Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi, Senat Mahasiswa FIB Lakukan Kajian
Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana melakukan kajian terhadap rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM bersubsidi. Sebelumnya, pemerintah sudah menaikkan harga BBM nonsubsidi Pertamax per 1 April 2022. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi tingginya harga minyak dunia yang kini berada di atas 100 dolar AS per barel. ICP (Indonesian Crude Price) pada Maret mencapai 98,4 per barel. ICP ini jauh di atas asumsi APBN yang hanya mengasumsikan sebesar 63 AS Dollar per barel. Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakanbahwa lonjakan harga minyak mentah dunia sebagai dampak dari serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu berimbas pula pada kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP).
Hingga akhirnya berkembang isu dan sinyal bahwa bahan bakar minyak jenis Pertalite dan Solar subsidi akan ikut untuk naik. Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T PT Pertamina (Persero) Irto Ginting mengatakan, perseroan belum mengetahui soal usulan besaran kenaikan harga BBM dari siapapun, dia menegaskan bahwa penyesuaian harga BBM menjadi kewenangan pemerintah. Oleh karena itu, Pertamina hanya menerima instruksi dari pemerintah dalam hal penyesuaian harga bahan bakar. “Penyesuaian harga BBM Subsidi kewenangannya ada di Pemerintah,†ujarnya. Lebih lanjut, Irto Ginting juga menyatakan bahwa “Penyesuaian harga bahan bakar minyak tidak terelakkan, namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat,†tambahnya.
Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berokton (RON) 90 atau Pertalite semakin nyata. Pasalnya hingga kini, sudah ada tiga Menteri di Kabinet Indonesia Maju yang menyuarakan soal wacana penyesuaian harga Pertalite. Ketiganya adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Dengan adanya penyuaraan wacana dari ketiga Menteri di Kabinet Indonesia tersebut, sangat besar kemungkinan bahwa penyesuaian dan kenaikan harga Pertalite bukan lagi sebuah wacana. Kendati demikian, wacana tersebut menjadi keresahan yang berarti bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Pasalnya, kenaikan harga Pertalite di tengah masa pandemi pastinya akan mempersulit keadaan ekonomi masyarakat, belum lagi jika kenaikan harga Pertalite benar terjadi, pasti akan memicu rentetan kenaikan harga lainnya, seperti minyak goreng, dan daging akan meroket naik.
Dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah, tentu saja sebelumnya sudah didasari dengan pertimbangan yang matang. Harga minyak dunia naik tidak terbendung dan dampaknya terasa juga di Indonesia. Buktinya sejak 1 April lalu, harga Pertamax resmi naik. Harga minyak mentah dunia pun turut mengerek harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Maret 2022 terkerek menjadi sebesar US$ 113,50 per barel dari yang sebelumnya US$ 95,72 per barel. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Maret 2022 ditetapkan sebesar US$ 113,50 per barel. Adanya kenaikan harga bahan bakar minyak ini dipicu oleh beberapa faktor eksternal. Berdasarkan kesimpulan Tim Harga Minyak Indonesia, beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional, selain terganggunya pasokan minyak mentah global seiring terjadinya konflik Rusia-Ukraina, juga pengenaan sanksi dan kegagalan infrastruktur produksi di negara-negara penghasil minyak mentah. Kenaikan harga BBM tak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga seluruh dunia. Bahkan Nicke mengklaim harga jual BBM di Indonesia termasuk yang paling murah di dunia. Pasalnya, subsidi yang digelontorkan pemerintah begitu besar.
