Catatan Kegiatan Sosialisasi Program Studi Sastra Indonesia ke SMAN I Praya Lombok Barat

Tim sosialisasi Prodi Sastra Indonesia ke Lombok Tengah.


"Apakah ada tempat ibadah?" Pertanyaan ini datang dari Ratalia Puspita Parera, salah seorang murid yang hadir dan mengikuti Kegiatan Sosialisasi Program Studi Sastra Indonesia  FIB Unud), di SMAN I Praya, 06 Agustus 2019.

 

Pertanyaan yang sangat sederhana namun memiliki makna serius tentang identitas. Pertanyaan yang mewajibkan sebuah materi sosialisasi yang komprehensif tentang sejarah, kurikulum, masa studi, output (luaran), peluang kerja, masa depan, serta materi lintas budaya.

 

Bagaimana murid SMA dapat memahami dengan baik bahwa Prodi Sasindo FIB Unud yang ada di Bali berpikir kreatif tentang pluralitas dan multikultural dalam konteks keindonesiaan melalui Tridarma Perguruan Tinggi.

 

Suasana sosialisasi.

 

Tentang SMAN I Praya

 

SMAN I Praya terletak di Jln. Ki Hajar Dewantara No 1 Praya Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2019, SMAN I Praya memiliki 1150 murid dengan 34 rombongan belajar dengan rata-rata perkelas 39 orang murid. Sekolah ini memiliki SK Pendirian dan Izin Operasional sejak 21 Agustus 1967.

 

Sekolah ini berdiri di atas lahan seluas 17.000 meter persegi. Halaman depan sekolah tampak luas, bersih, dan hijau. Dilihat dari depan sekolah dengan bangunan lantai dua memanjang sepanjang lebar tanah ini tampak seperti kantor-kantor daerah tingkat 1.

 

Dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota besar yang miskin taman apalagi halaman, SMAN 1 Praya menyuguhkan suasana lain. Para tamu langsung diterima oleh lingkungan asri bernuansa oksigen.


Tim sosialisasi Sastra Indonesia dengan para siswa.

 

Tim Sosialisasi selanjutnya diterima dengan ramah tama oleh PJS Kepala Sekolah Drs. H. Jus An, M.Pd (58). Pak Jus An termasuk kepala sekolah yang tidak sungkan membanggakan sekolah dan murid-muridnya.

 

Pada awal pertemuan dijelaskan bahwa tahun 2019 ini ada sejumlah siswanya yang diterima di beberapa Perguruan Tinggi terkenal. Beliau pun tampak bangga saat Koprodi Sasindo menjelaskan tentang Tommy salah satu alumni SMAN I Praya yang kini studi di Prodi Sasindo FIB Unud.

"Kedatangan kami ke SMAN I Praya ini juga karena mahasiswa kami ini. Saat ini Tommy tidak bisa ikut dengan kami karena sedang KKN," kata Koprodi Sastra Indoneisa, Dr. I Ketut Sudewa, M.Hum.  

 

Tim Sosialisasi sebanyak sembilan orang: Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum (Koordinator Prodi), Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., Dr. Dra. Maria Matildis Banda, M.S., Dra. Sri Jumadiah, M.S., Drs. I Wayan Teguh, M.Hum (Ketua Lab Prodi), Dra. Ni Putu N. Widarsini, M.Hum, Drs. I Gusti Ngurah Putrayasa, M.Hum, serta dua orang mantan dosen yaitu Drs. I Made Suarsa, S.U., dan Drs. I Made Suida.


Tim mendapat kesempatan tatap muka langsung dengan siswa-siswi kelas XI dan XII jurusan Bahasa dan Budaya di salah satu Aula SMAN I Praya. Para murid didampingi beberapa orang guru antara lain H. Hapazah, M.Pd, guru Bahasa Indonesia.


Pertanyaan Serius Tentang Standar Nilai

 

Korprodi Sastra Indonesia, Dr. Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum di hadapan para siswa/i menjelaskan tentang berbagai hal tentang Prodi Sasindo. Diawali dengan visi misi Universitas Udayana, Fakultas Ilmu Budaya, dan Prodi Sastra Indonesia (Prodi Sasindo) lengkap dengan out put serta peluang kerja.

