Mengkaji Kekerasan Simbolik, Desi Wulandari Raih Gelar Doktor Kajian Budaya


 

Program Doktor (S3) Kajiian Budaya kembali menggelar ujian terbuka pada hari Senin, 21 Desember 2020 dengan promovenda Ni Putu Desi Wulandari, S.Pd.,M.Pd. Ujian dilakukan secara daring dan disiarkan secara langsung pada akun Youtube FIB Unud.

 

Ujian terbuka dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. Ni Putu Desi Wulandari berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Kekerasan Simbolik dan Implikasinya Terhadap Mahasiswa Introver dalam Sistem Pendidikan Tinggi pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Perguruan Tinggi di Bali”, dan dinyatakan lulus dengan predikat ‘Sangat Memuaskan’. Dr. Ni Putu Desi Wulandari, S.Pd., M.Pd. menjadi doktor ke-109 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya serta merupakan Doktor ke-237 di Prodi Doktor (S3) Kajian Budaya.

 


Kekerasan Simbolik Pada Mahasiswa Introver

Pendidikan di Bali, sebagai salah satu provinsi di Indonesia sudah barang tentu mengikuti trend dan stereotip tersebut. Ditambah, Bali sangat mengusung idealisme ekstrover (extrovert ideals). Idealisme ekstrover adalah kepercayaan omnipresent atau yang disetujui banyak pihak dalam sebuah komunitas masyarakat bahwa pribadi yang ideal adalah pribadi alpha. Pribadi alpha memiliki karakteristik spontan, terbuka dan senang bersosialisasi dan berkumpul (gregarious).

 



Stereotip mengenai peserta didik aktif dan berprestasi dan nilai-nilai meritokratis dalam masyarakat diintegrasikan dengan sedemikian rupa dalam pendidikan di Bali dari dasar sampai pendidikan tinggi. Hal tersebut menjadikan peserta didik ekstrover cenderung dianggap sebagai pribadi unggulan yang nilai-nilainya dijadikan sebagai standar yang ditransmisi ke dalam proses pendidikan di Bali.

 

Hal tersebut merupakan cikal bakal kekerasan simbolik pada mahasiswa introver karena proses pendidikan yang dilaluinya tidak mampu menghargai keunikan pribadinya yang memiliki kecenderungan tersendiri terutama mengenai gaya belajar dan interaksi sosialnya di kelas.

 

Bentuk-bentuk dari budaya kekerasan simbolik yang terjadi pada mahasiswa intover pada program studi pendidikan bahasa Inggris perguruan tinggi di Bali antara lain; ketidaksetaraan dalam sistem pendidikan, iklim belajar yang tidak inklusif, marjinalisasi pada hubungan antar siswa dengan siswa dan siswa dengan pendidik dan otoritas pendidik dalam pembangunan ilmu pengetahuan.

 

Alasan dibalik budaya kekerasan simbolik pada penelitian ini antara lain; pemahaman dosen yang menganggap bahwa aktifitas verbal adalah yang paling efektif untuk diaplikasikan di dalam kelas, tuntutan lembaga dan tuntuan mata kuliah.

 

Proses budaya kekerasan simbolik yang terjadi pada mahasiswa intover pada program studi pendidikan bahasa Inggris perguruan tinggi di Bali bahwa kekerasan simbolik di lapangan terjadi melalui proses reproduksi budaya (cultural reproduction) dalam pendidikan. Implikasi dari budaya kekerasan simbolik ada mahasiswa introver pada program studi bahasa Inggris di perguruan tinggi Bali diklasifikasikan menjadi implikasi proses dan output.

 

Temuan Penelitian

 

Temuan penting dalam penelitian ini adalah tidak adanya fokus yang serius terhadap aspek psikologis mahasiswa pada ketiga program studi lokasi penelitian. Hal tersebut terlihat dari tidak diaplikasikannya tes potensi psikologis untuk memetakan tendensi psikologis yang dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.

 



Tes potensi psikologis sangat penting untuk dilakukan agar dosen mampu memahami variasi psikologis yang dimiliki mahasiswa yang diajarnya dan kemudian merancang pembelajaran yang sesuai dengan keunikan-keunikan psikologis tersebut.

 

Selanjutnya adalah idealisme pembelajaran pada ketiga program studi lokasi penelitian masih dilaksanakan secara klasikal massal. Hal tersebut bermakna bahwa rencana dan proses pembelajaran masih dilaksanakan secara kolosal tanpa memperhatikan keunikan yang dimiliki tiap-tiap mahasiswa.

 

Temuan ketiga adalah ditemukan potensi-potensi kekacauan mental dari beberapa mahasiswa introver yang menjadi partisipan dari penelitian ini. Hal tersebut teridentifikasi dari jawaban-jawaban mahasiswa partisipan dalam kuesioner dan wawancara. Jawaban-jawaban tersebut menyiratkan keputus asaan total dan sinisme yang merupakan bentuk awal kelelahan mental.

 

Makna Disertasi

Makna disertasi disampaikan oleh Kopromotor I, Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum. Melalui sambutannya Dr. Pageh menyampaikan ucapan selamat atas kesuksesan Dr. Ni Putu Desi Wulandari, S.Pd., M.Pd.

Penelitian atas keberadaan mahasiswa introvet serta berbagai permasalahannya di dunia pendidikan dari sudut pandang kajian budaya adalah bentuk penelitian yang baru.

Hal ini menjadi gambaran penting serta dapat menjadi rekomendasi yang sangat mendasar bagi dunia pendidikan.




“Kita masih alpa dalam menyiapkan fasilitas bagi siswa introvet, saya ibaratkan siswa introvet ini sama dengan orang disabilitas. Kita juga harus mulai peduli dan menyiapkan berbagai fasilitas khususnya di dunia pendidikan,” ungkap Dr. Pageh.


Penelitian ini tidak hanya akan memberi dampak besar pada masyarakat namun juga lembaga-lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi. (gp)