Prodi Sejarah FIB Unud Gelar Bedah Buku Sejarah Puri Kauhan Ubud
Acara bedah buku di Kampus FIB Unud, Jumat, 27 Oktober 2017. Dari kiri: Dr. Sri Margana, Dr. I Nyoman Wijaya, Dr. Nyoman Sukiada (moderator), Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, Drs. Ida Bagus Sidemen,SU (Foto-foto Ida Ayu Laksmita Sari).
Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unud menggelar acara bedah buku Menepis Awan, Puri Kauhan Ubud Di Balik Layar Sejarah Bali Abad XVIII-XX (2017) karya sejarawan FIB Unud, Dr. Nyoman Wijaya, di kampus setempat, Jumat, 27 Oktober 2017.
Acara yang berlangsung sehari itu diikuti sekitar 75 peserta, terdiri dari dosen mahasiswa FIB Unud, dan sejumlah undangan termasuk keluarga besar dari Puri Kauhan Ubud dan Puri lain di Bali. Dari kalangan Puri Kauhan itu, hadir dosen UGM Dr. A.A.G.N. Ari Dwipayana, M.Si., membantu Presiden Jokowi sebagai Staf Khusus Presiden.
Acara bedah buku dibuka oleh Dekan FIB Unud diwakili WD 1 Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, dan menampilkan empat pembicara yaitu Dr. Nyoman Wijaya (Penulis), Drs. Ida Bagus Sidemen, SU (pensiunan dosen sejarah Unud), sejarawan Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan (Unud), dan dosen ilmu sejarah UGM Sri Margana, Ph.D (UGM). Acara dipandu dosen sejarah Unud, Dr. I Nyoman Sukiada.
Diskusi dan Penyempurnaan
Panitia pelaksana bedah buku Ketua Prodi Sejarah Dra. Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, M.Si. menyampaikan terima kasih kepada pemrakarsa penulisan buku dari Puri Kauhan Ubud dan penulisnya Dr. I Nyoman Wijaya sehingga acara bedah buku bisa terlaksana.
Ketua Prodi Sejarah Dra. Anak Agung Ayu Rai Wahyuni, M.Si."Terima kasih kepada peserta yang hadir dan bersedia memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan buku yang belum dicetak ini," ujar Anak Agung Ayu Rai Wahyuni.
Kerja Sama Riset dan Publikasi
Wakil Dekan 1 FIB Unud Prof. Dr. I Nyoman Suparwa dalam sambutannya menyampaikan rasa gembira atas kerja sama yang baik antara Prodi Sejarah dan penulis dengan Puri Kauhan Ubud karena berkat kerja sama itu dapat dilaksanakan acara seminar atau bedah buku serta dapat dihasilkan buku sejarah yang menarik.
"Idealnya memang kalangan akademik bisa bekerja dengan berbagai pihak untuk kegiatan riset dan pengabdian pada masyarakat," ujar Prof. Suparwa.
Wakil Dekan 1 Prof. I Nyoman Suparwa.Menyinggung tentang buku sejarah yang ditulis oleh Dr. I Nyoman Wijaya, Wakil Dekan 1 itu menyampaikan kekagumannya karena Wijaya adalah dosen yang produktif.
"Sudah banyak buku sejarah dan biografi yang ditulis. Tulisannya pun memiliki gaya bertutur dan narasi yang khas," ujar Prof. Suparwa.
Dia berharap gaya dan produktivitas menulis, riset, dan publikasi itu dapat memberikan dorongan bagi dosen dan mahasiswa FIB Unud untuk menulis dan publikasi.
Sejarah Kecil
Tokoh Puri Kauhan Ubud A.A.G.N Ari Dwipayana menyampaikan terima kasih kepada Prodi Sejarah Unud yang telah menggelar acara bedah buku, dan kepada Dr. I Nyoman Wijaya yang telah meluangkan waktunya untuk menulis sejarah Puri Kauhan Ubud.
Belakangan ini, kata Agung Ari Dwipayana, ada kecenderungan untuk menulis sejarah kecil sebagai pelengkap sejarah besar. Sejarah kecil itu, misalnya, sejarah keluarga atau sejarah kampung, sebagai lawan dari kecenderungan menulis sejarah kota dan penguasa.
Dr. AAGN Ari Dwipayana, M.Si.,"Sejarah kecil pun dapat membuka wawasan pembaca tentang berbagai hal yang terkait dengan hal yang besar. Dari sejarah keluarga, misalnya, bisa terungkap sejarah intelektual lainnya," ujar doktor ilmu politik UGM itu.
Dia menyebutkan bahwa di dalam leluhurnya, ada sosok yang senang menulis, membuat catatan tentang apa saja, sesuatu yang agak maju dibandingkan kebiasaan tradisi lisan yang dominan waktu itu.
"Sayang sekali, ketika terjadi kebakaran, catatan itu hangus semua, padahal sangat berguna untuk merekonstruksi masa lalu yang penting kita ketahui," ujar Agung Ari.
Dia menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang baik antara pihak akademisi dan puri dalam menulis bagian dari sejarah yang ada.
"Kolaborasi ini akan mengurangi unsur subjektivitas dalam penulisan sejarah. Sejarah ditulis adalah untuk keharmonisan, untuk menyatukan, bukan sebaliknya," ujar Ari Dwipayana.
Draft buku.Tiga Bulan
Menurut penulisnya, I Nyoman Wijaya, buku ini ditulis dalam waktu tiga bulan. Buku setebal 333 halaman itu terdiri dari 14 bab, berisi uraian mengenai pendekatan sejarah yang digunakan dan subjek yang dibahas serta ilustrasi foto dari Puri Kauhan dan juga puri lain di Ubud seperti Puri Ubud.
Sebagai penulis sejarah yang berpengalaman, Wijaya dalam menyusun buku ini mengumpulkan banyak sekali data dan informasi yang diverifikasi dengan fakta dan sumber lain agar valid sebagai data sejarah.
Dalam acara diskusi, ada sejumlah saran dan masukan yang diberikan para peserta, semua itu sesuai dengan tujuan bedah buku adalah untuk penyempurnaan buku sebelum akhirnya nanti diterbitkan.
Para peserta dan undangan.Informasi Penting
Salah satu pembahas, Dr. Margana menyambut baik kehadiran buku ini karena dapat memberikan gambaran yang lebih luas mengenai salah satu bagian dalam sejarah Bali.
"Puri yang ditulis ini ternyata memiliki kaitan yang penting dengan puri lain seperti Ubud yang sudah ditulis dalam sejarah. Dalam buku ini, informasi penting lainnya banyak terungkap," ujar Sri Margana.
Dosen sejarah UGM tamatan Leiden University itu menyampaikan bahwa buku sejarah Puri Kauhan ini bukan merupakan sejarah kecil karena menguraikan sejarah elit, kelompok bangsawan puri.
Peserta bedah buku."Tetap berguna karena dari sejarah keluarga puri, sejarah Bali yang lebih luas bisa diketahui dengan lebih kaya," ujar Margana.
Dalam diskusi, yang dibahas adalah draft buku, yang belum berisi gambar sampul (Ida Ayu Laksmita Sari).
UDAYANA UNIVERSITY