Misalnya jika dibandingkan dengan UK, harga jual BBM setara Pertamax Turbo RON 98 saja di negara tersebut sudah tembus Rp 44.500 per liter. Sementara di Indonesia masih dijual di harga Rp 14.500—Rp 15.100 per liter, tetap atau tidak berubah dari Maret 2022. Penyesuaian harga bahan bakar minyak memang perlu segera dilaksanakan, karena apabila tidak dilaksanakan, Pertamina akan terseok-seok untuk terus menerus membayar subsidi. Apalagi mengingat bahwa hutang subsidi pemerintah ke belakang tak kunjung dibayarkan. Penyesuaian harga bahan bakar minyak perlu dilaksanakan untuk menjaga stabilitas ekonomi negara, karena jika tidak dilaksanakan tentu saja hal ini akan berdampak pada APBN dan juga Pemulihan Ekonomi Nasional. Pada saat ini pemerintah mengeluarkan sebuah strategi, yaitu strategi kebijakan yang diharapkan dapat melanjutkan kebijakan transformasi secara bertahap yang sebelumnya dari subsidi berbasis komoditas menjadi subsidi penerima bermanfaat. Dengan kebijakan subsidi atau bantuan yang berbasis target sasaran ini, pemerintah diharapkan dapat mengelola subsidi ini dengan tepat sasaran dan menjadi lebih efektif dalam mencapai sasaran dalam penurunan kemiskinan dan ketimpangan. Perlu disusun perumusan strategi kebijakan dari BBM tersebut yang lebih terintegrasi antara kepastian pasokan, Price Strategy, sasaran dan mekanisme subsidi, dan insentif, yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak dari kenaikan harga BBM tersebut.
Kenaikan BBM bersubsidi ini pun dirasa akan membuat sebuah inflasi. Kenaikan harga barang-barang, terutama harga sembako di Indonesia datang silih berganti. Ibarat jamur di musim hujan, Indonesia tidak pernah kehilangan cerita mengenai persoalan melambungnya harga-harga pangan. Dalam empat bulan terakhir saja, atau sejak Desember tahun lalu, ada tiga komoditas yang harganya melonjak tajam karena sejumlah persoalan, yakni cabai rawit merah, tempe/tahu, dan minyak goreng. Bagaimana dengan isu kenaikan BBM bersubsidi ditambah dengan datangnya hari raya Idul Fitri mendatang? Terjadinya inflasi besar-besaran yang tak kunjung henti ini, ditambah lagi dengan isu kenaikan harga BBM yang akan berdampak sangat besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat dengan faktor ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat menengah ke bawah cenderung memilih menggunakan Pertalite karena setelah premium dihapuskan, Pertalite menjadi jenis BBM termurah di Indonesia. Saat ini kenaikan harga Pertamaxsudah sangat meresahkan kaum pengguna Pertamax dan membuat mereka cenderung beralih ke Pertalite. Apabila harga Pertalite juga dinaikkan dikhawatirkan akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM akan berubah. Masalah ini berkaca pada penaikan harga Pertamax pada 1 April 2022 dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter.
Apabila dalam suatu keputusan yang diambil pemerintah mendapatkan kritik dan menimbulkan keresahan bagi masyarakat, hanya ada dua kemungkinan, antara keputusan tersebut kurang rasional dan tepat, atau kurangnya transparansi pemerintah dalam memaparkan alasan dan pertimbangan tentang suatu keputusan. Mengingat bahwa akan ada banyak kemungkinan terjadinya rentetan kenaikan harga yang menyusul harga BBM, apakah langkah pemerintah saat ini sudah tepat? Atau sebenarnya masih ada cara lain untuk mencegah inflasi besar-besaran di tahun ini?
Untuk pencegahan inflasi di tahun 2022, pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) juga Bank Indonesia menetapkan lima strategi untuk upaya pengendalian inflasi. Upaya yang pertama berupa memperkuat koordinasi kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional. Kedua, memitigasi dampak upside risk, seperti dampak normalisasi kebijakan likuiditas global dan meningkatkan harga komoditas dunia. Ketiga, menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak dalam kisaran tiga hingga lima persen. Hal ini dilakukan untuk menjaga pasokan bahan pangan terutama menjelang hari keagamaan besar atau keagamaan nasional. Keempat, pemerintah memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk mendukung pengelolaan ekspektasi inflasi pada masyarakat. Terakhir, pemerintah berupaya untuk memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam pengendalian inflasi melalui rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi 2022. Dengan adanya lima strategi dari pemerintah, diharapkan agar inflasi tetap rendah dan stabil untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional. Meski begitu, pemerintah juga harus melakukan sebuah riset terhadap ekonomi yang melemah saat ini, maka dibutuhkan upaya-upaya lain dan terobosan baru untuk Indonesia yang lebih maju kedepannya.
Reporter : Maritya dan Meysha
Penulis : Given, Katon, Regita, dan Gungwah
Penyunting : Ana
UDAYANA UNIVERSITY