Kaji Wayang Krucil Dosen Universitas Negeri Malang Raih Gelar Doktor Kajian Budaya


 

Program Doktor (S3) Kajian Budaya kembali menggelar ujian terbuka pada hari Selasa, 13 Agustus 2021 dengan promovendus Rudi Irawanto, S. Ps., M. Sn. Ujian dilakukan secara daring dan disiarkan melalui kanal Youtube FIB Unud pada link https://www.youtube.com/watch?v=LTbMQdoy958&t=8s

 



Ujian terbuka langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. Rudi Irawanto mempertahankan disertasi dengan judul “Kontestasi Ideologi dalam Wayang Krucil di Kabupaten Kediri Jawa Timur”, dan dinyatakan lulus dengan predikat “Sangat Memuaskan“. Rudi Irawanto menjadi doktor ke-142 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya serta merupakan Doktor ke-249 di Prodi Doktor (S3) Kajian Budaya.

 

Wayang Krucil

 

Wayang Krucil Kediri merupakan seni wayang yang tumbuh dalam kultur akulturatif, karena wayang tidak sekadar sebagai bagian dari seni pertunjukan tetapi juga sebagai media ideologis.


 


Sejarah panjang keberadaan wayang Krucil di Kabupaten Kediri tidak dapat dilepaskan dari pergeseran situasi sosial budaya dan perkembangan politik aliran di kawasan tersebut. Fenomena yang mendorong praktik kontestasi ideologi pada wayang Krucil Kediri.

 

Berkembangnya beragam politik aliran di Kabupaten Kediri, dimana kalangan kiri dan nasionalis mendominasi afiliasi politik utama warga Kabupaten Kediri. Faktor sejarah dan keberadaan politik aliran di kawasan tersebut menghasilkan produk yang sarat dengan kepentingan ideologis.

 



Kontestasi Ideologis


Kontestasi ideologi pada wayang Krucil Kediri disebabkan oleh 3 hal, yaitu a) polarisasi kawasan antara etan kali dan kulon kali, b) dikotomi antara kelompok Abangan dengan kelompok Santren dan c) perkembangan politik aliran di kawasan tersebut. Kelompok Abangan membangun sistem kulturalnya dengan mengedepankan praktik kebudayaan yang lebih akulturatif, sementara kelompok santren menginginkan pelaksaan ajaran Islam dengan lebih murni.

 

Kontestasi ideologi pada wayang Krucil Kediri ini memiliki beberapa bentuk, yaitu terjadinya praktik polarisasi kawasan etan kali dan kulon kali yang dilatar belakangi karakter kultural golongan priyayi dan wong cilik, serta praktik seni yang sarat dengan magi dan sintesa mistik. Kontestasi tersebut juga membentuk dikotomi antara komunitas Kejawen dan komunitas santren yang mempengaruhi cara pandang masing-masing kelompok terhadap seni wayang tersebut.

 


Fenomena kontestasi ideologi pada wayang Krucil Kediri menghasilkan implikasi pada lima hal, yaitu a) menghasilkan pergeseran konsepsi ajaran Islam Jawa b) terjadinya pergeseran konstruksi identitas pada wayang Krucil Kediri, c) terjadinya dinamika ajaran Islam Jawa dalam Wayang Krucil Kediri, d) menghasilkan pola resistensi pada Wayang Krucil Kediri, dan e) terjadinya pergeseran peran wayang krucil di masyarakat.

 



Makna Disertasi

Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.A., selaku promotor menyampaikan selamat kepada Dr. Rudi Irawanto yang telah berhasil menyelesaikan studinya.

 



“Wayang adalah sebuah peradaban oenting dalam budaya Jawa. Wayang juga merupakan fenomena budaya yang memiliki ruang penuh dengan silang pertemuan ideologi. Bahwa penelitian terhadap wayang Krucil ini adalah usaha penting dalam membuka ruang ideologi di dalamnya,” ungkap Prof. Anom Kumbara.

 

Potensi penelitian terhadap wayang Krucil ini masih sangat luas. Dr. Rudi membuka awal yang baik untuk penelitian lebih lanjut, sehingga memperkaya khasanah pengetahuan publik terhadap wayang Krucil (GP)