Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud Gelar Lokakarya Nasional Kiat-kiat Menulis di Jurnal Internasional

[caption width="1600" id="attachment_1927" align="aligncenter"] Rektor Unud Prof. K. Suastika saat menjadi narasumber dalam lokakarya penulisan artikel di jurnal dengen moderator Prof. Ketut Ardhana (Foto Darma Putra).[/caption]

Program Studi Doktor (S3) Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana bekerja sama dengan Jurnal Kajian Bali menyelenggarakan Lokakarya Nasional "Kiat-kiat Menulis di Jurnal Internasional" Kamis, 23 Maret 2017.

Ketua panitia lokakarya Prof. Ketut Ardhana menyampaikan, lokakarya diikuti sekitar 75 orang yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa S3 Kajian Budaya dan Linguistik, dan beberapa pengelola jurnal di lingkungan Universitas Udayana.

Lokakarya dibuka langsung oleh Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD. Selain membuka lokakarya ini, Rektor juga menjadi narasumber karena pengalamannya menulis dan sebagai reviewer di jurnal internasional.

Kesungguhan FIB

Dekan FIB Unud Prof. Sutjiati Beratha,M.A., menyambuta gembira lokakarya ini. Kegiatan ini menunjukkan kesungguhan FIB Unud dan jajarannya mengikuti kebijakan pemerintah dalam meningkatkan riset dan publikasi ilmiah para dosen.

"Ada beberapa lokakarya yang sudah terlaksana, termasuk pembentukan klinik jurnal," ujar Prof. Sutji.

[caption width="1600" id="attachment_1928" align="aligncenter"] Dekan FIB Prof. Sutjiati Beratha memberikan sambutan saat pembukaan lokakarya.[/caption]

Klinik jurnal FIB adalah program pendampingan penulisan jurnal yang berlangsung terus-menerus untuk menghasilkan artikel untuk siap dipublikasikan di jurnal internasional.

Pada sambutannya, Dekan FIB Prof. Sutji juga menyampaikan bahwa sudah ada beberapa jurnal di lingkungan FIB dan yang bisa dijadikan media publikasi untuk para dosen, seperti Jurnal Kajian Bali yang sudah terakreditasi B.

Prof. Sutji juga menyampaikan bahwa publikasi internasional itu memerlukan komitmen yang keras. "Prosesnya panjang, mulai dari mengirim, proses review dan publikasi. Meski demikian, kita harus sabar dan komit melakukan karena ini bagian dari tanggung jawab profesi kita," ujarnya memberi motivasi.

[caption width="1980" id="attachment_1934" align="aligncenter"] Jurnal Kajian Bali, terakreditasi B.[/caption]

Bintang Naik kecuali Bidang Riset

Rektor Prof. Suastika membagi "Pengalaman dan Tantangan Menulis di Jurnal Internasional." Menurutnya bintang pada QS Stars Universitas Udayana tahun 2016 sudah naik menjadi bintang 3, namun pada bidang research bintangnya masih 1 atau belum ada peningkatan jika dibandingkan tujuh bidang lainnya (teaching, employability, internationalization, facilities, social responsibility, inclusiveness, dan overall) yang diberikan penilaian.

"Menurut UNESCO Institute for Statistics, jumlah peneliti maupun publikasi ilmiah Indonesia berada jauh posisinya dibandingkan Korea Selatan, Jepang, Singapura, China, maupun Malaysia," jelasnya.

"Komunikasi dalam jurnal juga sudah mengalami perubahan" ujarnya. Walaupun hasil penelitian telah diterima oleh jurnal yang terindeks Scopus atau Sinta (DIKTI), seorang peneliti  tidak cukup hanya mempublikasikan karya ilmiahnya.

"Tantangan saat ini apakah hasil penelitian kita disitasi atau dimanfaatkan oleh orang lain. Ini adalah hal yang sangat penting, di mana menjadi tolak ukur penilaian terhadap outhorship," jelas Prof. Suastika.

[caption width="1600" id="attachment_1930" align="aligncenter"] Suasana lokakarya penulisan artikel di jurnal.[/caption]

Menarik sejak Judul

Pengalaman yang dibagikan oleh Rektor adalah: Penulis harus memperhatikan gaya selingkung dari jurnal yang dituju, mengetahui ruang lingkup jurnal apakah jurnal tersebut spesifik atau lebih umum, judul harus menarik, abstrak terstruktur, penulis harus jeli melihat apa yang diinginkan jurnal, dan yang paling penting hipotesis baru harus muncul.

"Indonesia condong memiliki budaya verbal dan kita harus mengubahnya menjadi budaya literal, sehingga kita terpacu untuk menulis publikasi ilmiah," ujar Rektor.

Dari sisi lembaga, Rektor menjelaskan bahwa Universitas Udayana telah meningkatkan dana penelitian, distribusi dana penelitian pada setiap fakultas, meningkatkan insentif penelitian, memberikan support berupa lokakarya-lokakarya penulisan jurnal, dan berusaha meningkatkan status jurnal nasional yang Unud miliki menjadi jurnal bertaraf internasional.

