Sarasehan Sastra 3: Kolaborasi Himasindo Unud Dan Hmprisai Universitas Ahmad Dahlan Dalam Keragaman Bahasa, Sastra, Dan Budaya
Foto bersama acara Sarasehan Sastra 3, Program Studi Sastra Indonesia FIB Unud (Foto: Ayu Candra)
Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Udayana berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan menyelenggarakan Sarasehan 3 dengan tema “Ruang Keberagaman Bahasa, Sastra dan Budaya†yang diselenggarakan pada Jumat, (30/12) secara hybrid di Gedung Auditorium Widya Sabha Mandala, FIB Unud dengan menghadirkan empat pembicara, yaitu Adnin Kamil Bani Hawa dan Raja Syeh Anugrah dari Universitas Ahmad Dahlan, dan Ni Kadek Arysna Dwi Intari dan Fani Yudistira dari Universitas Udayana.
Sambutan Koordinator Program Studi Sastra Indonesia, FIB Unud, Dr. I. G. A. A. Mas Triadnyani, S. S., M. Hum., (Foto: Ayu Candra)
Acara diawali dengan sambutan dari Koprodi Sastra Indonesia, FIB Unud, Dr. I. G. A. A. Mas Triadnyani, S. S., M. Hum. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan bahwa acara yang diselenggarakan saat ini merupakan acara yang dapat memberi banyak manfaat, baik untuk mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Udayana maupun Universitas Ahmad Dahlan. “Kerjasama ini merupakan kerjasama yang sangat bagus dan dapat memberikan manfaat maupun pengalaman untuk mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dari Universitas Udayana maupun mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlanâ€- ungkapnya.
Pemaparan materi yang dipandu oleh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, FIB Unud. (Foto: Ayu Candra)
Acara dilanjutkan oleh pemaparan materi dari keempat narasumber dimulai dari Adnin Kamil Bani Hawa yang mengangkat topik “Ciri Fonologi dan Penyebab Gangguan Berbicara Kemayu pada Selebritas Lucinta Lunaâ€. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan pentingnya mengetahui ciri fonologi dan penyebab gangguan bicara kemayu. Hal itu dapat menghindari marginalisasi terhadap penyandang gangguan bicara serta gangguan bicara tersebut dapat segera ditangani. “Jika kita sudah menemukan orang dengan gangguan bicara seperti yang dialami Lucinta Luna tersebut, kita dapat menanganinya dengan cara melakukan terapi bicara secara terus menerus dan teratur hingga sedikit demi sedikit gangguan bicara tersebut dapat berkurangâ€- terangnya.
Pemaparan materi kedua yang dipandu oleh Revina Sihombing, mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, FIB Unud. (Foto : Ayu Candra )
Pemateri kedua adalah Ni Kadek Arysna Dwi Intari yang mengangkat judul “Analisis Kesalahan Bahasa Tulis Mahasiswa BIPA Level 1 Universitas Udayanaâ€. Dalam pemaparannya, Arysna diwakilkan oleh Pewara 1 Safitri Br Sembiring karena berhalangan hadir. Materi yang disajikan berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi oleh mahasiswa program BIPA di Universitas Udayana. Dalam penelitian yang dilakukan, dibahas dua kesalahan utama yang sering dilakukan oleh mahasiswa BIPA, yaitu kesalahan berbahasa pada penggunaan kalimat, struktur kalimat, pemilihan kata, dan penggunaan konjungsi yang tidak sesuai.
Pemaparan materi sesi kedua oleh Fani Yudistira, mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, FIB Unud. (Foto: Ayu Candra)
Pemateri selanjutnya adalah Fani Yudistira dan Raja Syeh Anugrah. Judul yang diangkat oleh Fani Yudistira berjudul “Tafsir Cinta dalam Puisi Aan Mansyurâ€. Dalam pemaparannya, ia berfokus pada puisi berjudul “Cintaâ€. Puisi tersebut menguraikan bahwa cinta adalah sesuatu yang dapat dimengerti jika kita dirusak oleh diri sendiri atau hal lain di luar diri kita. Pada puisi kedua, yang berjudul “Jatuh Cintaâ€, ia memaknai jatuh cinta adalah pekerjaan “salah duga†selayaknya selembar kertas terbakar yang menganggap dirinya api. “Salah duga memiliki berbagai kemungkinan atau duga yang seringkali membuat kita salah sangka. Kita menyangka jatuh cinta, ternyata pada kenyataannya, kita belum atau bahkan tidak sedang mengalaminyaâ€-ungkapnya
Diskusi bersama Prof. Dhanawaty, Guru Besar Sastra Indonesia, FIB Unud (Foto: Ayu Candra)
Raja Syeh Anugrah sebagai pembicara terakhir mengangkat judul “Interpretatif Simbolok “Dayah†dalam Novel Lampuki Karya Arafat Nurâ€. Dalam pemaparannya, ia berkesimpulan bahwa “Dayah†yang berasal dari bahasa Arab berarti zawiyah dimaknai sebagai sebuah sudut yang kemudian diyakini oleh masyarakat Aceh sebagai sudut tiang Masjid Madinah ketika Nabi Muhammad SAW mengajar para sahabat pada masa awal masa Islam. (nhw)
UDAYANA UNIVERSITY