Peneliti Balai Bahasa Bali Raih Gelar Doktor Sastra dari Prodi Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Doktor baru (nomor tiga dari kiri) berfoto bersama Dekan FIB Unud Dr. Made Sri Satyawati, M.Hum. (tengah) dan Kepala balai Bahasa Bali M. Toha Machsum,S.Ag, M.Ag. (ujung kiri), dan penguji usai promosi doktor.
Peneliti Balai Bahasa Provinsi Bali, Puji Retno Hardiningtyas, S.S.,M.Hum., meraih gelar doktor dari Prodi S-3 Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dalam ujian promosi doktor di kampus setempat, Selasa, 26 Januari 2021.
Ujian terbuka yang diselenggarakan secara gabungan langsung dan daring melalui aplikasi webex dan disiarkan secara langsung lewat kanal Youtube melalui link https://www.youtube.com/watch?v=MHJFJhVVIvo
Dr. Puji Retno Hardiningtyas, SS,M.Hum. saat ujian.
Puji Retno adalah Peneliti di Balai Bahasa Provinsi Bali yang berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Antara Keindahan dan Kehancuran: Wacana Lingkungan Alam dalam Puisi Indonesia Modern Karya Penyair di Bali Periode 1970-an–2010-an†dan dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Retno menjadi doktor ke-120 di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dan Doktor ke-179 di Lingkungan Prodi Studi Doktor (S3) Ilmu Linguistik.
Dr. Retno (tengah) bersama keluarga dan teman-teman serta Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Toha Machsum, S.Ag.,M.Ag (kanan).
Bertindak sebagai Ketua penguji adalah Dekan FIB Universitas Udayana Dr. Made Sri Satyawati, M.Hum. Anggota penguji terdiri dari Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. (Promotor); Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.(Kopromotor I); Dr. I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, M.Hum.(Kopromotor II); Prof. Dr. Aron Meko Mbete; Dr. I Ketut Sudewa, M.Hum.; Dr. Luh Putu Puspawati, M.Hum.; dan Dr. I Wayan Artika, M.Hum.
Promosi ini juga dihadiri oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Toha Machsum, S.Ag.,M.Ag dan beberapa peneliti dari Balai Bahasa Provinsi Bali.
Wajah Bali dalam konsep Tri Hita Karana
Dalam disertasinya, Retno memaparkan dua hal utama, yaitu penyusunan periodisasi puisi Indonesia di Bali dan menganalisis puisi-puisi yang mengangkat tema masalah lingkungan alam Bali. Tema lingkungan dibagi dua, yaitu yang mengangkat citra keindahan dan kehancuran alam Bali. Dalam analisisnya, Retno melakukan kajian intertekstual antara ekpresi dalam puisi dan dalam wacana publik di media massa.
Suasana ujian di kampus.
Lebih lanjut Retno menyatakan bahwa puisi-puisi karya penyair Bali periode 1970-an hingga 2010-an ini melukiskan kondisi dan lingkungan alam Bali yang indah sebagai bentuk wajah Bali yang dikemas dalam konsep Tri Hita Karana.
“Metafora yang muncul dalam puisi merupakan metafora lingkungan alam Bali yang memberikan gambaran hubungan manusia yang seimbang antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widi, dengan lingkungan budaya dan alamnya.â€
“Sedangkan pembahasan wacana kehancuran Bali meliputi dua hal, yaitu krisis ekologi dan konflik lingkungan yang dialami oleh masyarakat Bali,†jelasnya.
Dr. Retno dan kawan-kawan seangkatan.
Ujian ditutup dengan pembacaan puisi yang sangat apik oleh promovenda dengan judul “Oleh-Oleh dari Bali,†karya Made Taro.
Temuan
Temuan penelitian Puji Retno diantaranya wacana keindahan Bali dalam puisi-puisi penyair Bali periode 1970-an sampai dengan 2010-an dipengaruhi pandangan hidup masyarakat Bali yang memegang teguh Tri Hita Karana.
Dari konsep tersebut, penyair merepresentasikan kaidah estetika pastoral dalam puisi-puisi kaitannya dengan wacana keindahan Bali yang meliputi alam, budaya, dan spiritual.
Adanya kecenderungan penyair Bali yang dalam menciptakan metafora memanfaatkan simbol-simbol yang mengacu pada kategori human dan kategori being yang terkait dengan isu lingkungan di Bali.
Makna Disertasi
Promotor Prof Dr. I Nyoman Darma Putra M.Litt. menyatakan bahwa penelitian Puji Retno telah melakukan banyak hal untuk puisi Indonesia di Bali, pada saat yang sama juga meninggalkan banyak tugas baru untuk dikaji lebih lanjut.
Promotor Prof. I Nyoman Darma Putra saat memberikan sambutan makna disertasi secara daring.
“Kita melihat Puji Retno telah menunjukkan kepada kita bahwa di Bali perkembangan sastra Indonesia modern luar biasa dinamisnya, ditunjukkan secara khusus dengan adanya karya-karya puisi dari tahun 60-an hingga sekarang,†ujarnya.
Dari disertasi Retno ini, pembaca bisa melihat ada banyak penyair dan banyak karyanya yang tersebar di media massa dan yang terbit dalam antologi.
“Selama ini Bali banyak dikenal sebagai daerah dengan kekayaan seni tradisi seperti tari dan tabuh. Padahal, Bali juga kaya akan seni modern terbukti dari hadirnya sastrawan dan karyanya,†tutur Darma.
Prof. Darma mengumpamakan Retno sudah ‘membabat hutan’ puisi di Bali, namun masih banyak hasil membabat hutna itu yang perlu dikaji untuk pemaknaan lebih dalam dan aktual.
Untuk itulah, promotor mengharapkan agar promovenda ikut menggarap apa yang sudah diangkat untuk dilanjutkan, misalnya hubungan puisi yg barkaitan dengan lingkungan dikaitkan dengan pariwisata dan lain sebagainya (dm)
UDAYANA UNIVERSITY