FIB DigiTalk 2025 Ketiga: Revolusi Digital Pura Bali sebagai Bentuk Kolaborasi Masyarakat dalam Pelestarian Warisan Budaya melalui Teknologi

Pada hari Jumat, 21 Maret 2025 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud) kembali menggelar FIB DigiTalk bertajuk “Participatory Digital Archiving of Balinese Temples”. Acara ini dilaksanakan secara online melalui Zoom Meeting dan juga disiarkan langsung pada kanal YouTube Media FIB. FIB DigiTalk merupakan bentuk kolaborasi antara FIB Unud dengan Centre for Interdisciplinary Research on the Humanities and Social Sciences (CHRISS). FIB DigiTalk in dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D., dosen dan mahasiswa di lingkungan FIB Unud. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai rangkaian dari pengembangan Digital Humanities di FIB Unud.


Acara dibuka oleh moderator, Gede Primahadi Wijaya Rajeg, Ph.D, yang memperkenalkan pembicara utama, Kadek Ananta Satriadi, Ph.D. Saat ini, Kadek Ananta menjabat sebagai dosen di Faculty of Information Technology, Monash University, Australia. Sebelumnya, beliau juga berpengalaman sebagai Research Associate di University of South Australia. Pada 2024, ia mencetuskan Bali Digital Heritage Initiative (BADHI) bersama rekan-rekannya dari Universitas Pendidikan Ganesha, yang kini memimpin "Virtual Vision Image Pattern Research Group." Kerjasama kedua grup ini bernama "Embodied Visualisation Group," yang fokus pada penelitian heritage dan visualisasi data, menjadi contoh kolaborasi multidisipliner internasional yang menggabungkan ilmu komputer, warisan digital, arsip, perpustakaan, dan penelitian aksi.


Dalam pemaparannya, dijelaskan konsep Participatory Digital Archiving, yaitu sebuah platform yang memungkinkan masyarakat untuk bersama-sama membangun arsip digital pura-pura di Bali. Digitalisasi ini bertujuan untuk melestarikan warisan budaya dengan tetap mempertahankan keaslian bentuk serta nilai historis pura. Proses digitalisasi ini terdiri dari beberapa tahap utama, yakni pengumpulan data (collection), di mana masyarakat dapat berkontribusi melalui aplikasi mobile dengan mendokumentasikan pura; rekonstruksi digital (reconstruction), yang mengolah data menjadi model digital yang akurat; penyimpanan data (storage), yang memastikan bahwa arsip tetap aman dan dapat diakses dalam jangka panjang; serta penerapan (applications), yang memungkinkan penggunaan data ini untuk riset serta pelestarian budaya.


Di akhir pemaparan materi Kadek Ananta menyampaikan gambaran umum dari proyek ini adalah melibatkan komunitas dalam merekam video pura di Bali, yang kemudian direkonstruksi menjadi representasi 3D. Arsip video ini memungkinkan kita untuk melihat perubahan pura dari tahun ke tahun, dengan platform yang akan menghubungkan kembali data tersebut ke komunitas. Sebagai langkah selanjutnya, Kadek Ananta dan tim berencana mengembangkan platform berupa aplikasi mobile dan 3D rekonstruksi, yang akan diuji coba di beberapa desa, serta mencari peluang untuk memastikan keberlanjutan program ini.


Setelah pemaparan selesai, moderator memberi kesempatan kepada bapak Dekan FIB UNUD, I Nyoman Aryawibawa, S.S, M.A., Ph.D., untuk kembali menegaskan latar belakang FIB Digitalk serta arah pengembangan Digital Humanities di FIB UNUD. Beliau menjelaskan bahwa inisiatif ini telah dirancang sebagai bagian dari strategi pengembangan fakultas dalam lima tahun ke depan. Menurut beliau, pemanfaatan teknologi dalam studi budaya akan membuka peluang baru dalam riset dan pelestarian warisan budaya Bali. Selain itu, beliau juga turut mengulas dan menyoroti pemaparan materi Kadek Ananta khususnya pada aspek kepemilikan data (data ownership). Dalam sesi tanya jawab, peserta mengajukan berbagai pertanyaan seputar implementasi proyek ini. 


Beberapa pertanyaan yang muncul mencakup bagaimana aspek budaya dapat tetap terjaga dalam proses digitalisasi, bagaimana aksesibilitas dan keamanan arsip digital ini akan diatur, serta teknologi yang digunakan dalam proses dokumentasi. Selain itu, ada pula pertanyaan mengenai kemungkinan insentif bagi masyarakat yang berkontribusi dalam pengarsipan, serta potensi arsip digital ini sebagai daya tarik wisata edukatif. Menanggapi pertanyaan tersebut, Kadek Ananta menjelaskan bahwa proyek ini masih dalam tahap awal dengan fokus pada pengembangan sistem yang sederhana dan mudah diakses oleh komunitas. Beliau juga menegaskan bahwa proyek ini lebih mengedepankan konsep kerja sama berbasis sukarela dengan tujuan utama pelestarian budaya. Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada pembicara secara online dan sesi foto bersama (AP & DD).