FIB Unud Melepas Mahasiwa Internasional BIPAS Angkatan Ke-16

[caption width="1080" id="attachment_2132" align="aligncenter"] Dekan FIB Unud Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha (berdiri nomor dua dari kiri) berfoto bersama staf Dekan, dosen pengajar, dan mahasiswa BIPAS usai acara pelepasan.[/caption]

Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana melepas mahasiswa BIPAS (Bali International Program on Asian Studies), Rabu 24 Mei 2017 bertempat di Aula Widya Sabha Mandala, FIB Universitas Udayana, Sanglah, Denpasar.

Pelepasan dilakukan oleh Dekan FIB Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, ditandai pemberian sertifikat dan pengalungan tanda kenangan kuliah di FIB Unud. Hadir pada saat pelepasan itu adalah staf dekan dan wakil dari dosen pengajar seperti Prof. Dr. I Wayan Ardika,M.A.

Group Ke-16

Sejak dimulai pada tahun 2009, pelepasan mahasiswa ini adalah kali ke-16. Mahasiswa asing yang mengikuti program ini berjumlah 125 orang. Mereka berasal dari berbagai negara, di antaranya Finlandia dan Jerman sebagai peserta terbanyak, disusul dengan Swedia, Prancis, Denmark, dan lain sebagainya.

Program ini berlangsung selama empat bulan, dimulai pada bulan Januari dan berakhir pada Mei 2017. Mahasiswa BIPAS tidak hanya mengambil mata kuliah Bahasa Indonesia, namun juga mata kuliah lain seperti Sejarah dan Budaya Indonesia, Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional, Ekonomi dan Bisnis Asia Tenggara, Pariwisata Internasional, Hubungan Internasional, Akunting dan Keuangan, serta mata kuliah Global Marketing.

Meningkat Terus

Mahasiswa BIPAS yang belajar di FIB meningkat terus dari tahun ke tahun. Ini terjadi karena dalam proses belajar mengajar, FIB berorientasi pada mutu.

"Kami tetap berorientasi pada kualitas. Mutu menjadi acuan utamanya," ujar Prof. Sutji.

Dekan FIB ini menambahkan bahwa hal itu kesungguhan menjaga mutu dibuktikan dengan usaha yang secara berkesinambungan memperbaiki kurikulum dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan masukan dari institusi yang mengirim mahasiswa untuk belajar ke FIB setiap semester.

Menurut Dekan FIB, untuk efektivitas belajar, Perbaikan perangkat lunak dan keras selalu dilakukan. Sesuai dengan permintaan universitas-universitas di Eropa bahwa mahasiswa BIPAS yang belajar di FIB harus mengambil 1 mata kuliah yang juga diambil oleh mahasiswa lokal dan kuliah bersama-sama, pada semester 2017/2018 bisa direalisasi karena ada 1 mata kuliah yang bernama "Komunikasi Lintas Budaya" akan diajarkan baik untuk mahasiswa asing dan lokal. Bukunya sudah disiapkan untuk mata kuliah tersebut, bukunya ada yang berbahasa Indonesia dan Inggris.

Mahasiswa BIPAS dan lokal akan kuliah bersama-sama untuk mata kuliah Cross-Culture Communication: Social Harmony. FIB selalu menjadi pelopor atau fakultas pertama yang merealisaai permintaan universitas di Eropa, karena kreditnya diakui, semua mata kuliahnya kreditnya bisa ditransfer dg nama European Credit Transfer System (ECTS). Dosen pengampu mata kuliah ini juga sudah ditetapkan.

"Untuk ruang kuliah Unud yg sepenuhnya yg memfasilitasi, BIPAS diizinkan menggunakan gedung IPD (Institute for Piece and Democracy) mulai semester depan," ujar Prof. Sutji.

Sebagai Ajang Promosi

Ketua Program BIPAS, Dr. I Made Rajeg, M.Hum mengucapkan selamat kepada seluruh Mahasiswa BIPAS yang selama 4 bulan telah mengikuti kuliah dengan serius, semoga ilmu yang didapat melalui program ini bermanfaat dan dapat diaplikasikan saat kembali ke negara masing-masing.

"Bawalah hal yang positif selama mahasiswa mengikuti program dan selama tinggal di Bali, jangan lupa promosikan Program BIPAS ini dan promosikan Pulau Bali kepada keluarga dan teman-teman di negara anda."

Tidak lupa Dr. Rajeg mewakili staff pengajar mengucapkan permohonan maaf jika terdapat kekurangan selama Program ini berlangsung.

Dr. Rajeg juga menginformasikan bahwa pada Bulan September 2017 Program BIPAS berikutnya akan menerima 260 orang darmasiswa.

Pengalaman yang Menyenangkan

Perwakilan mahasiwa dari angkatan ke-16 ini, yaitu Irene Schaluck (Jerman), Omar Atriss (Jerman), dan Alina (Finlandia) mengucapkan terimakasih kepada Universitas Udayana dan BIPAS.

Begitu banyak pengalaman yang didapatkan baik dalam studi maupun ketika travelling.

Mereka mengakui sangat suka tinggal di Bali karena cuaca yang bersahabat selama tinggal di Bali, mata kuliah yang diberikan oleh pengajar sangat menarik, serta makanan yang enak.

Mereka juga mengakui bahwa masyarakat Bali sangat ramah dan indahnya tempat wisata di Bali. Namun, ada hal yang tidak disukai, yaitu macet (Rahayu-Dayu Mita).