Fakultas Ilmu Budaya Gelar Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya menggelar
Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Budaya dengan tema “Literasi Bahasa,
Sastra, dan Budaya Menuju Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Masa Pandemiâ€,
secara daring pada, Selasa 30 November 2021. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dekan
Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum.
Dr. I Gede Oeinada saat menyampaikan laporan sebagai ketua panitia
Ketua panitia seminar, Dr. I Gede
Oeinada, M. Hum. Dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan seminar ini merupakan
kegiatan akademis rutin Fakultas Ilmu Budaya. Dalam seminar kali ini
menghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Dr. Aprinus Salam, M.Hum. dari Universitas
Gadjah Mada dan Dr. Ery Iswary, M.Hum. dari Universitas Hasanuddin. Serta menghadirkan
tiga pembicara utama yaitu Dr. Putu Sutama, M. S., Dr. I Gusti Ayu Agung Mas
Triadnyani, S.S., M.Hum., dan Drs. I Wayan Tagel Eddy, M.S. Peserta pemakalah
pendamping dalam seminar ini sejumlah 30 orang yang terbagi ke dalam
masing-masing ruang paralel.
“Upaya literasi bahasa, sastra,
dan budaya di masa pandemi, menjadi penting dalam upaya mendukung pembangunan
berkelanjutan.†Ungkap Dr. I Gede Oeinada.
Dekan FIB, Dr. Made Sri Satyawati, saat membuka acara seminar
Pada sambutan pembukaan, Dekan
Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati menyampaikan bahwa kegiatan
seminar ini adalah salah satu warisan akademik dari para senior yang telah
menanamkan dan memulainya dengan sangat baik. Kedepannya suasana akademik ini
sebaiknya diturunkan juga pada mahasiswa. Mahasiswa dilibatkan lebih aktif
tidak hanya sebagai panitia maupun peserta saja, namun didorong untuk menjadi
peserta.
“Saya secara pribadi sangat
bersyukur lahir dan besar di FIB, karena para senior telah membentuk lingkungan
akademik dengan sangat baik. Harapan kita bersama bahwa seminar yang kita
laksanakan kedepannya dapat diikuti lebih banyak oleh mahasiswa.†Ungkap Dr.
Sri Satyawati.
Literasi Simbolisme Tubuh Perempuan
dan Pelestarian Ekosistem
Pemakalah kunci pertama adalah
Dr. Ery Iswary, M.Hum. yang menyampaikan
Literasi Simbolisme Tubuh Perempuan dan Pelestarian Ekosistem pada Masyarakat
Adat Karampuang. Dusun Adat Karampuang merupakan wilayah adat yang memiliki
kesadaran menuju kearah kesetaraan gender. Pimpinan adat (raja pertama) di desa
Karampuang adalah seorang perempuan yang membawahi enam orang raja. Keenam raja
bawahan dari raja perempuan ini adalah laki-laki.
Pembicara kunci pertama, Dr. Ery Iswary, M.Hum.
Rumah adat d desa Karampuang
secara bentuk dan struktur mengacu pada simbol-simbol anatomi tubuh perempuan. Bagian-bagian
bangunan dibuat lebih spesifik menggambarkan tubuh perempuan yang kemudian
dikaitkan dengan filofosi-filosofi penting kepercayaan masyarakat Karampuang. Misalnya
adalah pada tangga masuk pada rumah adat ini bertempat di tengah, dan ini
merupakan simbol rahim perempuan yang ada di bagian tengah.
Berkaitan dengan pelestarian
lingkungan, masyarakat adat Karampuang memiliki aturan-aturan adat yang hingga
saat ini sangat dipatuhi oleh masyarakatnya.
Masyarakat adat Karampuang mengelola lingkungan bersumber dari kearifan
lokal berupa pengetahuan, mitos dan pesan leluhur yang berisi larangan, ajakan,
serta sanksi dalam pengelolaan lingkungan. Kearifan lokal penting untuk
dilestarikan dengan tujuan menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan.
Arkeologi Literasi: Menembus
Batas Bahasa (Indonesia)
Pembicara kunci kedua adalah
Dr. Aprinus Salam menyampaikan strategi-strategi literasi yang mampu menjadi
alternatif melihat, memaknai, serta menemukan solusi atas berbagai permasalah
literasi di Indonesia.
Pembicara kunci kedua, Dr. Aprinus Salam
Perlu ditingkatkan lagi
usaha-usaha dalam meningkatkan kesadaran literasi bangsa melalui strategi
literasi pada tataran objek material maupun konseptual. Menggali serta menyerap
bahasa-bahasa daerah yang belum terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia. Bahasa
daerah yang tersebar sangat banyak di Indonesia adalah satu aset besar bagi
bahasa Indonesia.
Usaha lain yang dapat
dilakukan adalah dengan menggali pengertian baru, misalnya dengan cara
menggabungkan dua kata atau lebih sehingga menghasilkan satu pengertian baru. Menggali
frasa-frasa dalam puisi, prosa, serta dongeng-dongeng yang ada di Indonesia adalah
potensi lain yang dapat dilakukan saat ini. Pada puisi, prosa, maupun dongeng
dapat kita temui peristilahan-peristilahan
yang sangat khas.
Wakil Dekan Bidang Akademik, Arya Wibawa, Ph.D. saat menutup seminar
Kegiatan seminar ini ditutup
oleh Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Budaya, I Nyoman Arya Wibawa,
Ph. D. Pada sambutan penutupnya, Arya Wibawa, Ph. D., menyampaikan bahwa
seminar ini adalah sebuah usaha tiada henti dari sivitas FIB Unud untuk tetap
menjaga suasana akademis lembaga. Ruang-ruang diskusi seperti ini kedepannya
akan semakin masif dilakukan oleh Fakultas Ilmu Budaya Unud. (gp)
UDAYANA UNIVERSITY