Prof. Dr. Ketut Artawa, M.A.: Dosen perlu Tingkatkan Rekognisi Diri

 

Prof. Dr. I Ketut Artawa, M.A.


Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) perlu meningkatkan rekognisi diri secara akademik dan pengembangan keilmuan yang lebih inovatif dan relevan dengan zaman.


Demikian disampaikan ketua Prodi Doktor Linguistik FIB Unud, Prof. Dr. Ketut Artawa, M.A., dalam amanatnya yang berjudul “Kisah Meningkatkan Rekognisi Diri sebagai Dosen”, ketika bertindak sebagai pembina apel virtual FIB Unud, Senin, 18 Oktober.


Apel rutin FIB setiap Senin dilaksanakan secara bergiliran di antara prodi. Senin ini adalah giliran Prodi Sastra Jepang, sementara pembina upacara adalah Korprodi S-3 Linguistik. Petugas upacara lainnya adalah Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si. bertugas sebagai pembawa acara; Dr. Made Ratna Dian Aryani, S.S.; M.Hum. sebagai pembaca teks Panca Prasetya Korpri, Dr. I Gede Oenada, S.S., M.Hum. sebagai pembaca teks Kunci Wasiat Pendirian FIB; Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S., M.Hum. sebagai pembaca teks UUD 1945; dan Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum., M.Hum. sebagai pembaca doa. 


Apel virtual diikuti oleh dosen, pegawai, dan mahasiswa.


Tugas Pokok Dosen

 

Dalam amanatnya, Prof. Artawa lebih jauh menyampaikan bahwa tugas pokok dosen tidak mudah. Sebagai dosen kita selalu berhadapan dengan kebijakan pendidikan yang ada. Bolehlah kita sebut the story we live by.

 

Story ini jangan diartikan cerita yang kita tuturkan kepada anak anak, cerita seperti dalam novel atau drama. The story we live by yang selalu disampaikan kepada kita atau kita baca dan dengar terkait dengan tugas pokok kita sebagai dosen.

 

“The story we live by sebagai wacana  harus kita respon  untuk pengembangan diri,” ujar lulusan doktor La Trobe University, Melbourne, Australia.

 

Pengembangan diri, tambah Prof. Artawa, bisa dimulai dari bertanya kepada diri sendiri secara sederhana.


“Siapa yang saya kenal dalam bidang akademik yang saya dalami baik secara nasional maupun internasional? Atau pertanyaannya, kita balik. Siapa yang mengenal saya di bidang akademik yang saya tekuni.  Dalam kapasistas apa saya dikenal?”

 

Kembangkan Diri secara Konsisten

 

Menurut Prof Artawa, jika ingin lebih dikenal di bidang tertentu, kita perlu mengembangkan diri secara konsisten sesuai bidang yang kita tekuni.

 

Bali memang telah banyak menginspirasi peneliti untuk mengungkapkan keunikannya. Prof Artawa mengungkapkan keunikan Bali telah mengantarkannya untuk bergerak di bidang tipologi linguistik.


Prof. Dr. I Ketut Artawa, M.A. (dua dari kiri) dalam suatu seminar.

 

“Tulisan saya pertama tentang bahasa Bali terbit pada tahu 1988. Sekarang tahun 2021 saya sudah menulis artikel tentang bahasa Bali baik secara mandiri maupun berkolaborasi sebanyak 34 artikel dan satu buah buku secara mandiri,” tuturnya.

 

Saat itu, Prof Artawa juga merasa bersyukur menjadi orang Bali pertama yang mempublikasikan bahasa Bali di jurnal Internasional Studies in Language  terindeks Scopus Q1 dengan judul  â€œPatient Primacy in Balinese”. Artikelnya tidak terbatas pada objek bahasa Bali.

 

Konsistensi berkarya dengan objek keunikan bahasa Bali secara tipologi linguistik, akhirnya membuka peluang bagi Prof Artawa mendapat undangan sebagai visiting professor pada The Research Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Japan (2011-2012).

 

Pada tahun 2013 Prof Artawa diundang untuk menulis tentang “Balinese Valency Classes” sebagai book chapter dalam buku handbook internasional Valency classes in the world languages (2015).

 

Konsistenlah dalam berkarya, tulislah  buku, artikel, atau tulisan kreatif.  Menurut Prof Artawa, artikel, buku, adalah jejak jejak yang bisa ditelusuri orang lain. Jangan khawatirkan tulisannya tidak dibaca atau disitasi orang, suatu saat pasti ada manfaatnya.

 

“Karena berbagai keterbatasan, saya baru berhasil menulis 4 buah buku. Salah satu buku saya tentang bahasa Indonesia sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin,” tambahnya.

 

Ingatlah pesan berikut, ada sastrawan yang berpendapat: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tidak menulis, Ia akan menghilang dalam masyarakat dan dari sejarah…menulis adalah bekerja untuk keabadian”

 

Untuk meningkatakan rekognisi kita sebagai dosen kita harus cerdas memilih dan membaca perkembangan keilmuan kita di tingkat internasional. Di samping tipologi linguistik adalah bidang keahliannya, Prof. Artawa juga menekuni bidang lain yang yaitu mengajarkan linguistic landscape.


Dia sudah 4 kali diundang untuk memberkan kuliah umum tentang linguistic landscape ini, bulan depan ke universitas besar di Jawa, sebagai penguji dan kopromor di bidang ini di universitas di luar Bali (Guna).