Mahasiswa Prodi Sastra Bali FIB Unud Melaksanakan Kegiatan Konservasi Lontar di Sanur

Konservasi bersama mahasiswa sastra Bali-FIB-Unud dan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar (Foto-foto Gita)

Mahasiswa prodi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud melakukan kegiatan konservasi dan identifikasi naskah lontar milik Ida Pedanda Putra Telaga di Gria Telaga Sanur, hari Senin, 25 Desember 2017. Kegiatan konservasi dan identifikasi ini bekerja sama dengan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar.

Kegiatan yang dilaksanakan bertepatan pada hari Natal ini merupakan tindak lanjut dari mata kuliah konservasi lontar yang diperoleh mahasiswa Sastra Bali semester 5.

Pada mata kuliah ini mahasiswa diajarkan teori dan teknik melakukan konservasi naskah lontar. Mata kuliah konservasi diampu oleh Dr. Wayan Suardiana, M. Hum., Drs. I Nyoman Darsana, M. Hum., dan I Gede Gita Purnama, M. Hum. ,ini merupakan mata kuliah wajib dan merupakan salah satu hard skill yang wajib dimiliki oleh mahasiswa Sastra Bali.

Membersihkan lontar.

Selain mendapatkan teori dan teknik, mahasiswa juga melakukan praktek. Praktek dilakukan beberapa kali di perpustakaan dokumentasi Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, dan kali ini praktek dilakukan langsung pada lontar milik masyarakat.

Pengembangan Hard Skill dan Soft Skill

Pengembangan kemampuan hard skill dan soft skill bagi mahasiswa sesuai semangat dan tujuan dari Fakultas Ilmu Budaya sejak pertama kali didirikan. Agar Fakultas Ilmu Budaya mampu menjadi api yang menerangi jagat, memberi pencerahan di dunia. Bagi prodi Sastra Bali FIB, pengembangan hard skill dan soft skill salah satu jalannya adalah melalui mata kuliah konservasi lontar ini.

Salah satu luaran keprofesionalan yang mampu dihasilkan prodi Sastra Bali adalah mencetak konservator naskah kuno. Mahasiswa Sastra Bali sebagai seorang calon konservator naskah lontar harus mendalami betul ilmu konservasi, karena mereka kelak ketika kembali ke masyarakat akan menjadi ujung tombak penyelamatan naskah-naskah lontar.

Lontar yang dikonservasi di Gria Telaga Sanur

Selain itu, harapan dari kuliah ini adalah untuk mengajak mhs agar lebih dekat dg budaya tulis, sering membaca shg tumbuh rasa sayang dg warisan leluhur. Budaya literasi aksara Bali dimulai dari cinta menulis, merawat naskah, dan membaca secara berkesinambungan terutama di kalangan generasi muda

Seperti banyak diketahui, naskah lontar kurang mendapat perhatian serius dari pemilik lontar itu sendiri, banyak pemilik lontar yang karena ketidaktahuannya, akhirnya membiarkan naskah lontar milik mereka terbengkalai tanpa penanganan dan perawatan yang tepat. P

adahal naskah lontar merupakan salah satu warisan budaya Bali yang menyimpan pengetahuan dan kesadaran intelektualitas para tetua Bali.

teknik penyimpanan lontar dengan menggantung di Gria Telaga Sanur.

Aplikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi

Kegiatan konservasi dan identifikasi naskah lontar kali ini merupakan aplikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan dan pengabdian masyarakat. Pada bidang pendidikan, mahasiswa mengembangkan kemampuan hard skill sekaligus soft skill, dengan mengaplikasikan teori dan teknik yang telah didapatkan di kelas.

Selain itu, melakukan konservasi langsung di masyarakat akan menambah pengetahuan serta pengalaman bagi mahasiswa. Pada kegiatan konservasi ini, mahasiswa melihat langsung teknik penyimpanan lontar di Gria Telaga yang tergolong menarik, yaitu dengan cara digantung. Penyimpanan lontar dengan teknik menggantung lontar ini tidak lazim dilakukan pada jenis lontar selain lontar "embat-embatan".

Foto bersama antara Mahasiswa Sastra Bali, Penyuluh Bahasa Bali dan Ida Pedanda Putra Telabah.

Teknik penyimpanan seperti ini terbukti cukup ampuh mempertahankan lontar dari serangan ngengat dan serangga pengganggu lainnya. Hal baru ini menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa.

Penelitian terhadap berbagai teknik penyimpanan lontar yang terdapat di masyarakat secara khusus belum pernah dilakukan, sehingga ini sekaligus membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengumpulkan materi penelitian menyangkut hal tersebut. Hasil akhirnya akan menjadi refrensi yang sangat bermanfaat bagi masa depan naskah lontar di Bali.

Pada bidang pengabdian, mahasiswa sekaligus turut serta dalam mengabdikan ilmu dan pengetahuannya di masyarakat. Turut serta dalam usaha penyelamatan naskah lontar bersama Penyuluh Bahasa Bali. Ida Pedanda Putra Telaga selaku pemilik lontar sangat bersyukur bahwa masih ada generasi muda yang tekun dalam menggeluti bahasa Bali serta mengabdikan kemampuannya di masyarakat.

Ida Pedanda juga berharap bahwa kegiatan seperti ini seharusnya lebih sering dilakukan, sebab mahasiswa akan menjadi lebih terasah kemampuannya dan setelah tamat betul-betul siap mengabdikan ilmunya di masyarakat.

Dengan demikian, Fakultas Ilmu Budaya akan menjadi lembaga yang betul-betul mampu mencetak insan berprestasi serta mampu menjawab tantangan kebudayaan di masa mendatang (I Gede Gita Purnama A. P.)