Teliti Transformasi Tari Lulo pada Masyarakat Tolaki Sulawesi Tenggara, Abdul Alim Raih Gelar Doktor Kajian Budaya

Penyerahan tanda kelulusan oleh Promotor Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.

Program Studi Doktor (S3) Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana menyelenggarakan ujian terbuka (promosi doktor) untuk Abdul Alim, S.Pd., M.Si., pada Kamis 31 Agustus 2017 di Ruang Ir. Soekarno kampus setempat. Ujian terbuka dipimpin langsung oleh Dekan FIB Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.

Pada ujian terbuka kali ini, promovendus Abdul Alim mempertahankan disertasi dengan judul "Transformasi Tari Lulo pada Masyarakat Tolaki di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara". Dalam proses penelitian dan penulisan disertasi, promovendus dibimbing oleh promotor Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., Kopromotor I adalah Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S., dan Kopromotor II adalah Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.

Setelah mengikuti ujian, Abdul Alim dinyatakan lulus dengan predikat ‘Sangat Baik’. Dr. Abdul Alim, S.Pd., M.Si merupakan doktor ke-198 pada Program S3 Kajian Budaya, dan merupakan doktor ke-18 di Fakultas Ilmu Budaya.

Tim Penguji

Sebagai ketua penguji pada ujian ini adalah Prof. Dr. I Made Suastika, S.U., anggota penguji diantaranya adalah Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M. S., Dr. I Ggusti Ketut Gde Arsana, M.Si., Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A., Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum., Dr. Ni Luh Nyoman Kebayantini, M.Si., dan Dr. La Aso, S.Pd., M.Hum.

Ujian terbuka/ promosi doktor dihadiri dosen, keluarga promovendus dan koleganya, serta karyasiswa Program Kajian Budaya FIB.

Dekan FIB Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha selaku pimpinan sidang (tengah).

Tari Lulo Identias Budaya Bersama

Masyarakat Tolaki sebagai pendukung Tari Lulo ini mendiami wilayah Kabupaten Konawe, Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe Utara, dan Konawe Kepulauan. Dahulu semua wilayah ini bernaung di bawah dua kerajaan berbeda, Kerajaan Konawe dan Kerajaan Mekongga. Meskipun masyarakat Tolaki memiliki wilayah kerajaan yang berbeda, Tari Lulo menjadi identitas budaya bersama.

Tarian ini lahir dari ritual panen masyarakat Tolaki. Sebagai seni pertunjukan, tarian ini terdiri dari unsur musik dan tari.

"Tarian ini dianggap sakral yang ada dalam kehidupan masyarakat Tolaki," ujar Abdul Alim.

Abdul Alim saat memaparkan disertasinya

Tarian ini dipertunjukkan secara bersama saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran yang mengikuti instrumen musik pengiring.

"Keharmonisan tarian ini terletak pada gerak-gerik tangan dan kaki secara bersamaan," ujarnya.

Transformasi Tari Lulo

Pengaruh budaya global menyebabkan fungsi tari berubah dari sakral ke profan, dari ritual ke teatrikal, dan dari ekspresi seremonial ke limitasi waktu temporal. Di samping itu, dalam kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat menjadi bertendensi hiburan dan pertunjukan festival.

Budaya global juga memengaruhi pergeseran pemaknaan dan pendefinisian terhadap sakralitas Tari Lulo. Dengan kata lain, telah terjadi pergeseran nilai terhadap pemahaman Tari Lulo.

"Semua itu berimplikasi terhadap perilaku dan praktik-praktik budaya masyarakat Tolaki yang berada di Kabupaten Konawe," ujar Abdul Alim.

Penciptaan ruang pesta perkawinan, menjemput tamu, festival, lomba, dan kegiatan acara lainnya yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya dengan menampilkan Tari Lulo menimbulkan pergeseran bentuk, gerak, dan varian Tari Lulo.

Promovendous berfoto bersama dengan tim penguji.

Temuan Penelitian

Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa sebelum mengalami transformasi fungsi Tari Lulo hampir punah terutama ketika Tari Lulo ini berfungsi tunggal atau berfungsi sebagai medium pengobatan dan pemujaan. Kondisi masa suram sebagai implikasi berkembangnya rasionalitas.

Sejak munculnya inisiatif yang bersifat konstruktivis, baik oleh masyarakat pendukung maupun adanya komitmen politik-pembinaan oleh pemerintah daerah yang mengarah kepada upaya untuk merevitalisasi Tari Lulo tersebut, terjadi kegairahan baru.

Bersama dengan munculnya kegairahan baru tersebut, tidak bisa dipungkiri terjadinya berbagai perubahan terhadap fungsi Tari Lulo yang pada intinya mengalami transformasi fungsi, seperti seremonial penyambutan tamu, pesta pernikahan, festival lomba, hiburan dan pergaulan, justru Tari Lulo semakin eksis.

Perubahan terjadi karena adanya pengaruh budaya global, yakni teknologi, ekonomi, pendidikan, dan kreativitas masyarakat terhadap budaya lokal (I Gede Gita Purnama A.P.).