Obituari: Prof. I Wayan Djendra dalam Kenangan
Oleh Widminarko
[caption id="attachment_1200" align="aligncenter" width="960"] Wayan Jendra (sebelah kiri Paulus Yos Adi Riyadi) di depan Diskusi Sastra 28 April 1976, yang membidani lahirnya Sanggar Pos Remaja, 9 Mei1976.[/caption]WAYAN JENDRA DALAM KENANGAN – Seorang teman seangkatan saya di Fakultas Sastra (FS) Unud, Sujiwo, menelepon dan mengabarkan, Prof. Dr. I Wayan Jendra, S.U. meninggal di RSUP Sanglah, Minggu (28/8) siang. Di facebook saya mendapatkan informasi, pengabenannya di Kuburan Badung, Selasa (30/8) siang. Almarhum , mahasiswa FS Unud Angkatan 1961, Jurusan Sastra Indonesia, seangkatan Yatma Pramana, Luki Rukmowati, Susilowati, dll.
Kesan kami, Almarhum mahasiswa yang pintar. Ia dipercaya dosen memberikan bimbingan belajar kepada mahasiswa Angkatan 1962, termasuk saya, dalam mata kuliah Linguistik (Ilmu Bahasa). "Kalau menjelaskan, Pak Jendra lebih pintar dibandingkan dosennya, Pak Ngurah Bagus," rata-rata kesan kami saat itu. Yang dimaksud Ngurah Bagus adalah "Ngurah Bagus Peguyangan", dosen linguistik. Saat itu ada dua orang yang namanya sama. Supaya tidak mengelirukan, yang satu disebut "Ngurah Bagus Tabanan".
Semasa mahasiswa, Almarhum dikenal sebagai aktivis. Tanggal 1 November 1965, ia terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa FS. Pengurus Senat ini terpilih melewati proses panjang. Ceritanya, Ketua Umum Senat lama, I Wayan Bawa, terpilih menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Unud (DMUU). Ditetapkan menjadi Pj. Ketua Senat, Yatma Pramana, yang sebelumnya Sekretaris Umum Senat.
Saya yang menjabat Sekretaris II, ditunjuk mewakili Pengurus Senat Sementara ini menjadi Anggota (kemudian terpilih menjadi Ketua) Formatur. Anggota lainnya dari Ormas Mahasiswa yakni GMNI, PMKRI, GMKI, GMHB, CGMI, dan Germindo.
Berbulan-bulan rapat Formatur, Pengurus Baru tak berhasil disusun. Jabatan Ketua Umum disepakati dari GMNI, tetapi jabatan Sekretaris Umum menjadi rebutan antara GMNI (yang didukung PMKRI, GMKI dan GMHB) dan CGMI (didukung Germindo). Formatur gagal menjalankan tugasnya sampai akhirnya meletus G 30 S/PKI, 30 September 1965. CGMI dan Germindo dikeluarkan dari Formatur. Formatur menetapkan Pengurus Baru Senat dipimpin I Wayan Jendra. Berita terpilihnya Pengurus Senat periode 1965-1966 itu diberitakan "Suara Indonesia" 3 November 1965 (lihat foto).
[caption id="attachment_1198" align="aligncenter" width="960"] "Suara Indonesia" 3 November 1965 memuat terpilihnya Pengurus Senat Mahasiswa FS Unud 1965 – 1966 diketuai Wayan Jendra.[/caption]Almarhum juga aktivis GMNI. Saat ditetapkan menjadi Ketua Senat, ia menjabat Sekretaris GMNI Komisariat Fakultas Sastra yang diketuai Wayan Suteja. Saat berlangsung Konperda I GMNI Bali-Nusra 22 – 23 Januari 1966 di Gedung DPRDGR Bali (di Kelandis), Almarhum bertugas menjadi Redaksi Buletin Konperda, bersama Yudha Paniek dan saya. Kebetulan kami bertiga juga Pengurus Sanggar Nandi Gumarang yang berdiri 10 Oktober 1965. Yudha Paniek Ketua, Almarhum Wakil Ketua, dan saya Seksi Publikasi/Dokumentasi.
Almarhum memiliki keterampilan melukis. Saat Senat Mahasiswa diketuai I Gusti Bagus Arthanegara dan menerbitkan "Saraswati", karikatur karya Almarhum dimuat dalam penerbitan kampus itu, Februari 1974 (lihat foto).
[caption id="attachment_1199" align="aligncenter" width="960"] Karikatur karya Wayan Jendra dimuat "Saraswati", Februari 1974.[/caption]Almarhum termasuk sosok yang peduli pada proses kuliah dan masa depan Fakultas Sastra. Ia tampil sebagai pembawa prasaran dalam Seminar Jurusan Sastra Indonesia dan Anthropologi FS Unud, 28 – 29 Desember 1973. Dua prasaran lainnya disampaikan Drs. I Gusti Ngurah Bagus dan I Wayan Bawa. Sebagian keputusannya: Pelajaran kemahiran Bahasa Indonesia perlu diberikan di semua fakultas dalam lingkungan Unud; Sarjana Sastra mempunyai peranan penting dalam pariwisata budaya yang mencakup perencanaan, pembinaan, dan evaluasi.
[caption id="attachment_1201" align="aligncenter" width="744"] Wayan Jendra (kanan), Widminarko (tengah) dan Yudha Paniek, redaksi Buletin Konperda GMNI Bali-Nusra, berfoto di depan Pura Tirta Empul, Tampaksiring, 1966.[/caption]Almarhum sering tampil di berbagai diskusi. Dalam Diskusi Sastra 28 April 1976 yang saya pandu, ia tampil menjadi pembicara bersama "aktivis Fakultas Sastra" lainnya, Paulus Yos Adi Riyadi dan Made Taro. Sebagai tindak lanjut diskusi memperingati Hari Chairil Anwar inilah lahir Sanggar Pos Remaja, 9 Mei 1976.
Inilah sebagian kiprah Almarhum tahun 1960 dan 1970-an yang menggambarkan kegiatannya sebagai sosok aktivis di kampus dan di luar kampus, yang mungkin belum banyak diketahui simpatisannya yang hingga menjelang kepergiannya jumlahnya cukup banyak, khususnya yang terkait kiprah Almarhum dalam bidang spiritual dan keagamaan (dikutip dari di FB Widminarko).
UDAYANA UNIVERSITY