Dosen Poltek Pariwisata Bali Raih Gelar Doktor Linguistik dengan Mengkaji Kesantunan Berbahasa Jepang di Perhotelan
Program
Studi Doktor (S3) Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana
kembali menyelenggarakan Promosi Doktor dengan promovenda Indah Kusumarini, S. Pd., M. Par., Jumat, 3 Desember 2021 secara semi daring
di ruang Ir. Soekarno kampus setempat serta melalui aplikasi Cisco Webex.
Ujian terbuka dipimpin langsung oleh Dekan
Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. Indah Kusumarini M.
Par., berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Bahasa Jepang Layanan Perhotelan: Kajian Kesantunan
Berbahasaâ€.
Setelah melalui ujian terbuka, Indah Kusumarini dinyatakan lulus dengan
predikat Sangat Memuaskan. Ia merupakan Doktor ke-154 di lingkungan FIB Unud
dan Doktor ke-200 di lingkungan Prodi S3 Linguistik.
Kesantunan
Bahasa Jepang
Kesantunan berbahasa Jepang sangat erat
kaitanya dengan kemampuan seseorang dalam memilih ragam bahasa dimana pilihan
ragam bahasa ini dipengaruhi faktor-faktor sosial, seperti perbedaan usia,
status sosial, kedekatan hubungan, gender , kelompok uchi-soto dan
hubungan sempai- koohai. Ragam bahasa
Jepang diketahui terdiri dari dua macam, yakni ragam keigo( bahasa formal) dan
ragam futsugo ( bahasa nonformal). Ragam keigo terdiri dari tiga macam, yakni songkeigo
(meninggikan lawan tutur), kenjyoogo ( merendahkan penutur) dan teineigo (
bahasa sopan yang bersifat netral). Kesantunan
berbahasa Jepang juga ditunjukkan dengan kemampuan seseorang menjaga sikap,
seperti tidak menyela percakapan, tidak diam saja tetapi menimpali tuturan
mitra tutur dengan kata-kata pendek yang disebut â€aizuchi†sehingga mitra tutur
merasa diperhatikan. Sikap tubuh (gesture) seperti membungkukkan badan â€ojigi†juga
menjadi salah satu indikator kesantunan.
Promovenda saat mempresentasikan disertasi
Jika
dilihat hubungan tamu dan pelaku pariwisata, maka kedua peserta tutur memiliki
hubungan asimetris. Tamu sebagai pihak pembeli jasa, memiliki posisi superior
sedangkan staf di posisi inferior. Oleh sebab itu, pelaku pariwisata sebagai
pihak host selalu dituntut bertutur santun terhadap tamu sebagai guest. Kode
linguistik yang dipilih pada umumnya adalah ragam formal, bahasa yang
menunjukkan penghormatan kepada tamu, seperti keigo (respecful language).
Dengan
bertutur santun diharapkan suasana berinteraksi terasa menyenangkan,
tidak mengancam muka, dan efektif.
Pelaku pariwisata sebagai pihak penyedia jasa layanan dalam
berkomunikatsi terhadap tamu pasti akan berusaha untuk menghindari tindakan
yang dapat mengganggu perasaan tamu.
sehingga unsur sopan santun selalu menjadi perhatian pelaku pariwisata kususnya
di sektor formal seperti pelayanan di hotel.
Diskusi promovenda dengan tim penguji
Kajian
kesantunan berbahasa Jepang staf hotel di Bali dianalisis berdasarkan jenis
tindak tutur, strategi kesantunan dan pemarkah kesantunan verbal maupun
nonverbal. Dari hasil analisis tuturan ditemukan bahwa secara umum staf hotel
di Bali menggunakan tuturan langsung (94%). Tuturan tidak langsung ditemukan
pada saat membuka pembicaraan dan menutup pembicaraan pada kegiatan guest
curtesy oleh staf GRO.
Temuan
Penelitian
Dengan memahami cara pandang tamu Jepang terkait
aturan sosial berbahasa tersebut, maka akan mengetahui mengapa wisatawan Jepang bersikap sopan terhadap terhadap orang yang
baru dikenalnya. Bahkan menggunakan tuturan tidak langsung terhadap staf yang
usianya senior pada saat menyampaikan keluhan. Hal ini memberi gambaran bahwa
orang Jepang tetap memegang aturan
sosial tersebut walau berada di luar negaranya dalam kapasitas sebagai
wisatawan.
Diskusi promovenda dengan kopromotor II
Temuan baru yang berhubungan dengan penggunaan bahasa Jepang
dalam kontek layanan perhotelan
dijelaskan sebagai berikut ini. Dalam praktek bahasa layanan perhotelan,
tuturan langsung lebih banyak digunakan oleh staf hotel daripada tuturan tidak
langsung. Modalitas onegaishimasu dan verba renyookei+kudasai banyak digunakan
dalam pelayanan tamu hotel, yakni untuk maksud permohonan secara langsung. Tamu
Jepang berbeda dengan tamu dari Australia, Amerika dan Eropa yang cenderung
menunjukkan muka positif, mudah akrab terhadap pelaku pariwisata di Bali. Shizen
na egao “senyuman alami†merupakan unsur
nonverbal yang paling menonjol. Wisatawan Jepang sangat terkesan, menyukai ciri
khas dari pelayanan staf Bali yang selalu
diikuti dengan senyuman alami.
Diskusi promovenda dengan tim penguji
Makna
Disertasi
Prof.
Dr. I Wayan Simpen, M.Hum. selaku promotor menyampaikan makna disertasi. Dalam sambutannya
Prof. Simpen menyampaikan ucapan selamat kepada Dr. Indah Kusumarini telah melalui
proses panjang perjalanan akademiknya.
Promotor menyampaikan makna disertasi
Penelitian
terhadap kesantunan berbahasa Jepang oleh staf hotel sangat berkolerasi dengan
tingkat kunjungan wisatawan Jepang ke Bali. Hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pengelolaan kesantunan berbahasa Jepang pada staf hotel,
sehingga tentu saja akan mempengaruhi kenyamanan tamu Jepang saat berkunjung ke
Bali.
“Saya
harapkan disertasi ini mampu dilanjutkan untuk menghasilkan sebuah buku panduan
kesantunan berbahasa bagi staf hotel. Sehingga disertasi ini turut memberikan
dampak pada perkembangan pariwisata di Bali.†Ungkap Prof. Simpen. (gp)
UDAYANA UNIVERSITY