FIB Unud Lakukan Pertemuan Penjajakan Kerja Sama dengan Museum Saka Jimbaran
Rabu, 19 Maret 2025, dilangsungkan pertemuan antara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan Museum Saka Jimbaran Bali. Pertemuan ini dilakukan atas inisiasi dari Program Studi Arkeologi untuk melakukan kerja sama secara berkelanjutan setelah sebelumnya dilakukan kunjungan benchmarking prodi ke Museum Saka. Dalam pertemuan tersebut, perwakilan dari Museum Saka melakukan pertemuan bersama dengan perwakilan dari FIB Unud yang terdiri atas Unit Pengelola Informasi dan Kerja Sama (UPIKS) FIB Unud, PIC Kerja Sama Prodi Arkeologi, Koordinator Program Studi Arkeologi dan perwakilan dari Dosen Prodi Arkeologi.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas beberapa hal. Di antaranya, dilakukan pembicaraan mengenai prosedur administratif kerja sama, bentuk-bentuk kerja sama apa sajakah yang dapat dilakukan serta agenda terakhir adalah diskusi tanya jawab. Museum Saka sendiri berlokasi di Jimbaran, Bali dan secara resmi baru dibuka untuk umum pada Maret 2024. Museum ini menyajikan berbagai peninggalan budaya Bali, mulai dari patung, naskah lontar, hingga gamelan. Saat ini, Museum Saka juga telah menorehkan beberapa pencapaian yang positif, seperti misalnya di tahun 2024, museum ini tercatat sebagai satu-satunya destinasi Indonesia yang masuk dalam daftar "100 World's Greatest Places 2024" versi Time.
Selain itu pula, museum ini memiliki misi untuk memperkuat tradisi dan sejarah Pulau Dewata, yang tampaknya juga bersinergi dengan visi dan misi FIB Unud sebagai fakultas yang unggul, mandiri, dan berbudaya. Atas dasar itulah dilakukan inisiasi kerja sama, yang nantinya direncanakan dapat segera akan direalisasikan. Pertemuan kemudian diawali dengan penjelasan tentang prosedur kerja sama yang dibawakan oleh Ketua Unit Pengelola Informasi dan Kerja Sama FIB Unud, Nissa Puspitaning Adni, S.S., M.Hum. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan prosedur kerja sama dilakukan dalam tiga tahap. Yang pertama adalah dengan Universitas dalam bentuk Nota Kesepahaman, kemudian dilanjutkan dengan Perjanjian Kerja Sama pada tingkatan Fakultas dan Dokumen Implementasi Kegiatan pada tataran Prodi.
Pemaparan berikutnya adalah mengenai inisiasi-inisiasi kerja sama dalam bentuk apa sajakah yang dapat dilakukan. Pemaparan tersebut disampaikan oleh PIC Kerja Sama sekaligus dosen pada program studi Arkeologi, Rochtri Agung Bawono, S.S., M.Si. Beliau menyampaikan bahwa pada dasarnya payung inisiasi mengacu pada tiga (3) tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dari ketiga hal tersebut, terdapat beberapa bentuk kerja sama yang direncanakan akan menjadi fokus utamanya, yaitu dalam bidang pendidikan, dan penelitian. Dalam bidang pendidikan, beliau menyampaikan beberapa hal, misalnya pada prodi arkeologi, terdapat mata kuliah permuseuman yang berkaitan dengan konservasi.
Di FIB sendiri, prodi arkeologi belum memiliki laboratorium konservasi yang representatif, sehingga kerja sama ini dapat mendukung dari segi praktis mata kuliah, yaitu mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung proses konservasi museum. Lebih lagi, Museum Saka ini juga memiliki sistem pengaturan penyimpanan (storage) yang bagus, sehingga mahasiswa selain mendapat ilmu baru tentang konservasi juga dapat melihat langsung peralatan-peralatan penyimpanan yang digunakan. Inisiasi yang kedua adalah kerja sama di bidang MBKM, dimana mahasiswa dapat melakukan MBKM dan mendapatkan konversi SKS, serta ada pula mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL), dimana mahasiswa dapat melakukan magang selama 1 bulan.
Pemaparan tambahan juga disampaikan oleh para dosen prodi Arkeologi yang hadir dalam pertemuan, yaitu bapak Kristiawan, S.S., M.A. dan ibu Intan Maulida Al Barroh, S.Ark., M.Sc.. Beliau menyampaikan hal senada dengan Pak Rocthri, bahwa selain bidang pendidikan, kerja sama dapat pula dilakukan dalam bidang penelitian seperti misalnya dalam hal memperkuat konten data. Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh para dosen arkeologi, salah satunya mengenai climate change, dimana perubahan iklim dapat memengaruhi koleksi-koleksi yang ada di museum. Selain itu, penelitian lain terkait dengan beberapa pencapaian Museum Saka, seperti tentang pengelolaan pengunjung museum (visitor management) juga dapat dikembangkan sebagai kolaborasi riset bersama antara prodi Arkeologi dengan Museum Saka.
Agenda kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Diskusi berlangsung hangat dan interaktif. Kedua belah pihak sama-sama menunjukkan respon yang positif. Tentunya, pertemuan ini merupakan pertemuan awal, yang akan dilanjutkan oleh prosedur administratif dokumen kerja sama terlebih dahulu. Mengingat, secara institusi, dalam hal ini Universitas, dokumen kerja sama merupakan dokumen penting yang menjadi dasar seluruh kinerja sivitas, baik di tingkat program studi maupun fakultas. Tidak menutup kemungkinan, inisiasi yang digawangi oleh program studi Arkeologi, dapat pula menjadi dikembangkan dengan melibatkan prodi lain dalam melakukan bentuk-bentuk kerja sama yang positif lainnya.
UDAYANA UNIVERSITY