[caption width="1072" id="attachment_1929" align="aligncenter"] Dr. Sadjuga (kiri) dan Prof. Darma Putra (kanan) dengan pemandu Dr. Nyoman Dhana.[/caption]

Kebijakan Jurnal RistekDikti

Pembicara kedua adalah Dr. Sadjuga, Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direkturat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti. Dr. Sadjuga membagikan informasi mengenai "Kebijakan Ristekdikti tentang Jurnal Nasional dan Internasional.

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi di Indonesia, dosen yang memiliki jabatan lektor kepala dan guru besar harus menghasilkan karya ilmiah dalam jurnal nasional terakreditasi, maupun dalam jurnal internasional, paten, atau karya seni monumental/desain monumental.

Untuk mempermudah pertanggungjawaban keuangan riset, Ristekdikti membuat paradigma baru.

 "Sebelumnya riset berbasis proses, peneliti sibuk mengurus spj, kuitansi, dan sebagainya sehingga produktivitas publikasi dan paten rendah. Kini riset berbasis output (block grant) sehingga diharapkan produktivitas meningkat tinggi," jelas direktur.

Ristek Dikti juga telah memfasilitasi publikasi ilmiah dan jurnal ilmiah dengan intensif, bantuan, maupun pelatihan.

[caption width="1600" id="attachment_1931" align="aligncenter"] Dekan FIB Prof. Sutjiati Beratha aktif dalam diskusi[/caption]

Dr. Sadjuga membagikan ciri-ciri jurnal predator, yaitu editor tidak jelas anggota dan kualitas kepakarannya, menjanjikan publikasi cepat, biaya untuk mempercepat penerbitan, tidak terindeks dan tidak dapat diindeks, Artikel PDF tidak dapat diperiksa plagiasinya, "Internasional" tetapi hanya satu negara, jurnal negara X, tetapi institusi tidak di negara X, Impact factor tidak dapat dilacak, alamat darat tidak jelas, cakupan artikel sangat luas, website tidak dikelola dengan baik, terlalu banyak kesalahan typo, menggunakan alamat email gratis, ISSN atau DOI tidak benar.

Dalam kesempatan ini, Dr. Sadjuga memperkenalkan portal baru yang bernama SINTA, Science & Technology Index. SINTA merupakan portal yang berisi tentang pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang meliputi antara lain kinerja peneliti/penulis/author, kinerja jurnal, kinerja institusi Iptek. Kedepan SINTA diharapkan juga akan melakukan hasil pengukuran ipteks lainnya dan bisa menjadi ‘scopus’-nya Indonesia.

[caption width="1112" id="attachment_1933" align="aligncenter"] Rektor Unud Prof. Suastika (tengah) bersama Dekan FIB, narasumber, dan panitia lokakarya.[/caption]

Argumen dalam Artikel

Pembicara ketiga adalah Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt yang membagikan kiat-kiat menulis untuk Jurnal. Ketua redaksi Jurnal Kajian Bali yang banyak menulis di jurnal internasional ini membuka presentasinya dengan menekankan pentingnya menulis artikel yang baik untuk jurnal.

"Artikel yang baik itu adalah artikel yang memiliki argumentasi jelas dan baru," ujarnya sambil menambahkan ‘tidak ada argumen berarti tidak ada artikel’. Tulisan tanpa argumen sama dengan, katanya mengutip judul sebuah sinetron, ‘aksara tanpa kata’.

Menurutnya terdapat lima masalah utama dalam penulisan jurnal, yaitu 1) artikel jurnal ditulis sebagai laoran penelitian, padahal keduanya adalah bentuk tulisan berbeda, 2) artikel tidak menyajikan argument yang baru atau orisinal, 3) struktur tulisan kurang solid, kurang kuat terangkai: pendahuluan, metode/teori, hasil/analisis, dan simpulan, 4) masalah data: kurang lengkap; atau kalaupun cukup biasanya kurang analisis, serta 5) kajian pustaka lemah.

[caption width="1600" id="attachment_1932" align="aligncenter"] Peserta lokakarya.[/caption]

Darma Putra juga memberikan lima strategi solusi yaitu, 1) baca artikel jurnal secukupnya. Kenali gaya dan isi artikel di jurnal yang disasar, dan kutip sehingga anda masuk dalam dialog ilmiah dunia mereka, 2) tunjukkan novelty bukan recyle, 3) struktur tulisan agar well connected antara pendahuluan, metode/teori, pembahasan, dan simpulan, 4) Data dan analisis harus kritis dan fokus, dan 5) kajian pustaka dibuat kritis.

Dalam kesempatan ini Darma Putra juga membagi ilmunya mengenai teknik menulis dan cara menulis abstrak yang baik dan menarik (Ida Ayu Laksmita Sari).