FIB Unud Serahkan Bantuan kepada Pengungsi Gunung Agung

Sesudah menyerahkan sumbangan, Dekan FIB, Prof. Dr. Luh Sutjiati Beratha, M.A, dosen, dan pegawai yang membeli hasil kerajinan para pengungsi.

Keluarga besar civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana mengadakan penyerahan bantuan kepada pengungsi erupsi Gunung Agung Minggu 17 Desember 2017 di GOR Sweca Pura Klungkung. Penyerahan bantuan ini merupakan bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat.

Penyerahan bantuan ini mengikutsertakan dosen dan para pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. Luh Sutjiati Beratha, M.A.

Kedua Kalinya

Penyerahan bantuan oleh Fakultas Ilmu Budaya ini merupakan kegiatan penyerahan bantun kedua kalinya. Penyerahan bantuan pertama telah dilakukan melalui BIPAS (Bali International Programme on Asian Studies) beserta mahasiswa internasionalnya yang berasal dari berbagai negara.

Dekan FIB, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., saat memberikan pengarahan setelah pengabdian berlangsung.

Menurut dekan FIB, Prof. Sutjiati Beratha, menyalurkan bantuan ke lokasi pengungsian sebaiknya tidak sekaligus bersamaan, sebab keadaan Gunung Agung yang masih belum menentu.

Keluarga besar FIB saat penyerahan bantuan kepada penanggung jawab pengungsian.

"Jika sekaligus dilakukan penyaluran bantuan, maka jumlah bantuan akan membludak," ujarnya.

Kali ini, keluarga FIB Unud mendonasikan kepada pengungsi kebutuhan sehari-hari yang memang sangat dibutuhkan, di antaranya adalah sembako, handuk dan selimut, kebutuhan MCK, serta masker.

"Semua yang didonasikan ini merupakan hasil dari sumbangan sukarela dari para dosen dan pegawai di lingkungan FIB," ujar Prof. Sutji.

Sutjiati Beratha menambahkan, jika situasi masih tetap tidak menentu dan pengungsi masih belum mendapat kepastian untuk kembali ke rumahnya, keluarga FIB akan kembali menggelar kegiatan donasi, namun pada lokasi pengungsian yang berbeda.

Dukungan Moral

Melihat kondisi pengungsi yang sudah kurang lebih tiga bulan berada di pengungsian, mereka lebih membutuhkan dukungan moral.

Kondisi ketidakpastian Gunung Agung membuat mereka tidak bisa kembali ke rumah, memikirkan rumah maupun sawah ladang. Anak-anak maupun remaja kehilangan kesempatan bermain dan bergaul. Ini yang membuat secara psikologis para pengungsi mengalami tekanan.

WD II, Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum saat mengajak anak-anak belajar sambil bermain.

Kedatangan keluarga FIB selain memberikan donasi berupa barang kebutuhan sehari-hari, juga turut memberikan dukungan secara moral. Beberapa dosen dan pegawai mengajak anak-anak untuk bernyanyi, sembari membagi hadiah.

Sementara pengungsi dewasa yang membuat kerajinan berupa anyaman untuk mengisi waktu luangnya, juga mendapat pembeli dadakan.

Dosen dan pegawai FIB berebut membeli sebagai buah tangan sekaligus bentuk dukungan menjaga semangat para pengungsi.

Kedatangan para donatur ke pengungsian bukan semata memberikan sumbangan kebutuhan sehari-hari, namun lebih pada kesadaran rasa persaudaraan yang barangkali tidak akan terasah baik jika tidak diajarkan oleh Gunung Agung (I Gede Gita Purnama A.P.)