Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Gelar Reinkarnasi Budaya VIII


 

Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya menggelar acara Reinkarnasi Budaya VIII. Acara Reinkarnasi Budaya VIII dibuka pada, Senin, 16 November 2020 yang bertempat di telah Auditorium Widya Sabha Mandala Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

 

Acara Reinkarnasi Budaya VIII mengusung tema “Abhirama Buddhayah Ning Pertiwi” dengan subtema “Harmonisasi Cipta, Rasa, dan Karsa dengan Balutan Seni dan Sastra yang Berlandaskan Keteguhan Pertiwi Guna Mewujudkan Budaya yang Adi Luhung”. Acara ini berlangsung selama beberapa hari dengan berbagai kegiatan diantaranya adalah bincang budaya, lomba, serta pertunjukan seni budaya.

 

Pembukaan acara Reinkarnasi Budaya VIII disuguhkan dengan beberapa rangkaian acara dimulai dari Tari Pendet Widya Maha Merta, beberapa laporan dari ketua panitia, ketua senat, sambutan dekan, hingga opening ceremony dengan penancapan Wayang Sutasoma oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana didampingi oleh ketua panitia, ketua  SMFIB dan ketua BPMFIB.

 

Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Dr. Ni Made Sri Satyawati, S.S., M.Hum. dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas apa yang sudah dilakukan oleh senat mahasiswa.

 

“Reinkarnasi Budaya ini saya harapkan dapat menjadi ikon dari Fakultas Ilmu Budaya yang akan membawa semangat pelestarian budaya bagi kita semua. Tentu saja setiap kegiatan yang dilakukan serangkaian Reinkarnasi Budaya diharapkan dapat mengembangkan softskill adik-adik sekalian,” ungkap Dr. Sri Satyawati.

 

Acara Reinkarnasi Budaya VIII ini tentu akan selalu mendapatkan dukungan dari pihak Dekanat. Ini sebagai salah satu komitmen jajaran pimpinan FIB mengembangkan wadah kreatifitas mahasiswa.

 


Bincang Budaya

 

Setelah rangkaian acara pembukaan dilanjutkan dengan acara bincang budaya Nala Cintya Mani III. Acara bincang budaya Nala Cintya Mani III ini mengusung tema “Keberadaan Tanah dan Natah di Bali” dengan subtema “mengimplementasikan Konsep Asta Kosala Kosali Guna Menyelaraskan Tata Ruang dalam Pembangunan Hunian Masyarakat Bali di Daerah Perkotaan.

 


Acara bincang budaya ini menghadirkan tiga pembicara yaitu: Prof. Dr. Drs. I Nyoman Suarka, M. Hum., Dr. Ir. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, SDs, MA, IPU, ASEAN Eng., dan Putu Marmar Herayukti. Para pembicara tersebut membahas mengenai pokok bahasan “Masih Relevankah Asta Kosala Kosali di Daerah Perkotaan?” dengan dipandu oleh I Ketut Eriadi Ariana, S. S. sebagai moderator.

 

Acara ini berlangsung dengan konsep semi online, pembicara dihadirkan dalam satu tempat dan peserta berada di rumah masing-masing sehingga bertemu dalam satu link media Webex. Hal ini dilakukan mengingat keadaan pandemi Covid-19 masih belum juga hilang.

 

Tujuan dari acara ini adalah untuk mengupas lebih dalam lagi terkait konsep asta kosala kosali serta relevansinya saat ini. Bincang budaya ini juga sekaligus mengedukasi serta mengajak generasi muda saat ini untuk berdiskusi agar mendalami kebudayaan arsitektur tradisional Bali. (gp)