 

Sosialisasi ini Prodi Sasindo ini menjadi menarik ketika diberi kesempatan dialog dalam bentuk tanya jawab. Pertanyaan seputar kurikulum, jumlah mata kuliah, materi kuliah, metode perkuliahan mata kuliah tertentu, serta standar nilai A, B, atau C misalnya.

 

Pertanyaan ini dijawab oleh Kopro dengan lengkap. Dilihat dari materi pertanyaan dapat dipastikan siswa/i SMAN I Praya yang ikut aktif dalam sosialisasi ini, cukup cerdas, serius, dan memiliki minat. 

 

Demikian pula pertanyaan tentang standar nilai misalnya, Korpro menjelaskan bahwa dirinya memutuskan agar nilai mahasiswa minimal B. Jika ada mahasiswa yang mendapat nilai di bawahnya, para dosen diwajibkan memberi tugas tertentu, agar dapat dinaikkan menjadi B. Jawaban ini ditanggapi langsung oleh guru Bahasa Indonesia H. Hapazah, M.Pd.

 

"Mengapa standar minimal bukan A? Kenapa B? Bukankah para mahasiswa mesti diberi motivasi untuk mencapai A? Berdasarkan tanggapan ini, Koorpro Sasindo menjelaskan bahwa standar nilai belum seragam. Apabila mahasiswa bisa mencapai A tentu jauh lebih baik. Unud sendiri memiliki standar yang berbeda dengan FIB.

 

Enam ‘S’ dan Pertanyaan Tentang Tempat Ibadah

Dari ruang Tata Usaha dan Administrasi belok ke kiri, maju beberapa langkah di teras, kita akan menaiki tangga menuju lantai dua SMAN I Praya. Di sisi tangga naik inilah ada sebuah pajangan.

 

Pajangan ini berupa tulisan Budayakan Enam S terdiri atas: Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, dan Sadaqah. Enam S ini diisyaratkan sebagai salah satu warna SMAN 1 Praya yang diimplementasikan dalam iklim sekolah sehari-hari.

 

Dilihat dari bagaimana resepsi dan apresiasi para siswa dalam menerima Tim Sosialisasi, dalam keseriusan mendengar, dalam bertanya, dapat dikatakan bahwa 6-S ini dijalankan di sekolah ini.

 

Dengan 6-S ini pertanyaan Ratalia Puspita Parera lebih ringan untuk dijawab. Korprodi Dr. Ketut Sudewa menegaskan bahwa lebih dari separuh mahasiswa Prodi Sasindo FIB Unud saat ini beragama Islam. Hal ini dapat ditemukan dengan muda, karena hampir semua mahasiswa muslim berhijab.


Selain itu dari latar belakang nama dan asal-usul, dengan mudah pula dapat diketahui para mahasiswa beragama Islam.

 

"Tidak ada masalah dengan agama dan tempat ibadah," kata Korprodi. Ditambahkan bahwa FIB Unud berdekatan dengan Mesjid An Nur. Jarak Mesjid dengan FIB sekitar 500 meter.

 

Di kampus FIB pun ada bagian tertentu dari ruang Senat Mahasiswa yang dapat dipakai untuk sembahyang. Yang juga penting adalah para dosen dan segenap tricivitas akademika FIB selalu memperlakukan mahasiswa sama.


Setiap orang bebas melaksanakan ibadah agama dengan saling menghormati satu sama lain.

 

Jawaban tersebut perlu dilengkapi dengan 6-S dalam iklim sekolah. Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, dan Sadaqah itu ekspresi toleransi yang penting bagi hidup bersama dengan orang lain.

 

Ternyata identitas itu adalah peluang sekaligus tantangan yang sudah dirasakan para calon mahasiswa dan mesti disikapi secara bijak oleh perguruan tinggi (Maria Matildis Banda - I Ketut Sudewa).