Prodi Sastra Jepang FIB Unud Menggelar Seminar Budaya Jepang untuk Mendukung Pembelajaran Bahasa Jepang



Prodi Sastra Jepang Universitas Udayana bekerja sama dengan The Japan Foundation menyelenggarakan seminar secara daring bertajuk Nihon no Bunka, Senin 17 Agustus 2020. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube https://youtu.be/Ys2tQMfEjmQ

 

Seminar seni budaya ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Dr. Yukako Yoshida dari Tokyo University of Foreign Studies, Dr. Wanda Listiani, MDs. dari Institut Seni Budaya Indonesia Bandung, Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, M.Hum. dari Prodi Sastra Jepang Universitas Udayana, dan seorang guest speaker yaitu Mr. Taizo Kobayashi pemilik dari Kobayashi Studio yang melestarikan topeng maupun kesenian kagura.


Dekan FIB Unud, Dr. Ni Made Sri Satyawati, S.S.,M.Hum.

 

Acara yang dimoderatori oleh Dr. Made Ratna Dian Aryani ini berlangsung sejak Pk. 10.00-12.30 WITA dihadiri kurang lebih 180 peserta baik dosen, mahasiswa, maupun masyarakat umum yang tertarik dengan budaya Jepang.

 

Produktif Masa Pandemi

Dalam sambutan pembukaan acara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. menyampaikan apresiasi kepada Prodi Sastra Jepang FIB Unud karena berhasil melaksanakan seminar sebagai tanda civitas akademika FIB tetap produktif di masa pandemi dengan mitra kerja sama nasional dan internasional.

 

Apresiasi juga disampaikan Dekan FIB Unud kepada The Japan Foundation yang telah mendukung terlaksananya kerja sama akademik ini. “Semoga kerja sama ini terus berlanjut sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan citra universitas secara internasional,” ujar Dr. Made Sri Satyawati.

 

Dekan menilai bahwa seminar ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen kami, khususnya Prodi Sastra Jepang. Dekan berharap semoga seminar mengenai budaya Jepang ini, dapat mendukung pembelajaran bahasa Jepang khususnya di Universitas Udayana.

 

Atas nama pimpinan, Dekan menyampaikan terima kasih kepada panitia yang berhasil melaksanakan seminar seni budaya dengan mitra kerja sama nasional ISBI Bandung dan internasional yaitu Tokyo University of Foreign Studies.


Dr.

 Dr. Yukako Yoshida.

Kagura: Seni Topeng Jepang


Pembicara dari Jepang Dr. Yoshida menyajikan makalah tinjauan komparatif antara seni topeng Bali dan seni topeng Jepang, kagura. Kagura merupakan seni pementasan tradisional Jepang yang menceritakan mengenai mitos, dewa-dewa dan tiap daerah di Jepang memiliki style pementasan lokal yang berbeda.

 

Menurut Dr. Yoshida yang merupakan dosen antropologi kebudayaan di Tokyo University of Foreign Studies kesenian Kagura Jepang memiliki banyak persamaan dengan drama tari topeng di Bali.



 

Persamaan tersebut di antaranya, kagura dan tari topeng Bali memiliki dua fungsi, yaitu sebagai pertunjukan untuk hiburan dan juga bagian dari upacara. Keduanya tradisi ini juga banyak mengandung mitos, dan merupakan bagian dari kegiatan komunitas lokal.


Mr. Taizo Kobayashi.

 

Mr. Taizo Kobayashi yang merupakan guest speaker pada seminar kali ini merupakan penggiat seni kagura dan telah melestarikan seni topeng tradisional Jepang kagura ini dengan penuh kreativitas. Mr. Kobayashi juga sebagai pencetus kegiatan Umi Kagura sejak tahun 2005 di daerah Yunotsu, Iwami.

 

Pementasan ini dilakukan di pinggir “umi” (laut). Mr. Taizo dan Dr. Yoshida juga pernah melakukan seni kolaborasi dengan seniman Bali Bali pada tahun 2018, salah satunya Bapak Anak Agung Anom Putra. Judul kreasi yang dipentaskan yaitu, Nyegara Gunung dengan konsep mitos Jepang (orochi) naga dengan 8 kepala. Selain itu terdapat juga karya yang berjudul In-yo Gogyo, Matahari dan lima Dewa.

 

Sakura dan Seni Generatif

Narasumber dari ISBI Bandung, Dr. Wanda membawakan tema mengenai seni generatif yang terinsprasi dari perjalanan sekaligus penelitian ke Jepang selama lima tahun terakhir. Dokumentasi-dokumentasi hasil riset mengenai bunga sakura dan bunga lainnya di Jepang dijadikan sebuah bentuk karya seni.


Dr. Wanda.

 

Sakura populer sejak abad ke-10, di mana orang Jepang ketika berkata “hana” (bunga) merujuk pada Sakura atau Cherry Blossm. Namun, sebelumnya kata hana merujuk pada “Plum Blossom”.

 

Pembatasan ruang gerak karena covid-19 membuat Dr. Wanda terinspirasi untuk melakukan hal yang produktif dan kreatif. Ketua LPPM ISBI Bandung ini menggunakan hasil foto yang dimiliki untuk dijadikan karya seni generatif. Dengan perkembangan teknologi digital dan menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada, open source dengan bahasa pemrograman, agoritma, rumus matematika maka dapat menjadi suatu hasil karya. Karya seni bukan hanya menghasilkan satu produk seni tapi dapat menjadi media healing dan cemas terhadap kondisi saat ini.



 

Pengenalan Budaya Ainu

Dr. Ida Ayu Laksmita Sari dari Universitas Udayana memperkenalkan budaya Ainu melalui resepsi visual dan resepsi sastra. Menurutnya pembelajar di Indonesia sudah sangat paham dengan budaya populer Jepang, namun belum banyak mengetahui keunikan budaya dari masyarakat Ainu yang berbeda dengan budaya Jepang secara umum.


Dr. Ida Ayu Laksmita Sari

 

Menurutnya cerita rakyat Ainu sangat kental dengan budaya. Cerita rakyat tersebut mengisahkan hubungan manusia dengan dewa (kamui), terutama dalam konteks ritual yang merupakan cermin dari kepercayaan mereka.

 

Pengenalan budaya melalui cerita rakyat yang diresepsi secara visual maupun sastra ternyata cukup efektif untuk memperkenalkan Budaya Ainu secara cross cultural. Hasil keduanya juga sangat bergantung dari tingkat pengalaman budaya responden dan hasil penggalian informasi mandiri mengenai budaya Ainu.


Selain itu, Dr. Ida Ayu Laksmita Sari juga meneggaskan bahwa pembelajaran bahasa Jepang tentu akan lebih menarik jika mengetahui budayanya.


Presentasi dari narasumber yang merupakan hal-hal baru itu mendapat banyak perhatian dari peserta. Banyak pertanyaan diajukan dalam acara tanya jawab (DM).