Prihatin Meningkatnya Kasus Self-Diagnose, Senat Mahasiswa FIB Lakukan Kajian


 

 

Senat mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya melakukan kajian kesehatan mental di internal lingkungan mahasiswa. Kajian ini dilakukan melihat semakin meningkatknya fenomena kesehatan mental, khususnya pada kalangan generasi muda. Fokus kajian ini dilakukan pada fenomena self-diagnose. Kajian ini dilakukan dengan mengambil sampel acak dari beberapa mahasiswa untuk dimintai pendapatnya tentang self-diagnose.

 

 

Self-diagnose adalah keadaan Self-diagnose adalah keadaan dimana seseorang mendiagnosa dirinya sendiri terkena penyakit tertentu berdasarkan dugaan pribadi. Self-Diagnose adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan hipotesa pribadi atau informasi yang didapatkan secara mandiri. Seseorang yang melakukan self-diagnose sebenarnya sedang berpikir seolah-olah mengetahui masalah kesehatan yang dialami, padahal hal tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya. Self-Diagnose juga bisa berpengaruh pada kesehatan mental dengan menyebabkan kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu. Self-diagnose bahkan bisa berujung pada gangguan kecemasan umum, serta membuat masalah kesehatan mental tertentu menjadi tidak terdeteksi. Mengingat bahwa gangguan mental biasanya tidak muncul sendirian, melainkan juga disertai oleh gangguan mental lainnya.

 

Salah satu mahasiswa yang dimintai pendapatnya tentang self-diagnose adalah Sheila Nuraini yang berpendapat bahwa mengistimewakan orang yang terkena penyakit mental adalah sebuah hal yang dilematis.

 



“Untuk mengistimewakan dan lebih memerhatikan orang yang terkena penyakit mental itu sebenarnya antara iya dan tidak, karena seharusnya kita sebagai remaja harus bersikap baik dan peduli kepada semua orang, terlepas dari mereka mengidap penyakit mental atau tidak,” ungkapnya.

 

Mahasiswa lain yang dimintai pendapat adalah Alfin. Sejalan dengan pendapa Sheila, Alfin berpendapat bahwa dengan mengistimewakan dan memberi perhatian lebih kepada penyintas adalah pisau bermata dua. “Sebagaimana yang kita ketahui bahwasannya orang-orang yang terkena gangguan kesehatan mental itu memerlukan dukungan dalam fase pemulihannya, akan tetapi apabila orang tersebut diperlakukan secara istimewa dan lebih diperhatikan, dikhawatirkan hal ini akan terkesan memanjakan mereka sehingga apabila mereka berada di lingkungan yang kurang dalam hal kepedulian, mereka akan merasa tidak nyaman dan terpuruk,” ucapnya.

 




Seorang mahasiswa yang juga dimintai pendapat adalah Nalendra Aelf. Aelf merupakan penyintas self-diagnose. Berdasarkan pengalamannya, alangkah baiknya jika mengalami sesuatu yang tidak nyaman pada diri segeralah untuk berkonsultasi pada ahlinya.

 

“Jika sudah merasa ada sesuatu yang berbeda di diri kalian segera konsultasikan, jangan buat itu berlarut larut karena semakin lama kalian memendam, itu cukup susah untuk disembuhkan,” ungkap Aelf.

 

Narasumber lain yang memiliki pengalaman self-diagnose adalah A. Farras Zhafir. Zhafir merupakan founder dari komunitas BahagiakanKamu! Yang juga merupakan seorang penyintas. Menurutnya, permasalahan kesehatan mental tidak boleh disepelekan, karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan jasmani.

 

Zhafir adalah founder komunitas BahagiakanKamu!



“Aku tidak 100% menyalahkan mereka yang melakukan self-diagnose dan menyepelekan kesehatan mental, tapi aku cukup prihatin dengan orang-orang yang menyepelekan kesehatan mental. Orang dengan mental illnes itu ada di dunia ini, kita tidak menutup kemungkinan bahwa mereka memerlukan pertolongan meskipun mungkin mereka tidak mengungkapkan bahwa mereka memiliki problem tersebut,” ungkap Zhafir.

 

Komunitas BahagiakanKamu! merupakan komunitas yang bergerak untuk membantu teman-teman yang sekiranya memerlukan bantuan terkait permasalahan mental. Komunitas BahagiakanKamu! adalah sebuah komunitas yang terbentuk dan lahir dari acara Pemimpin Muda

 

Udayana X yang dibentuk dengan tujuan untuk membahagiakan orang lain. Komunitas BahagiakanKamu! dibentuk oleh lima founder yang merupakan mahasiswa Universitas Udayana.

 

Komunitas ini bergerak di bidang kesehatan mental, dimana pembentukan komunitas ini awalnya peduli dengan angka bunuh diri di kalangan remaja yang naik tiga tahun ke belakang. Komunitas ini bergerak untuk membantu teman-teman yang memerlukan pertolongan yang tidak tahu mencari pertolongan ke mana dan tidak tahu tujuan mereka ke mana.

 

Made Padma Dewi Bajirani, M.Psi. saat menjadi narasumber dalam acara Komunitas BahagiakanKamu!


Made Padma Dewi Bajirani, M.Psi. yang merupakan seorang Dosen Psikolog, menegaskan bahwa self-diagnose merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. Self-diagnose dapat memperburuk keadaan mental seseorang. Hendaknya seorang remaja harus bisa belajar untuk mengenali diri sendiri. Remaja juga harus lebih selektif dalam memilah informasi yang berkaitan tentang kesehatan mental. Beliau menyampaikan, meskipun maraknya self-diagnose sebagai bentuk peningkatan kepedulian remaja untuk melakukan literasi tentang kesehatan mental. Namun, tentu saja hal ini mampu menciptakan sugesti yang bisa saja memperburuk keadaan seseorang.

 

Reporter : Katon, Maritya, Meysha, Regita

Penulis : Gungwah dan Given

Penyunting : Ana