Menyongsong Tahun Baru Saka di Bulan Ramadhan: Program Social Anthropology FIB Unud Gelar Parade Ogoh-ogoh dan Bagi-Bagi Takjil
Semarak menyongsong tahun baru Saka 1947 tidak saja menghiasi momentum festival yang diadakan sejumlah daerah di Bali. Euforianya pun turut dirasakan oleh para peserta kursus (murid) asal Norwegia yang mengikuti program short course Social Anthropology. Jumat 21 Maret 2025, suasana riuh menggema di depan Laboratorium Antropologi (Labora) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud). Gema itu berasal dari alunan kulkul tektekan. Tektekan adalah salah satu kesenian musik tradisional Bali yang populer di Kerambitan Tabanan. Tektekan digunakan untuk mengiringi berbagai keperluan, termasuk dalam rangkaian hari pengrupukan (sehari menjelang Nyepi).
Sebelum dilatih tektekan, para murid diberikan materi terkait Nyepi (catur brata, makna ogoh-ogoh, kulkul tektekan, obor) sebagai tahun baru Saka bagi umat Hindu di Indonesia. Selepas pengantar tersebut, barulah mereka diperkenalkan dan dilatih tektekan. Dalam latihan tersebut, mereka diajarkan teknik dasar berupa kilitan cak telu baik polos maupun sangsih. Antusias para murid tampak dari sigapnya mereka menangkap materi yang diajarkan. Seusai berlatih tektekan, para murid diajak untuk melakukan parade ogoh-ogoh keliling areal kampus FIB Denpasar. Sebagian dari mereka ada yang membawa obor, ada yang memainkan tektekan, dan seorang di antaranya mengarak ogoh-ogoh.
Sekalipun sederhana, parade yang bersifat simulasi dengan tujuan edukasi ini berlangsung secara meriah dalam balutan gelak tawa. Tentunya ini menjadi pengalaman bagi para murid Social Anthropology. Di samping pengenalan tradisi masyarakat Hindu Bali, kegiatan ini dirangkaikan dengan tradisi masyarakat Islam Nusantara, yaitu Bagi-bagi Takjil yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia selama menunaikan ibadah puasa, termasuk di Pulau Dewata.
Melalui rangkaian tersebut, cerminan keberagaman tersalurkan dalam agenda Cultural Activities yang menyunjung Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity). Selama agenda berlangsung, para murid Social Anthropology didampingi oleh para pengelola program, dosen pengajar dan mahasiswa Program Studi Antropologi Budaya, sehingga kegiatan ini secara tidak langsung menjadi jembatan untuk mempererat tali silaturahmi (Menyama Braya) antar manusia yang datang dari beragam latar belakang asal muasal, budaya, dan bangsa.
UDAYANA UNIVERSITY