Kritisi Moto Sewaka Dharma, Dosen FISIP Unud Raih Gelar Doktor Kajian Budaya Di FIB Unud


Program Studi Doktor Kajian Budaya, FIB Unud menyelenggarakan Promosi Doktor dengan promovendus Komang Adi Sastra Wijaya, S.S., M.A.P. pada Selasa, (10/1) secara hybrid di ruang Dr. Ir. Soekarno, Gedung Poerbatjaraka, FIB Unud.

 

Promovendus merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unud. Ujian terbuka dipimpin oleh Wakil Dekan II FIB Unud, Dr. Ni Made Suryati, M.Hum. serta didampingi oleh Promotor, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., serta Kopromotor I, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., dan Kopromotor II, Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S.


Wakil Dekan II FIB Unud, Dr. Ni Made Suryati, M.Hum. (tengah) memimpin sidang promosi doktor.


 

Dalam ujian terbuka, Komang Adi Sastra Wijaya berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Dekonstruksi Moto Sewaka Dharma dalam Praktik Pemerintah Kota Denpasar”. Setelah melalui tahapan ujian terbuka, Komang Adi Sastra Wijaya dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan merupakan Doktor ke-183 di FIB Unud dan Doktor ke-268 di Program Studi Doktor Kajian Budaya, FIB Unud.

 

Tim penguji terdiri atas Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum., Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S., Dr. I Wayan Suwena, M.Hum., Dr. I Gst. Agung Mas Triadnyani, S.S., M.Hum., Dr. I Nyoman Sukiada, M.Hum., Dr. Ni Luh Putu Sri Ariyani, S.S., M.Hum., dan Dr. I Nengah Punia, M.Si.

 

Rekaman ujian promosi doktor dapat disaksikan di kanal Youtube Media FIB: https://youtu.be/n9Aue-RyuZM

 

Ideologi Di Balik Moto Sewaka Dharma Dalam Praktik Pemerintah Kota Denpasar

Dalam disertasinya, Komang Adi Sastra Wijaya menjelaskan bahwa ideologi old state di balik moto Sewaka Dharma memperkuat koalisi jajaran birokrasi pemerintahan yang merasa nyaman dengan pola pemerintahan klasik atau lama. Koalisi ini tampaknya akan semakin menguat di tengah usaha-usaha Kota Denpasar mempertahankan kebudayaan lokal.

 

Old state yang terbangun di balik moto Sewaka Dharma dapat menjadikan pemerintahan Kota Denpasar sebagai pembangunan basis pemerintahan yang dijiwai oleh spirit atau sistem kerajaan. Akan tetapi, spirit tersebut tidak secara realistis ditunjukkan kepada publik atau dengan kata lain berpraktik di tengah kepercayaan publik terhadap kenampakan eksternal pemerintahan Kota Denpasar.


Promovendus, Komang Adi Sastra Wijaya saat sidang promosi doktor. 



 

Sewaka Dharma sebagai moto pelayanan publik Kota Denpasar tidak dapat menghindar dari jeratan reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi merupakan gaung sistem pemerintahan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk mengatur tatanan birokrasi di setiap daerah di Indonesia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa reformasi birokrasi merupakan ideologi dominan dalam pemerintahan Kota Denpasar, yang akhirnya memberikan dilematisasi terhadap moto Sewaka Dharma di pemerintah Kota Denpasar.  

 

Temuan Penelitian

Komang Adi Sastra Wijaya dalam disertasinya menemukan bahwa Sewaka Dharma sebagai moto memiliki tendensi atas kata-kata yang digunakan untuk membujuk atau mempengaruhi publik, terutama insan yang menjalankan praktik pemerintahan, yaitu para birokrat di Kota Denpasar. Artinya, Sewaka Dharma mengandung ideologi old state yang menyertakan upaya surveilance dan pendisiplinan yang diarahkan pada gejala-gejala birokrasi patrimornial. Moto Sewaka Dharma yang terbungkus dalam bentuk budaya tertentu beroperasi dalam pengaturan, yaitu kinerja politik dibentuk oleh logika pemerintahan patrimonialistik.


Penyerahan sertifikat dari promotor, Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. kepada Dr. Komang Adi Sastra Wijaya.

 

Kesan, Makna, dan Pesan Disertasi

Prof. Dr. I Nyoman Suarka selaku promotor menyampaikan bahwa moto sewaka dharma yang selama ini mapan ternyata menyimpan berbagai persoalan yang perlu dikritisi. Menurut Prof. Suarka, disertasi yang dilahirkan oleh promovendus mampu menunjukkan dinamika makna sebuah moto. “Disertasi yang dihasilkan oleh promovendus mampu menunjukkan dinamika makna sebuah moto. Moto tidak pernah imun dari wacana pengetahuan dan praktik sosial yang melatarbelakangi. Dengan demikian,  moto sewaka dharma mengalami pergeseran makna tidak hanya sakral ke profan, tetapi mengalami determinasi terhadap moto yang berlaku di tingkat nasional”, ujarnya.   


Prof. Dr. I Nyoman Suarka selaku promotor menyampaikan makna disertasi dari Komang Adi Sastra Wijaya.



Di akhir penyampaiannya, Prof. Dr. I Nyoman Suarka selaku promotor juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. dan Dr. I Wayan Tagel Eddy, M.S., selaku kopromotor, serta para penguji yang hadir. Ucapan selamat juga disampaikan kepada keluarga promovendus serta jajaran Dekanat FISIP Unud yang telah hadir dan memberikan semangat kepada promovendus. (as)