Dosen Universitas Andalas Padang Raih Gelar Doktor Kajian Budaya di FIB Unud


Pemasangan toga dan penyerahan tanda kelulusan Dr. Drs. Fadillah, M.Si., oleh promotor Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U.


Fakultas Ilmu Budaya melangsungkan ujian promosi doktor di kampus Fakultas Ilmu Budaya, Rabu, 4 Juli 2018, di Gedung Dr. Ir Soekarno, kampus setempat. Ujian terbuka ini dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha. M.A.


Promovendus adalah mahasiswa Doktor Kajian Budaya, Drs. Fadillah, M.Si. Dia mempertahankan disertasi berjudul “Arkeologi Rumah Makan Padang Pada Novel Ular Keempat Karya Gus TF Sakai”.

Fadillah tercatat lulus sebagai doktor ke-211 di Prodi Doktor S3 Kajian Budaya sejak prodi ini berdiri.

Promovendus mempresentasikan hasil penelitian dengan sangat baik dan sangat meyakinkan. Rapat yudisium menyatakan bahwa Drs. Fadillah, M.Si., dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Baik.


Foto bersama antara Dr. Drs. Fadillah dengan promotor dan tim penguji.

Tim Penguji ujian terbuka dipimpin oleh Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha. M.A., yang sekaligus juga sebagai ketua penguji. Anggota penguji: Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. I Wayan Cika, M.Si., Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., Prof. Dr. I Ketut Arthawa, M.A. , Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum., Dr. I Wayan Suwena, M.Hum., Dr. Ni Made Wiasti, M.Hum., Dr. I Ketut Darmana, M.Hum.

Ujian terbuka/promosi doktor dimulai tepat pada pukul 10.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita berjalan dengan sangat baik. Ujian promosi juga dihadiri Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Stigma Masakan Padang

Dalam disertasinya, Fadillah menyampaikan bahwa sejak zaman Belanda sampai pada masa pemerintahan Indonesia, hadir diskursus sistemik Minangkabau-phobia yang memberikan stigma buruk terhadap kuliner Minangkabau bahwa kuliner Minangkabau sangat tidak sehat.


Tim penguji dalam promosi doktor yang di ketuai oleh Dekan FIB, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.


Ketidaksehatan masakan Minangkabau ini dibesar-besarkan bahwa masakan Minangkabau merupakan masakan berkolesterol tinggi, berbahaya terhadap jantung, berujung pada penyakit stroke. Hal ini menjadi salah satu bentuk kekerasan budaya yang disebarluaskan sehingga menjadi steriotipe.

Rumah  Makan Padang dalam sudut pandang sastra merupakan sebuah lukisan kata-kata yang menyiratkan sebuah dunia metafor, satir, ironi, dan tragik tentang realitas. Dalam teks Rumah Makan Padang dalam Novel Ular Keempat terungkap adanya diskontiniu diskursus suatu bangsa dan kebudayaan serta kekerasan epistime.


Geneleogi Artikulasi Identitas Bangsa Perantau


Salah satu indeksikal yang kuat dari teks Rumah Makan Padang pada novel Ular Keempat adalah teks merantau. Hal itu berhubungan dengan hakekat rumah makan sebagai representasi atau bentuk lain dari perantauan bangsa Minangkabau.

Bila teks Rumah Makan Padang adalah tanda maka teks merantau adalah salah satu indeksikal dari tanda orang Minangkabau, salah satu ciri khas dari kebudayaan Minangkabau.

Sementara dalam novel Ular Keempat representasi teks merantau dalam kebudayaan Minangkabau sangat terpinggirkan, tidak menjadi judul utama, bab, atau subtema, dalam bahasan cerita.

Namun, artikulasi ini yang membuat indeksikal teks merantau menjadi kajian cultural studies. Teks merantau merupakan representasi gaya hidup Minangkabau, ideologi dan cara pandang mereka terhadap kehidupan.

Selain itu, teks merantau merupakan representasi jati diri budaya matrilinial. Inti dari karakter merantau adalah kemampuan untuk “memisahkan diri” dari sesuatu yang disayangi, untuk mematangkan diri, untuk menjadi manusia, untuk menemukan jati diri.

Dalam kesimpulannya, hidup di dunia bagi orang Minangkabau adalah perantauan dan akhiratlah kampung halaman sesungguhnya.

Representasi Panoptikon pada Teks Surau

Teks surau pada Novel Ular Keempat, indeksikal yang ketiga dari teks Rumah Makan Padang, setelah diskursus teks merantau. Teks surau merupakan hulu (indeksikalitas) dari teks merantau dan teks Rumah Makan Padang. Ketiga teks itu, merupakan rangkaian relasi siklus kehidupan orang Minangkabau.

Dalam rangkaian siklus kehidupan, teks surau merupakan salah satu pusat kehidupan Minangkabau karena teks surau merupakan ranah pendidikan dan tempat membentuk manusia Minangkabau.

Tanggapan dari Promotor

Prof. Dr. A. A. Bagus Wirawan S.U., sebagai promotor menyampaikan selamat kepada Dr. Drs. Fadillah, M.Si. yang telah menyelesaikan studi tertinggi pada jenjang pendidikan. Pilihan topik yang diangkat oleh Fadillah sangat tepat dari sudut pandang kajian budaya, karena mengangkat sisi-sisi kritis sebuah teks sastra.


Penyampaian makna disertasi oleh promotor Prof. Dr. A. A. Bagus Wirawan, S. U.

Fadilla tidak hanya melihat arkeologi semata namun mencoba mengkombinasikannya pada ilmu sastra dan ilmu audit. Hal ini menunjukkan perkembangan paradigma yang lebih luas, sehingga menghasilkan perspektif baru bagi bidang sastra dan budaya (I Gede Gita Purnama).