Tingkatkan Peran Wanita, Himpunan Mahasiswa Sastra Bali Laksanakan Webinar Bertema Perempuan dalam Budaya Sastra Era Baru



Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (Mahasaba) pada Senin, 19 Oktober 2020, menyelenggarakan Webinar Nasional. Webinar ini serangkaian HUT ke-9 himpunan mahasiswa tersebut.

Webinar kali ini mengambil tema “Perempuan dalam Budaya Sastra Era Baru”. Webinar ini merupakan program kerja baru dan pertama kali dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Bali.


Webinar kali ini mengundang seorang pembicara kunci yaitu A.A.G.N Ari Dwipayana yang merupakan Koordinator Staf Khusus Presiden RI dan sebagai Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud.

 

Selain itu juga menghadirkan dua pembicara, Oka Rusmini seorang jurnalis dan sastrawan Bali serta Dr.L.G Saraswati Putri, S.S, M.Hum yang merupakan dosen Filsafat, Universitas Indonesia. Webinar ini juga menghadirkan moderator seorang sastrawan perempuan Bali Carma Citrawati yang juga alumni Prodi Satra Bali Unud.

 

Koordinator Program Studi Sastra Bali, Dr.Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum. membuka acara webinar ini secara resmi. Dalam sambutannya Dr. Wayan Suardiana mengharapkan pemaparan dari pembicara dapat memberikan wawasan baru mengenai sastra dan peran perempuan dalam sastra.

 

 â€œTema yang diangkat dalam webinar ini sangatlah baik sehingga bisa memaknai geliat perempuan khususnya sastrawan perempuan untuk memajukan sastra khsususnya di Bali,” ungkap Dr. Wayan Suardina.

 


Sementara itu, ketua panitia HUT Mahasaba, I Gusti Ayu Agung Arya Utamiyani mengatakan jika pada awalnya webinar ini ditawarkan oleh salah satu dosen di program studi, kemudian pengurus Himpunan Mahasiswa mendiskusikan tawaran tersebut dan akhirnya disetujui. Panitia tidak menyangka bahwa webinar ini mampu menarik hingga lebih dari 100 orang yang terdiri dari mahasiswa, dosen serta masyarakat umum.

 

“Kami hanya menargetkan 150 orang peserta, pendaftaran telah ditutup pada hari kedua. Sebetulnya jika masih dibuka, jumlah peserta jauh melampaui 200 orang,” ungkap Arya Utamiyani.

 

Webinar ini merupakan salah satu trobosan baru yang dilakukan oleh Mahasaba (Mahasiswa Sastra Bali) untuk memajukan program studi Sastra Bali di bidang akademik. Selain itu bertujuan pula untuk memperkenalkan program Studi Sastra Bali ke khalayak umum.

 

Analisis Kritis pada Peran Perempuan dalam Sastra

A.A. Ari Dwipayana sebagai pembicara kunci menyinggung persoalan perempuan yang harus mampu mengambil peran dalam berbagai sisi kehidupan saat ini, khususnya di bidang sastra. Perempuan dalam sastra tradisional, khususnya dalam naskah-naskah lontar sebetulnya banyak diungkapakn dalam berbagai wacana.


Hal ini harus menjadi perhatian serius dan menjadi kajian serius bagi peneliti sastra, khususnya sastra Bali. “Banyak hal tentang perempuan yang dapat kita gali dari naskah-naskah lontar. Ini merupakan kerja besar, dan kerja bersama. Tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah. Dibutuhkan sinergi berbagai pihak,” ungkap Ari Dwipayana.

 

Perempuan, perempuan, perempuan

 

Pembicara pertama yang menyajikan materi adalah Oka Rusmini. Dalam pemaparannya, Oka Rusmini menyampaikan mengenai bagaimana pandangannya mengenai perempuan dan literasi.

 

Menurut Oka Rusmini, perempuan Bali harus jeli dan kritis melihat persoalan yang berada disekitar mereka, terutamanya persoalan tubuh perempuan dalam lingkup individu dan sosial. Tubuh, terutama tubuh perempuan adalah sasaran utama dari sebuah kekuasaan, dan dari tubuh-tubuh itulah persoalan perempuan bermula.

 

“Bagi saya dengan mendokumentasi persolan perempuan dengan baik dan jujur, akan memberi pendidikan yang jelas kepada perempuan untuk memberi kesempatan dirinya yaitu berfikir dan menunjukkan kemampuannya,” tegas Oka Rusmini.

 

Sastra dan Subjektivasi Perempuan

 

Dr.L.G Saraswati Putri, S.S, M.Hum sebagai pembicara kedua mengungkapkan mengapa mengapa perempuan harus menulis, karya-karya perempuan semasa reformasi-pasca reformasi, hingga beberapa persoalan-persoalan soal perempuan, seharusnya harus ditulis oleh perempuan.

Saras Dewi lebih jauh mengungkapkan bahwa banyak kini penulis-penulis perempuan yang sudah mulai berani menulis secara lugas segala persoalan mereka.

 

“Kita bisa lihat salah satunya Oka Rusmini, salah satu penulis perempuan yang dengan bahasa yang sangat indah namun kuat, telah menyuarakan problematika perempuan dalam lingkaran sosial,” ungkap Saras Dewi.

 

Webinar dilanjutkan dengan sesi diskusi yang sangat hangat oleh seluruh peserta, meski tidak semua pertanyaan dapat diakomodasi dalam sesi diskusi. (arie surya).