SEMINAR SERI: MARAPU, Arena Pembentukan Jati Diri Orang Sumba
Seminar Seri Sastra dan Budaya yang digelar FIB Unud setiap bulan akan dilaksanakan Rabu, 23 November 2016, mulai pk. 09.00, di Aula FIB Unud, Jalan Nias Denpasar.
Seminar yang terbuka untuk umum ini menampilkan dosen antropologi Dr. Purwadi Soeriadiredja. Alumnus program doktor Ilmu Antropologi dari Universitas Indonesia ini akan menyajikan makalah berjudul "MARAPU, Arena Pembentukan Jati Diri Orang Sumba".
Berikut adalah Abstrak dan Profil pemakalah.
ABSTRAK
Penulisan ini mengkaji bagaimana orang Sumba mengkonstruksi identitas budaya mereka berkaitan dengan keagamaannya dalam menghadapi proses pendiskriminasian di sekeliling mereka. Pemeluk agama Marapu menjadi terdiskriminasi bukan karena identitas budaya yang melekat padanya, akan tetapi akibat pencitraan negatif terhadapnya. Kategori diskriminatif dengan semua atribut dan peran yang melekat padanya bukanlah konstruk alamiah, melainkan suatu produk sejarah dan produk representasi.Kajian bertujuan mengungkapkan aspek-aspek yang berkaitan dengan representasi budaya dan masyarakat Sumba, untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana orang Sumba telah direpresentasikan oleh orang-orang lain, dan bagaimana mereka telah menampilkan diri mereka sendiri kepada dunia luar.
Identitas budaya adalah sesuatu yang dikonstruksi, untuk mengungkapkannya merujuk pada konsep identitas (identity) dari Erik H.Erikson, yang melihat identitas sebagai suatu proses restrukturasi segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu, di mana seluruh identitas fragmenter yang dahulu diolah dalam perspektif suatu masa depan yang diantisipasi.
Temuan memperlihatkan bahwa identitas budaya orang Sumba merupakan hasil dari interaksi antara kekuatan-kekuatan dari "luar" dengan praktek kehidupan yang dilandasi tatanan hidup mereka. Marapu adalah agama yang merupakan identitas budaya orang Sumba, yang menjadi pedoman dasar atau nilai-nilai yang menata kehidupan mereka. Bagi orang Sumba yang bukan pemeluk agama Marapu, ke-Marapu-an dianggap sebagai adat istiadat dari nenek moyang saja, dan bukan sebagai suatu keyakinan yang mereka peluk. Bagi orang Sumba, beralih agama merupakan suatu kompromi, yaitu merupakan salah satu bentuk "strategi perlindungan budaya" yang dapat meredam ketakutan dan agresi yang timbul di antara individu dan masyarakat. Budaya yang bersifat kompromistis ini diaktifkan melalui lembaga adat yang tetap selalu mengedepankan musyawarah dan memegang teguh konsep kebersamaan dan solidaritas.
Kata kunci : Marapu, jati diri, diskriminasi, kompromistis.
PROFIL
PURWADI SOERIADIREDJA adalah staf pengajar tetap di Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana di Denpasar, Bali. Purwadi lahir dan dibesarkan di Bandung, Jawa Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Bandung, memperoleh gelar Sarjana Antropologi dari Universitas Padjadjaran, Bandung; memperoleh Magister Humaniora (Antropologi) dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; mengikuti pendidikan Drug Surveillance and Social Research di Victoria University - Burnet Institute, Melbourne, Australia; memperoleh gelar Doktor dalam ilmu Antropologi dari Universitas Indonesia, Depok.
Pernah melakukan penelitian sosial-budaya di berbagai tempat di Indonesia, diantaranya di Pulau Sumba, NTT. Pernah pula bekerja sebagai staf peneliti pada Bronchorst BV, Netherland; menjadi dosen paruh waktu di Universitas Warmadewa, Denpasar; dosen tamu di Nanzan University, Nagoya, Japan; konsultan budaya di Museum fur Volkerkunde, Berlin, Germany; konsultan seni kontemporer pada Alamoda Design Bureau, Berlin, Germany.
e-mail : kuyahambu@yahoo.com
UDAYANA UNIVERSITY