UP3M FIB Unud Selenggarakan Bimbingan Teknis FIBAA Kluster FIB sebagai bagian dari Persiapan On-Site Visit Akreditasi Internasional FIBAA

Pada Selasa, 11 Maret 2024, dilangsungkan Bimbingan Teknis FIBAA Kluster FIB yang dilakukan secara Hybrid, daring melalui zoom meeting dan luring di ruang Ir. Soekarno Gedung Poerbatjaraka FIB Unud. Hadir dalam acara tersebut secara luring, seluruh tim yang tergabung dalam Kluster FIB, yang terdiri atas dosen sekaligus tim pengelola Program Studi Sastra Inggris, Sastra Indonesia, dan Sastra Jepang, Dekan FIB Unud, Koordinator Internasionalisasi Unud, Tim dari Fakultas Hukum, Ketua UP3M, perwakilan dari LP3M, perwakilan Mahasiswa dari Kluster FIB, serta narasumber pada acara ini, yaitu Prof. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., Koordinator program Studi Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara (USU) beserta tim dosen, tendik, mahasiswa, dan alumninya. 


Kegiatan ini dilakukan secara hybrid, dimana secara daring diikuti oleh seluruh dosen yang berada di bawah Kluster-Kluster di Unud (FIB, FH, dan FPar). Kegiatan ini merupakan bagian dari persiapan visitasi akreditasi Internasional FIBAA yang direncanakan akan dilaksanakan di pertengahan tahun 2025. Beberapa kegiatan persiapan telah mulai dilakukan, seperti pemilihan personil sebagai tim yang menerima visitasi, yang terdiri atas 4 orang sebagai pengelola prodi, 4 perwakilan mahasiswa pada prodi masing-masing dan 4 alumni dari prodi masing-masing, serta interpreter yang akan menemani ketika wawancara panel dilakukan. Ke-semua personil tersebut hadir dan mengikuti workshop ini sebagai peserta. Setelah workshop ini selesai dilaksanakan, selanjutnya akan dilakukan simulasi visitasi bersama dengan kluster lainnya yang menerima on-site visit, dan simulasi tersebut dilakukan secara terpusat oleh Universitas Udayana. 


Kegiatan bimbingan teknis ini dipandu oleh ketua UP3M FIB Unud, Dr. Ni Ketut Widhiarcani Matradewi, S.S., M.Hum., dibuka dengan laporan dan sambutan dari koordinator Kluster FIB, Prof. Dr. Drs. I Made Rajeg, M.Hum. Beliau menyampaikan apresiasi kepada UP3M yang telah memfasilitasi workshop, serta tim dari USU yang telah berkenan hadir untuk berbagi pengalaman terkait akreditasi internasional FIBAA. Hal serupa juga disampaikan oleh Dekan FIB Unud, I Nyoman Aryawibawa, S.S., M.A., Ph.D. Dalam sambutanya, beliau menyampaikan terima kasih kepada tim USU yang telah berkenan untuk berbagi, mengingat tim USU telah terlebih dahulu menjalani visitasi akreditasi FIBAA, sehingga harapannya akan ada diskusi bersama, hal-hal terkait dengan pengalaman yang dihadapi ketika visitasi. 


Acara dilanjutkan dengan pemaparan pengalaman dari tim USU, yang diawali oleh Prof. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., didampingi oleh Sekretaris Prodi, Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. Beliau menyampaikan beberapa poin terkait dengan apa sajakah pertanyaan yang diajukan ketika dilakukan visitasi. Yang pertama disampaikan adalah seperti penamaan program studi, dimana komposisi kurikulum harus mencerminkan nama prodi. Selain itu, di dalam kurikulum tersebut, harus ada mata kuliah yang terkait dengan internasionalisasi, seperti misalnya di Prodi Sastra Indonesia, FIB USU, mereka memiliki mata kuliah BIPA, serta mata kuliah umum universitas selama 2 semester, dengan nama mata kuliah “Internasionalisasi”. Dilanjutkan oleh beliau, di dalam mata kuliah tersebut harus mencerminkan jumlah kreditnya, dalam hal ini, tim FIBAA menggunakan sistem ECTS (European Credit System and Accumulation System), sehingga harus ada perimbangan jumlah kredit antara mata kuliah sastra dan bahasa, termasuk melampirkan RPS dalam berbahasa Inggris, dengan referensi terbaru. 


Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa masa tunggu mahasiswa juga menjadi poin penting dalam penilaian. jadi, berapa jumlah mahasiswa yang lulus pada masa waktu tertentu dan seberapa lama mereka mendapat pekerjaan, apakah kurang dari setahun, atau lebih dari itu. Peran laman/website fakultas dan prodi juga harus menampilkan informasi-informasi yang jelas terkait dengan kurikulum dan seluruh informasi yang dapat disampaikan di prodi. Untuk pertanyaan seputar dosen dan mahasiswa, pertanyaan yang muncul adalah apakah ada dosen asing dan mahasiswa asing yang mengajar dan belajar di prodi-prodi tersebut. Untuk manajemen prodi sendiri, pertanyaan yang muncul adalah terkait dengan jumlah mahasiswa yang tamat, harus terlihat jelas mahasiswa yang masuk dan keluar terlihat pada data-data yang diajukan. Sarana prasarana yang ditanyakan juga termasuk keberadaan laboratorium yang mendukung proses belajar mengajar. 


Sesi selanjutnya adalah pemaparan terkait dengan pengalaman tim dosen, mahasiswa dan alumni Prodi Sastra Indonesia, FIB, USU ketika visitasi. Pada tim dosen, diwakili oleh Rachmad Fadillah Maha, tim mahasiswa diwakili oleh Ahmad Yani, dan tim alumni diwakili oleh Siti Ayu Nurhidayati. Pada pemaparan tim dosen, beberapa pertanyaan yang diajukan yaitu terkait dengan sistem pengajaran di kelas, seperti sejauh mana penggunaan AI dalam proses belajar mengajar, dan antisipasi ketika referensi tidak terdapat di perpustakaan, ada pula pertanyaan di luar dari akademis, seperti apakah ada terjadi pelecehan seksual di dalam kelas, atau di lingkungan prodi atau tidak. Yang terpenting adalah ada keselarasan antara dosen dan mahasiswa. selain itu, upayakan tidak ada jeda dalam menjawab, dan menjawab pertanyaan secara on-point dan saling bersinergi antara prodi satu dengan prodi lain. Jangan sampai terlihat prodi satu lebih bagus dari prodi lainnya. Pada tim alumni, disampaikan pertanyaan yang diajukan seperti kesesuaian kurikulum dengan pekerjaan setelah lulus, sumbangsih alumni terhadap prodi, serta saran apa yang bisa disampaikan untuk prodi. 


Pada setiap sesi, terdapat sesi-sesi diskusi, dimana dari tim Unud secara aktif melontarkan pertanyaan terkait dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Semisal, seperti bagaimana mengantisipasi lokasi kampus yang letaknya cukup jauh, apakah bisa beberapa fasilitas ditampilkan secara virtual untuk mengantisipasi jarak yang jauh, pertanyaan lainnya, seberapa jauh keterlibatan tendik ketika visit on-site, sejauh mana interpreter dapat dilibatkan. Oleh narasumber, dijawab untuk menampilkan secara virtual sebaiknya dikonfirmasi terlebih dahulu apakah tim FIBAA tersebut berkenan atau tidak. Sementara itu, keterlibatan tendik cukup penting, berdasarkan pengalaman, tendik fakultas dan universitas dikumpulkan menjadi satu dan diberikan pertanyaan. Terkait dengan interpreter, interpreter hanya dibolehkan untuk tendik, dosen dan pengelola prodi. Mahasiswa dan Alumni tidak diperkenankan memakai interpreter. 


Pertanyaan lainnya datang dari tim mahasiswa kluster FIB, seperti bagaimana caranya mengatasi ketika dalam menjawab pertanyaan dan kesulitan menjawab dalam bahasa Inggris. Pertanyaan tersebut dijawab dengan hangat oleh tim mahasiswa dari USU, disampaikan bahwa ketika menjawab pertanyaan dan mengalami kesulitan menyampaikan dalam bahasa Inggris, jawaban bisa disampaikan dengan bahasa Indonesia, kemudian mahasiswa lainnya yang berada di ruangan tersebut dapat membantu menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Disampaikan lebih lanjut, pertanyaan diajukan secara umum, sehingga tidak menunjuk pada satu mahasiswa tertentu, sehingga siapa saja dapat menjawab. Yang terpenting tidak ada jeda lebih dari 10 detik, antara pertanyaan dan jawaban, sehingga mahasiswa harus saling peka dan membantu satu sama lain. Acara berlangsung aktif dan interaktif. Acara kemudian ditutup dengan penutupan dari Dekan FIB dan foto bersama.