof. Nengah Duija, Prof. Suarka, dan Dr. Ida Bgaus rai Putra.[/caption]Senada dengan Pak Surada, wakil dekan I Fakultas Teknologi Pertanian menyampaikan sarannya agar di masa depan terbitan Prabhajnyana bisa tematik. Ia juga berharap agar naskah lontar yang memuat sistem pengetahuan tentang kuliner Bali seperti Darma Caruban dapat dimuat di masa mendatang sehingga ada pertanggungjawaban filosofis atas masakah khas Bali.
Demikianlah dialog yang terbangun pada saat diskusi buku Prabhajnyana : Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana, semakin menguatkan arti penting pengkajian naskah lontar yang terwarisi di Bali.
Naskah-naskah lontar koleksi Universitas Udayana sebelumnya memang telah dimanfaatkan oleh masyarakat umum, peneliti, maupun mahasiswa dalam berbagai jenjang pendidikan untuk meraih gelar akademis.
Namun demikian, menurut Dr. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum, sejak didirikan pada tahun 1958 (bersamaan dengan pendirian Fakultas Sastra Udayana Universitas Erlangga, cikal bakal Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana) sampai saat ini belum pernah diadakan pengkajian lontar secara khusus dan diterbitkan dalam suatu buku. Oleh sebab itu, buku Prabhajnyana : Kajian Pustaka Lontar ini merupakan sajian perdana dari UPT Lontar Universitas Udayana.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana Prof. Dr. Sutjiati Beratha, MA yang memberikan sambutan pada saat peluncuran dan diskusi buku tersebut menyatakan bahwa dalam rangka merealisasi amanat pendirian Fakultas Ilmu Budaya sebagai kunci wasiat sesuai harapan para pendiri, pengkajian naskah-naskah lontar yang dilakukan oleh UPT Lontar merupakan terobosan ilmiah yang penting.
Dekan perempuan pertama Fakultas Ilmu Budaya tersebut juga berharap agar buku Prabhajnyana dapat memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan pada nilai-nilai kebudayaan. Dengan demikian, UPT Lontar Universitas Udayana dapat menjadi pusat informasi mengenai lontar dengan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Senada dengan sambutan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Rektor Universitas Udayana yang diwakili oleh wakil rektor IV bidang kerjasama dan sistem informasi juga menegaskan pentingnya keberadaan isi naskah lontar dalam mendukung upaya Universitas Udayana menuju world class university. Prof. Dr. I Made Suastra, M.A juga berpesan agar penggalian terhadap kekayaan pengetahuan yang tertuang dalam naskah lontar terus ditingkatkan, misalnya yang berkaitan dengan pengetahuan tentang energi terbaharukan.
Demikianlah sejumlah asa yang tersimpul melalui diskusi buku Prabhajnyana : Kajian Naskah UPT Lontar Universitas Udayana yang juga disertai dengan pameran lontar, digitalisasi naskah lontar, alih aksara, dan pengadaan 3 naskah lontar yang baru disalin yaitu Uma Tatwa, Kakawin Rama Tantra, dan Geguritan Salampah Laku.
Oleh Putu Eka Guna Yasa Staf UPT Lontar Universitas Udayana
UDAYANA UNIVERSITY