Unit Lontar Universitas Udayana Identifikasi dan Konservasi 36 Naskah Kuno di Gria Seksari, Lombok



Unit Lontar Unud (disingkat ULU) sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang pernaskahan di Universitas Udayana mengadakan kegiatan sosialisasi, identifikasi, konservasi, dan digitalisasi lontar di Lombok. Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud nyata pengabdian ULU di tengah-tengah masyarakat yang memiliki naskah, tetapi belum memiliki keterampilan memadai dalam dunia pernaskahan. Naskah lontar sebagai media literasi tradisional Nusantara memang seringkali tak dirawat oleh pemiliknya, baik karena faktor keterampilan di bidang bahasa, aksara, dan sastra yang kurang maupun anggapan sakral yang melekat di dalamnya.


Lokasi kegiatan ULU kali ini dipilih di Lombok karena wilayah ini memiliki relasi historis yang kuat dengan Bali, terutama setelah Lombok berhasil dikuasai oleh Raja Karangasem pada tahun 1839. Pasca penaklukan kerajaan Lombok oleh Karangsaem, terjadi diaspora besar-besaran masyarakat Bali ke Lombok. Seturut dengan peristiwa ini pula terjadi persebaran naskah-naskah lontar Bali ke Lombok.




Tim ULU yang ditugaskan adalah peneliti yang menggeluti dunia pernaskahan. Tim tersebut adalah Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum., Dr. Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum., Dr. I Ketut Jirnaya, M.S., Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum, Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum., Putu Widhi Kurniawan, S.S., M.Hum., I Nyoman Suwana, S.S., M.Hum., I Made Agus Atseriawan HS, S.S., Ida Bagus Anom Wisnu Pujana, S.S. dan Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.


Kegiatan yang berlansung dari hari Selasa, tanggal 19 Juli 2022 sampai Jumat 22 Juli 2022 tersebut berlokasi di Gria Seksari dan Gria Bagirati Cakranegara Lombok. Kedua gria tersebut adalah keluarga pendeta yang pindah dari wilayah Desa Sidemen, Karangasem ke Lombok karena leluhurnya diminta menjadi Bhagawanta Kerajaan Lombok. Oleh sebab itulah gria ini memiliki warisan naskah penting yang pernah digunakan menata kehidupan sosial dan rohani pada zamannya. Terlebih, hingga saat ini tradisi kebrahmanaan di gria tersebut masih tetap berlanjut.




Kegiatan yang dilakukan tim ULU di Gria Seksari dan Gria Bagirati terdiri atas empat hal yaitu sosialisasi, identifikasi, konservasi, dan digitalisasi naskah. Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memberikan penjelasan tentang alasan pentingnya perawatan naskah, tata cara, dan bahan yang diperlukan untuk merawat naskah. Terlebih naskah tersebut sudah berumur tua. Naskah tertua yang ditemukan di Gria Seksari yang berjudul Andakacacar berangka tahun 1797 Saka atau 1875 Masehi. Naskah tertua di Gria Bagirati berjudul Kakawin Bharata Yuddha bertahun 1748 Saka atau 1826 Masehi.




Usai melakukan sosialisasi, tim ULU melakukan identifikasi judul terhadap naskah-naskah koleksi Gria Seksari dan Gria Bagirati. Dari hasil identifikasi, di Gria Seksari ditemukan 25 judul naskah lontar, di antaranya adalah Kakawin Arjuna Wiwaha, Tata Cara Ngaryanin Tirta, Wangsit Katuwayan, Arga Patra, Usadha Rare, Geguritan Pangalem, Awi-Awian Pangalem Raja Karangasem, Usadha Kacacar, Tutur Sayogadhara, dan yang lainnya. Sementara itu, naskah-naskah yang dikoleksi di Gria Bagirati dan gria berjumlah 11 naskah yang di antaranya adalah Stawa Sanggar, Tattwa Kapatian, Nyikut Karang, Geguritan Krama Selam, Kramaning Puja Shiwaratri, Sundari Bungkah, dan yang lainnya.

 

Naskah-naskah tersebut langsung dikonservasi oleh TIM ULU menggunakan campuran minyak sereh, alkohol, dan ekstrak arang kemiri agar bisa memperpanjang usia naskah. Selanjutnya, kegiatan konservasi dilengkapi dengan melakukan digitalisasi atau pemotoan. Digitalisasi ini bertujuan menambah koleksi digital di Unit Lontar Universitas Udayana. Ada dua belas naskah yang berhasil didigitalisasi dan sebelumnya memang tidak ada di Unit Lontar Universitas Udayana.


Ida Padanda Gede Putra Pidada sebagai panglingsir di Gria Seksari mengucapkan terima kasih atas kedatangan tim Unit Lontar Universitas Udayana. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Tim Unit Lontar Universitas Udayana karena telah ngodak (mengkonservasi) naskah lontar koleksi keluarga kami. Selama ini naskah-naskah lontar ini hanya dibaca pada momen-momen tertentu. Semoga pada kesempatan yang lain, Tim Unit Lontar bisa datang untuk ngayah lagi di gria kami”. Demikian diharapkan pendeta yang nyastra ini.




Tidak berbeda dengan Ida Padanda Gede Putra dari Gria Seksari, Ida Padanda Gde Manuaba Tianyar juga menyampaikan hal senada. “Parama suksma kepada Unit Lontar Universitas Udayana karena telah memberikan penjelasan tentang pentingnya perawatan naskah. Terlebih naskah-naskah lontar tersebut adalah sumber yang menjelaskan berbagai pengetahuan rohani agama Hindu. Jadi, kami sangat memerlukan kegiatan seperti ini untuk terus menerus dilakukan di Lombok. Bila perlu, berpindah dari satu geria ke geria lain karena jumlah gria di sini banyak dan naskah-naskahnya sudah tua.” Demikian pungkas Ida Padanda Gde Manuaba Tianyar. (guna)