Kaji Wacana Taru, Dosen UHN. IGB Sugriwa Raih Gelor Doktor Linguistik
Program
Studi Doktor (S3) Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Udayana
kembali menyelenggarakan Promosi Doktor dengan promovendus I Made Dwitayasa, S. Ag., M. Fil. H., Selasa, 27 Juli 2021 secara semi daring di
ruang Ir. Soekarno kampus setempat serta melalui aplikasi Cisco Webex.
Dekan FIB, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum., memimpin sidang ujian terbuka
Ujian
terbuka dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri
Satyawati, S.S., M.Hum. Made
Dwitayasa berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Wacana Taru Dalam Teks Aji Janantaka Kontekstualisasi Pada Bangunan Bali
Tradisionalâ€.
Setelah melalui ujian terbuka, Dwitayasa dinyatakan lulus dengan predikat Sangat
Memuaskan Ia merupakan Doktor ke-134 di lingkungan FIB Unud dan Doktor ke-189
di lingkungan Prodi S3 Linguistik.
Wacana Taru dalam Teks Aji
Janantaka
Salah satu teks tutur di Bali yang memiliki nilai
keagamaan, sosial, dan budaya adalah teks Aji Janantaka. Teks Aji Janantaka
mengandung wacana taru atau kayu sebagai bahan utama bangunan Bali tradisional
seperti parahyangan atau tempat suci, rumah tempat tinggal, serta beberapa
bangunan lainnya seperti dapur, jinêng/tempat menyimpan padi, dan pintu masuk
pekarangan/angkul-angkul.
Seiring
perkembangan zaman yang semakin modern serta pola pikir manusia yang semakin
maju, maka dewasa ini terjadi pergeseran pola pikir umat Hindu yang ada di
Bali. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dalam pembuatan bangunan
yang bercorak Bali tradisional. Perubahan tersebut meliputi bentuk, sarana, dan
proses pembuatannya.
Terjadinya
fenomena dan implementasinya
dalam kehidupan masyarakat Bali terutama yang beragama Hindu serta terjadi
penyimpangan penggunaan kayu sebagai bahan bangunan Bali tradisional dalam teks
Aji Janantaka.
suasana ujian terbuka secara daring
Makna wacana taru dalam teks Aji Janantaka adalah makna
keagamaan berdasarkan konsep teologi Hindu makna Åšiwa Tiga yaitu cara
memuja Tuhan melalui jenis ragam kayu. Makna
pendidikan yaitu pendidikan memuliakan pepohonan melestarikan alam lingkungan, serta
budaya Bali, mengajegkan prananta budaya Bali, serta makna literasi norma
masyarakat yang harus dipatuhi dalam rangka pembuatan bangunan Bali
tradisional.
Kontektualisasi
teks Aji Janantaka dalam bangunan Bali tradisional berdasarkan klasifikasi kayu
dalam pembuatan bangunan tempat suci, rumah tempat tinggal, dapur, lumbung/jinêng/klumpu,
serta angkul-angkul.
Temuan Disertasi
Disertasi ini menghasilkan empat temuan, diantarnya yang pertama adalah teks Aji Janantaka merupakan salah satu pengetahuan botani Bali tradisional yang mengandung makna filosofis, agama, dan budaya. Temuan kedua adalah teks Aji Janantaka merupakan cara memuliakan tumbuhan dalam rangka melestarikan alam lingkungan melalui pengolahan dan pemanfaatan sumber daya botani, sejalan dengan konsep Tri Hita Karana.
Pimpinan sidang menyerahkan tanda kelulusan
Temuan
Ketiga, teks Aji Janantaka merupakan pengetahuan bagi seorang undagi,
wajib memahami pengetahuan dari Bhagawan Wiswakarma tentang tata cara
penggunaan kayu dalam pembuatan bangunan Bali tradisional menurut klasifikasi
kayu. Temuan terakhir adalah teks Aji Janantaka
mengandung konsep teologi botani, yaitu pemujaan terhadap Dewa Sangkara,
sedangkan konsep Śiwa Tiga yaitu Śiwa, Sadaśiwa, Paramaśiwa merupakan
cara memuja Tuhan melalui jenis kayu seperti kayu cêndana adalah perwujudan Paramaśiwa,
kayu majêgau adalah perwujudan dari Sadaśiwa, dan kayu cêmpaka adalah
perwujudan Åšiwa Jati. Konsep ini sejalan dengan ajaran Åšiwa Siddhanta yang
dianut oleh umat Hindu, terutama yang ada di Bali.
Makna Disertasi
Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum.,
selaku promotor memberikan makna disertasi. Dalam penyampaian makna disertasi
Prof. Suarka mengucapkan selamat atas keberhasilan Dr. Dwitayasa menyelesaikan
puncak pendidikan akademiknya.
“Disertasi ini merupakan bentuk
ilmu multidisipliner. Tentu ini membuka wawasan dalam bidang pokok kajian
tradisional, kemudian melihat ini dalam konteks perkembangan jaman.†Ungkap Prof.
Suarka.
Disertasi ini memberikan perspektif
baru dalam bidang penelitian. Memadukan dimensi spiritual dan sains, dalam
dimensi spiritual dilihat dari sudut mitos, dan dari sudut sains dilihat dari
sudut arsitektur. (GP)
UDAYANA UNIVERSITY