Dosen Institut Desain dan Bisnis Bali Meraih Gelar Doktor Kajian Budaya



Program Doktor (S3) Kajiian Budaya kembali menggelar ujian terbuka pada hari Jumat, 28 Desember 2020 dengan promovenda Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T., Ujian dilakukan secara daring dan disiarkan secara langsung pada akun Youtube FIB Unud.

 

Ujian terbuka dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. Ni Made Emmi Nutrisia Dewi berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Representasi Arsitektur Rumah Tinggal Orang Bali di Lingkungan Jalan Raya Sading, Desa Adat Sading, Badung, Bali”, dan dinyatakan lulus dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’. Dr. Ni Made Emmi Nutrisia Dewi, S.T., M.T.. menjadi doktor ke-111 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya serta merupakan Doktor ke-238 di Prodi Doktor (S3) Kajian Budaya.

 

Representasi Arsitektur Rumah Tinggal

 

Fenomena saat ini terjadi beberapa perubahan arsitektur rumah tinggal pada desa adat di Bali yang meninggalkan ciri-ciri budaya Bali. Secara garis besar arsitektur rumah tinggalnya terepresentasi menjadi beberapa bentuk arsitektur meliputi arsitektur tradisi, arsitektur modern, dan arsitektur post-modern.

 

Penyebab representasi arsitektur rumah tinggal tersebut, yaitu perkembangan globalisasi dan masuknya pengaruh modernisasi sehingga terjadi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan ekonomi, dan perubahan pola pikir masyarakat. Hal tersebut menimbulkan dampak pada arsitektur rumah tinggalnya yaitu terjadi pergeseran nilai seperti nilai religius, nilai sosial dan nilai estetika.

 

Bentuk-bentuk arsitektur tradisional masih dipertahankan oleh masyrakat di Desa Sading. Unsur-unsur Arsitektur Tradisional Bali tersebut dominan terlihat pada areal pekarangan rumah tinggalnya seperti pola tata ruang menggunakan konsep Sanga Mandala. Fungsi ruangnya masih sesuai dengan konsep arsitektur tradisional Bali, yaitu digunakan untuk menampung kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upacara agama yaitu tempat suci (sanggah/merajan), bale gede, bale daja, lumbung (jineng), dan pintu masuk (angkul-angkul). Struktur bangunannya menerapkan konsep Tri Angga serta ornamen dan ragam hias mengikuti berupa flora berupa patra. Bahan dan material menggunakan material yang berasal dari alam sekitarnya serta disesuaikan dengan filosofi dan kepercayaan masyarakat Bali.

 

Arsitektur modern menempati urutan kedua, yaitu terlihat dari beberapa pola tata ruang, bangunan-bangunan seperti bale dauh, bale dangin, dan dapur. Bangunan berfungsi untuk mewadahi kegiatan penghuninya yang mengarah ke era modern seperti garase, ruko, maupun kantor. Struktur bangunannya menggunakan teknologi dan material modern serta tidak menerapkan konsep Tri Angga. Bahan dan material yang digunakan sesuai dengan fungsi bangunannya dan menampilkan kesan sederhana seperti bahan penutup pintunya berupa bahan pabrikan.

 

Arsitektur post-modern merupakan urutan terakhir karena gaya arsitektur ini hanya sebagian kecil yang diterapkan pada rumah tinggal di Desa Adat Sading seperti sebagian kecil pada bale daja, bale dangin, bale dauh, dan dapur. Unsur-unsur arsitektur post-modern tersebut yaitu penempatan bangunan yang disesuaikan dengan kaidah konsep Sanga Mandala.

 

Unsur-unsur yang menyebabkan munculnya bentuk dan representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading yaitu pertambahan anggota keluarga dan ketidaktersediaan lahan pekarangan dan kepercayaan, kondisi ekonomi, dinamika kehidupan sosial dan budaya, pendidikan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi, budaya populer, dan tren. Makna yang terdapat dalam representasi arsitektur rumah tinggal di Desa Adat Sading mengarah pada nilai yang terdapat pada sebuah karya seni arsitektur rumah tinggal seperti halnya makna religius, makna kebersamaan, makna pelestarian budaya, makna estetika dan makna pencitraan.

 

Temuan Penelitian

 

Temuan dalam penelitian ini terdapat temuan empiris dan temuan teoritis. Representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading adalah suatu karya arsitektur yang di dalamnya terjadi pergeseran makna dari nilai guna menjadi nilai tanda. Bentuk arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading merupakan wujud dari penerapan konservasi Arsitektur Tradisional Bali walaupun dalam kondisi tekanan modernisasi. Representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading memperlihatkan bahwa fungsi rumah tinggalnya bersifat konvensional dan komersial.

 



Sementara temuan teoritis penelitian ini bahwa Representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading mendukung teori ideologi. Fenomena representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading menjadikan teori dekonstruksi sebagai alat untuk membongkar penyebab terbentuknya representasi dan makna-makna yang tersembunyi di balik bentuk-bentuk representasi tersebut. Representasi arsitektur rumah tinggal orang Bali di Desa Adat Sading dapat dianalisis berbagai fungsi, makna, dan pesan yang terkandung dalam arsitektur tersebut sehingga sejalan dengan teori semiotika.

 

Makna Disertasi

 

Makna disertasi disampaikan oleh promotor Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si. Promotor menyampaikan selamat atas keberhasilan yang telah dicapai oleh Dr. Emmi.

 

Representasi rumah tinggal yang menjadi objek penelitian Dr. Emmi di wilayah Desa Adat Sading, dapat menjadi cerminan yang cukup baik bagaimana rumah hunian di Bali kini mengalami perubahan bentuk, fungsi serta makna.


“Makna rumah tinggal tidak lagi semata sebagai rumah hunian saja, namun mengalami perkembangan makna dan fungsi. Bertambahnya nilai rumah tidak serta merta mengubah persepsi pemilik rumah atas rumah yang mereka miliki. Rumah tetap dipandang sebagai sebuah pusaka keluarga, bukan warisan,” ungkap Prof. Rumawan Salain.

Prof. Rumawan Salain juga berharap agar Dr. Emmi dapat meneruskan segala hasil penelitiannya, sehingga mampu memberikan dampak yang nyata bagi keilmuan maupun kemasyarakatan.(gp)